Filosofy: Internet Untuk Komunitas Dunia Cyber

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Pengetahuan tentang profil dan karakteristik komunitas Indonesia di dunia cyber akan sangat strategis untuk banyak hal. Sebagai gambaran, dari analisis konten komunitas dunia cyber, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi konsentrasi massa, pemimpin massa, pergerakan massa, teknik terbaik untuk melakukan penetrasi ke dalam massa, mengetahui selera dan kesukaan masyarakat Indonesia khususnya pengguna Internet, bagi redaksi media massa akan memudahkan penentuan arah media yang mereka kelola, jenis konten seperti apa yang yang mempunyai komunitas yang besar, pola penyampaian informasi seperti apa yang di sukai oleh masyarakat dan masih banyak lagi. Jenis usaha dan topik apa yang paling menarik bagi masyarakat Internet Indonesia? Semua dapat di jawab dengan mudah dari analisis konten komunitas dunia cyber di Internet.

Ada beberapa kelebihan konten komunitas dunia cyber dari konten media cetak, pada komunitas dunia cyber konten di bangun dan di hasilkan langsung oleh masyarakat atau pembaca sendiri. Pada media cetak, konten lebih banyak di buat oleh dewan redaksi melalui berbagai cara untuk memperoleh konten-nya, sehingga belum tentu 100% merepresentasikan kesukaan masyarakat pembacanya.

Akan diperlihatkan bahwa komunitas cyber ternyata terbentuk dalam forum diskusi dan silaturahmi antar warga dunia cyber. Aplikasi surat elektronik (e-mail) merupakan fasilitas utama yang digunakan untuk membangun komunitas yang mempunyai kekuatan besar.

Berawal dari forum diskusi e-mail indonesians@janus.berkeley.edu di tahun 1987-88-an, komunitas Indonesia di Internet saat ini berjumlah puluhan ribu dengan massa ratusan ribu terkonsentrasi di http://groups.yahoo.com dikenal sebagai yahoogroups.com. Menarik untuk di simak bahwa sebagian besar komunitas menggunakan fasilitas Internet untuk menimba ilmu dan bertukar informasi bisnis dan usaha. Topik politik bukanlah hal yang diminati oleh sebagian besar komunitas cyber ini, walaupun harus di akui bahwa ternyata orang yang suka berdiskusi tentang politik termasuk orang yang paling banyak “bicara” di Internet. Partai Keadilan (PK) teridentifikasi paling aktif menggunakan media Internet untuk menggerakan massanya. Tidak seperti gembar gembor media massa, pornografi ternyata menempati rangking paling bawah dalam banyak hal di aktifitas komunitas cyber.

Tulisan ini berusaha memperhatikan aktifitas komunitas cyber Indonesia di Internet yang pada tahun 2001 berjumlah lebih dari 49.000 buah dan terkonsentrasi pada lebih dari 1000 forum diskusi dengan anggota lebih dari 100 orang.

Internet Untuk Komunitas Dunia Cyber

Internet sering di asosiasikan dengan Web, yang merupakan situs di dunia cyber tempat informasi diletakan dan dapat di akses oleh pengguna Internet. Sifat Web biasanya pasif dan menunggu pengunjung mendatangi situs Web untuk mengambil informasi yang dibutuhkan. Pada saat akses Web, pengunjung berinteraksi dengan server Web dan basis data di belakangnya. Terus terang, pola interaksi demikian sangat tidak manusiawi bagi sebagian besar pengguna Internet.

Dalam berbagai survey Internet yang dapat dilihat di http://dir.yahoo.com/Computers_and_Internet/Internet/Statistics_and_Demographics/Surveys/, maupun dalam berbagai kesempatan diskusi dan seminar, ternyata aplikasi utama yang digunakan pengguna Internet adalah untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi antar pengguna Internet, bukan sekedar akses Web. Dalam survey yang dilakukan oleh GVU (http://www.gvu.gatech.edu/user_surveys/) terlihat bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi penting Internet di atas Web. Berinteraksi, bersilaturahmi antar manusia merupakan hal yang sangat manusiawi dan sangat dimudahkan dengan menggunakan fasilitas Internet surat elektronik (e-mail) dan chatting. Sayangnya, chatting di Internet mengharuskan kedua belah pihak online pada waktu yang bersamaan untuk dapat ber-chatting. Hal ini menyebabkan chatting tidak populer, survey di GVU memperlihatkan bahwa chatting hanya di minati oleh 22% responden.

Berbeda dengan chatting, e-mail memungkinkan kita berkomunikasi tanpa harus online pada saat yang bersamaan. Seperti hal-nya surat biasa, e-mail dapat dibaca oleh si penerima kapan saja jika si penerima ingin membacanya. Oleh karenanya tidak mengherankan jika e-mail lebih banyak digunakan oleh para pengguna veteran Internet.

Dengan teknik e-mail yang baik, seperti di terangkan di buku Onno W. Purbo yang berjudul “Teknologi Warung Internet”, servis e-mail dapat diberikan kepada pelanggan Warung Internet (WARNET) dengan biaya Rp. 20-30.000 / bulan / pelanggan. Bahkan untuk sekolah atau lembaga pendidikan, akses e-mail bagi para siswa atau mahasiswa dapat diperoleh dengan biaya per bulan yang sangat rendah. Sebagai contoh, di SMKN 6 Jogyakarta, para siswa dapat mengakses e-mail dengan biaya Rp. 5000 / bulan / siswa. Di SMKN 1 Ciamis, para siswa dapat mengakses e-mail dengan biaya Rp. 1000 / bulan / siswa. Di Universitas Parahyangan Bandung, para mahasiswa dapat mengakses Internet 24 jam dengan biaya Rp. 4300 / bulan / mahasiswa. Jelas bahwa akses e-mail jauh lebih murah daripada mengakses Web & chatting yang umumnya sekitar Rp. 3000-5000 / jam di berbagai WARNET. Yang perlu digaris bawahi, dengan teknik yang di jelaskan di atas pembangun infrastruktur Internet swadaya masyarakat menjadi sangat dimungkinkan – tanpa bantuan Pemerintah, Bank Dunia, ADB dan IMF.

Dengan murahnya biaya akses e-mail, pembangunan komunitas cyber berbasis e-mail menjadi sangat menarik untuk membangun masyarakat madani berbasis pengetahuan di Indonesia.


Pranala Menarik