Difference between revisions of "Filosofy: Mempertanyakan Dasar Paradigma Pendidikan"
Onnowpurbo (talk | contribs) |
Onnowpurbo (talk | contribs) |
||
Line 1: | Line 1: | ||
+ | Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun menggembara sebagai bekas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bekas dosen di [[ITB]], tanpa terikat pada satu struktur apapun, tidak menerima pekerjaan konsultan, tidak menerima proyek, tidak menerima jabatan apapun. | ||
+ | |||
+ | Akhirnya saya melihat sebuah kesimpulan sederhana tentang kehidupan ini. Salah satu kalimat favorit saya yang menjadi fondasi pembentukan sumber daya manusia adalah: | ||
+ | |||
+ | '''''“Nilai (value) seseorang, tergantung manfaat seseorang pada umat manusia”''''' | ||
+ | |||
+ | Tampaknya bukan kekayaan, bukan materi, bukan jabatan, bukan pangkat, bukan kekuasaan, bukan gengsi, bukan kesuksesan, bukan jumlah piala, bukan kepandaian, bukan nilai A, bukan rangking, bukan peringkat yang pada akhirnya akan mendasari nilai (value) seseorang. | ||
+ | |||
+ | Semakin banyak umat manusia yang merasakan manfaat dari seseorang, semakin tinggi nilai (value) seseorang tersebut. Tidak ada harganya seorang yang pandai atau kaya, tapi tidak bermanfaat bagi orang lain. | ||
+ | |||
+ | Filosofy mendasar yang kedua dalam kaitannya dengan e-learning dan pendidikan, adalah, | ||
+ | |||
+ | '''''“Berusaha menjadi produsen pengetahuan” | ||
+ | “Knowledge is power, share it and it will multiply”''''' | ||
+ | |||
+ | |||
+ | terus terang, saya amat sangat kecewa sekali dengan sistem pendidikan di Indonesia, yang terus terang saya nilai sama sekali tidak mengarahkan peserta didik maupun guru / dosennya menjadi produsen pengetahuan dan berusaha membagi pengetahuan kepada sesama, bahkan sebagian ditutupi oleh [[HAKI]]. Sistem pendidikan di Indonesia hanya baik untuk membentuk konsumen informasi, dan pekerja yang baik – tapi bukan produsen pengetahuan. | ||
+ | |||
+ | Saya yakin pendapat saya di atas akan banyak menimbulkan perdebatan yang mendasar dan sangat filosofis. Semua filosofy & dasar-dasar yang saya tuangkan di bawah ini bertumpu pada nilai filosofis yang saya kemukakan di atas. | ||
Revision as of 16:33, 30 August 2009
Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun menggembara sebagai bekas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bekas dosen di ITB, tanpa terikat pada satu struktur apapun, tidak menerima pekerjaan konsultan, tidak menerima proyek, tidak menerima jabatan apapun.
Akhirnya saya melihat sebuah kesimpulan sederhana tentang kehidupan ini. Salah satu kalimat favorit saya yang menjadi fondasi pembentukan sumber daya manusia adalah:
“Nilai (value) seseorang, tergantung manfaat seseorang pada umat manusia”
Tampaknya bukan kekayaan, bukan materi, bukan jabatan, bukan pangkat, bukan kekuasaan, bukan gengsi, bukan kesuksesan, bukan jumlah piala, bukan kepandaian, bukan nilai A, bukan rangking, bukan peringkat yang pada akhirnya akan mendasari nilai (value) seseorang.
Semakin banyak umat manusia yang merasakan manfaat dari seseorang, semakin tinggi nilai (value) seseorang tersebut. Tidak ada harganya seorang yang pandai atau kaya, tapi tidak bermanfaat bagi orang lain.
Filosofy mendasar yang kedua dalam kaitannya dengan e-learning dan pendidikan, adalah,
“Berusaha menjadi produsen pengetahuan” “Knowledge is power, share it and it will multiply”
terus terang, saya amat sangat kecewa sekali dengan sistem pendidikan di Indonesia, yang terus terang saya nilai sama sekali tidak mengarahkan peserta didik maupun guru / dosennya menjadi produsen pengetahuan dan berusaha membagi pengetahuan kepada sesama, bahkan sebagian ditutupi oleh HAKI. Sistem pendidikan di Indonesia hanya baik untuk membentuk konsumen informasi, dan pekerja yang baik – tapi bukan produsen pengetahuan.
Saya yakin pendapat saya di atas akan banyak menimbulkan perdebatan yang mendasar dan sangat filosofis. Semua filosofy & dasar-dasar yang saya tuangkan di bawah ini bertumpu pada nilai filosofis yang saya kemukakan di atas.