Difference between revisions of "Society Audit Hasil Penelitian"
Onnowpurbo (talk | contribs) |
Onnowpurbo (talk | contribs) |
||
(2 intermediate revisions by 2 users not shown) | |||
Line 165: | Line 165: | ||
* [[Sertifikasi Pemasung Kreatifitas & Pembunuh Usaha Kecil]] April 2008 | * [[Sertifikasi Pemasung Kreatifitas & Pembunuh Usaha Kecil]] April 2008 | ||
* [[Alternatif Jalur Menuju Pakar]] | * [[Alternatif Jalur Menuju Pakar]] | ||
+ | |||
+ | [[Category: Onno W. Purbo]] |
Latest revision as of 15:01, 15 April 2012
Tulisan ini dibuat January 2000, banyak hal yang mungkin berubah sejak itu.
Sumber:
Onno W. Purbo & Ismail Fahmi Computer Network Research Group ITB Knowledge Management Research Group ITB onno@indo.net.id, onno@itb.ac.id, ismail@itb.ac.id
Society Audit bagi Hasil Penelitian?
Sepenggal Pemikiran
Mudah-mudahan pemikiran yang kami coba tuangkan dalam tulisan ini tidak terlalu kontroversial dalam dunia pendidikan di Indonesia. Karena beberapa hal konvensional seperti HAKI, hak cipta, hak paten, badan akreditasi menjadi tidak relevan. Kami mohon maaf sebelumnya.
Kami masih berfikir bahwa tidak mungkin melepaskan proses monitoring & evaluasi penelitian sebagai sebuah proses terpisah dari konteks total system pendidikan bahkan mungkin merupakan bagian integral dari proses transformasi bangsa Indonesia menuju “knowledge based society”. Stake holder penelitian perlu di identifikasi dengan lebih cermat untuk melihat parameter yang tepat dalam memonitor & mengevaluasi penelitian. Berbasis stake holder yang dipilih – maka proses evaluasi akan menyesuaikan dengan habitat-nya.
Dalam sebuah sistem perguruan tinggi untuk transformasi masyarakat menuju “knowledge based society”, kami pikir perlu kerangka Knowledge Management (KM) yang tepat untuk mengembangkan core competence & local content yang sustainable & mandiri. Manajemen Tacit (Implicit) Knowledge, Explicit Knowledge maupun Potential Knowledge melalui mekanisme collaboration, digital library maupun kemampuan analysis menjadi penting untuk di implementasikan dengan dukungan standar operasi perguruan tinggi bersinergi dengan media digital. Dalam kerangka KM - maka proses “penelitian” hanyalah salah satu aktifitas yang berjalan menggunakan system KM yang di implementasikan. Salah satu filosofi mendasar KM di antara knowledge worker adalah:
“Knowledge is power. Share it and it will multiply”
Sebuah filosofy yang mungkin akan sangat berat dilakukan bagi orang yang masih berpijak pada paradigma lama & platform informasi yang lambat. Umumnya mereka berfikir masih pada hak cipta, paten, HAKI sebagai proteksi knowledge & ide.
Proses monitoring & evaluasi akhirnya di kembalikan kepada tujuan yang ingin dicapai mengacu pada nilai-nilai yang dipegang oleh stake holder penelitian tersebut. Kami merasakan mungkin tujuan & misi yang diemban sebuah penelitian akan menentukan siapa stake holder-nya? Berapa besar impact sebuah penelitian? Berapa nilai sebuah penelitian? Bagaimana proses pengakuan hasil penelitian? – seberapa effektif share knowledge yang diperoleh dari penelitian kepada stake holder?
Sekelumit hasil nyata yang kasat mata
Dalam rangka mencari stake holder penelitian. Mari kita melihat beberapa hal yang kasat mata. Kami selama ini praktis berkecimpung / memfokuskan diri di dunia Internet. Secara informal bersama rekan-rekan yang lain di tahun 1994 membangun kelompok informal (OTB) di ITB dengan nama – Computer Network Research Group (CNRG) – cnrg@itb.ac.id - yang kemudian menjadi salah satu pendorong jaringan Internet pendidikan AI3 ai3@itb.ac.id - di Indonesia yang mengkaitkan 25+ lembaga pendidikan di Indonesia. Sempalan kelompok CNRG di awal tahun 1999 mulai aktif mengembangkan knowledge management di Perpustakaan Pusat ITB yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal Knowledge Management Research Group (KMRG) – lagi-lagi OTB - dari team Digital Library – digilib@itb.ac.id Perpustakaan Pusat ITB (library@itb.ac.id) dengan hasilnya Digital Library & Library Network di http://digital.lib.itb.ac.id yang mengkaitkan 20+ perpustakaan di seluruh Indonesia. Sebagian besar kegiatan pembangunan ini dilakukan secara mandiri & swadana – dan praktis tidak melibatkan langsung Bank dunia / IMF / ADB dalam pendanaan-nya. Hal ini paling tidak mengurangi rasa berdosa kepada rakyat.
Apakah CNRG melakukan penelitian “serius”? yang pasti dana penelitian “serius” yang besar yang pernah di ambil melalui Lembaga Penelitian ITB hanya RUT II di tahun 1994 yang besarnya Rp. 100 juta. Selebihnya praktis kami tidak mengambil penelitian “serius” melalui LP kecuali beberapa “proyek” yang melalui pintu-pintu ITB. Dalam kata sederhana - kami menilai sebetulnya LP / ITB sampai sekarang tidak bisa memonitor sama sekali kegiatan penelitian yang dilakukan CNRG / KMRG ITB karena praktis sejak tahun 1995 tidak melakukan penelitian dengan dana melalui LP ITB.
Kami rasa kerangka monitoring & evaluasi penelitian yang ada di ITB sekarang ini hanya mungkin di-enforce bagi rekan-rekan yang mengambil penelitian dengan dana melalui LP, LPM, LAPI atau ingin cepat naik pangkat – artinya stake holder penelitian yang digunakan adalah ITB. Penggunaan stakeholder selain ITB bagi CNRG / KMRG di ITB tampaknya sulit di deteksi adanya penelitian sebesar apapun impact-nya. Tampaknya kerangka tradisional monitoring & evaluasi menjadi mandul? Apakah kelompok OTB ini kemudian tidak berkarya? Seberapa jauh impact karya tanpa penelitian “serius” dirasakan oleh stake holder lain-nya?.
Terus terangnya, penelitian di CNRG berjalan terus & dilakukan secara swadana & swadaya rekan-rekan di CNRG yang merupakan peneliti-peneliti muda di ITB (mereka bukan staff dosen & juga bukan mahasiswa). Ngoprek dengan dana sendiri yang dikumpulkan dari kiri-kanan - terutama melalui proses sosialisasi / transfer teknologi internet – pada saat membangun jaringan pendidikan AI3 tersebut. Filosofi swadana semaksimal mungkin dipegang di CNRG & KMRG ITB – dengan konsekuensi yang di tanggung ITB adalah tidak dapat di monitor dan di evaluasinya penelitian & performance yang ada di CNRG & KMRG ITB ini.
Setelah berjalan beberapa tahun, sekedar memberikan gambaran beberapa / sekelumit hasil kelompok CNRG / KMRG ITB ini:
- Total buku yang sudah diterbitkan 4 buah (ada di toko buku Gramedia, tapi kebanyakan habis karena laku sekali).
- Buku yang sedang di antri di penerbit utk terbit 6 buah.
- Buku yang sedang dalam proses penulisan 3 buah dan terus berkembang.
- Presentasi di berbagai seminar / workshop / conference rata-rata 1-3 / minggu.
- Tulisan / artikel di majalah / koran rata-rata sekitar 3-5 / minggu.
- Total tulisan sejak tahun 1994-an kemungkinan besar sudah lebih dari 300 buah.
- Talk-show di berbagai stasiun radio rata-rata 1-2 / bulan.
- Web pribadi Onno W. Purbo sekitar 100Mbyte di mesin xxx.itb.ac.id/~yc1dav/ - dll. (sekarang Web tersebut sudah tidak ada - red.)
Belum lagi kalau dihitung aktifitas beberapa anggota CNRG / KMRG di berbagai aktifitas tingkat nasional / internasional, seperti:
- Forum Rektor
- Komisi Regulasi Telekomunikasi.
- Regulasi Internet di Indonesia.
- Pimpinan Editor Naskah Nusantara 21 (National Information Infrastructure).
- Asia Pacific Advanced Network
- Asia Pacific Networking Group – dll.
Proses siklus perputaran knowledge sangat cepat sekali, apalagi dengan didukung teknologi informasi seperti Internet – platform kolaborasi untuk transfer tacit knowledge, digital library untuk management explicit knowledge dan kemampuan analisis dalam mengolah raw data menjadi knowledge menjadi terasa sebagai sebuah kesatuan terpadu dibantu teknologi informasi yang berfokus pada konsep knowledge management. Proteksi knowledge seperti HAKI, hak cipta & paten menjadi tidak relevan dalam platform informasi yang demikian cepat.
Kami sangat yakin sekali semua di atas terlepas dari proses monitoring & evaluasi formal yang dilakukan oleh LAPI, LP, LPM, Jurusan, Fakultas di ITB dalam hal penelitian – bahkan untuk kenaikan pangkat sekalipun J … karena pangkat Onno W. Purbo hingga detik ini hanya IIIB & rekan-rekan CNRG yang lain bahkan bukan pegawai negeri.
Moral dari cerita ini antara lain – sangat mudah sekali untuk mengecohkan ITB yang berpegang pada paradigma lama dalam monitoring, evaluasi & kenaikan pangkat yang menggunakan ITB sebagai perantara stake holder – sekelompok manusia di ITB yang mempunyai pengetahuan & skill di bantu teknologi informasi, Internet & penguasaan konsep knowledge management + konsep pendukung seperti information economics, information warfare & psychological warfare dapat melakukan manouver di tingkat nasional & internasional. Salah satu kuncinya ada pada pada peletakan posisi stake holder penelitian & misi yang di emban-nya langsung pada masyarakat global bukan lembaga monitoring & evaluasi perantara seperti LP, LAPI, LPM, Jurusan, Fakultas dll. Argumentasi sederhananya:
Society audit digunakan pada proses & hasil penelitian sebagai pengganti perantara seperti LP, LPM, LAPI dll.
Peletakan stake holder langsung pada masyarakat global justru ternyata berdampak sangat besar bagi CNRG & KMRG sehingga pengakuan / acknowledgement justru dari khalayak ramai di luar ITB baik nasional maupun internasional.
Pertanyaan Filosofis
Dalam proses mencari … sering Onno W. Purbo merenung sendiri:
- Untuk apa penelitian dilakukan?
- Mengapa penelitian harus dilakukan? Apakah untuk KUM?
- Siapa yang harusnya menikmati hsil penelitian kita?
- Ke siapa pertanggung jawaban hasil penelitian?
- Mengapa menulis paper? Apakah untuk KUM?
- Mengapa menulis buku? Apakah untuk kuliah? Apakah untuk menaikan KUM?
Mencari Jawaban
Proses pencarian jawaban terus berlanjut hingga detik kami mencoba menulis naskah ini. Sebagian jawaban tampaknya mulai tampak di hadapan mata. Salah satu jawaban filosofis mendasarnya mungkin ada di:
Sebutlah! dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al Alaq:1-5
"Sebut nama Tuhan-mu" dalam urutan kerja kita, ibaratnya "menyebut / mendefinisikan latar belakang dan masalah". Menurut saya (Ismail), Tuhan adalah "penyebab" adanya segala sesuatu. Manusia ada, karena sifat Tuhan sebagai "Pemilik segala Kemampuan Mencipta".
"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu yang nyaris tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan segala sesuatu yang ada di alam, termasuk virus, bakteri, atom, dll maupun yang besar-besar seperti gunung, lautan, planet, dll. ada karena Tuhan Berkehendak dan Menciptakan semua itu.
Jadi, Tuhan adalah "penyebab" atau "latar belakang" segala sesuatu, termasuk yang akan / sedang / telah kita teliti. Termasuk bit-bit nol-satu yang melewati thick ethernet maupun fiber optik. Itu semua karena sifat Tuhan yang Maha Pemurah. Jadi ini semua karena Kemurahan dan Kasih Sayang Tuhan. Terhadap kebaikan seperti ini, sudah seharusnya manusia yang sadar untuk mengucapkan terimakasih, atau syukur.
"Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,"
Dengan Kemurahan Tuhan juga, lalu manusia menjadi tahu dari apa yang tidak manusia ketahui karena:
"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Manusia pada dasarnya tidak tahu, tapi dibuat tahu oleh Tuhan, karena Tuhan "Pemilik segala Pengetahuan". Melalui "kalam" (tulisan) kita dibuat tahu. Ini artinya luas, bisa "tulisan, ucapan, alam dll..". Konsekuensi lain yang juga tampaknya menjadi kontroversial adalah menjadi tidak relevannya konsep proteksi knowledge seperti HAKI, hak cipta, paten dll yang banyak berkembang dalam platform informasi yang lambat. Karena knowledge secara hakiki dimiliki oleh Tuhan pencipta manusia. Menarik untuk dicermati perkembangan movement penggunaan copyleft bahkan copy wrong melalui mekanisme GPL dll. Semua berkembang dalam platform informasi & knowledge yang cepat.
Jadi pada dasarnya, mengetahui latar belakang hakiki bagi kegiatan yang kita dilakukan termasuk kegiatan penelitian adalah masalah sangat penting. Di lanjutkan pada berbagai tahapan & metoda penelitian hingga sintesa menjadi pengetahuan. Satu hal yang sering kali kita lupakan / lompati adalah (langkah pertama): “Sebut nama Tuhan-mu”. Kita lupa dari mana kita berasal, siapa yang membuat kita ada, siapa yang membuat kita bisa …… dst.
HAMKA dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan tentang ayat "Bismillah Arrohman Arrohiem" ini. Diartikan: "Aku mulai pekerjaanku ini, diatas nama Allah itu sendiri, yang telah memerintahkan aku menyampaikannya". Misal suatu kerajaan akan menyampaikan suatu perintah, maka perintah itu akan lebih kuat jika dimulai dengan "diatas nama penguasa tertinggi", sehingga kekuatan kata-kata itu menjadi jelas. Bukan atas kehendak yang menyampaikan saja, tetapi itu kehendak yang memerintah. Yang menyampaikan juga ada tanggung jawab atas peryataannya yang membawa nama "petingginya" itu.
Bisa kita simpulkan bahwa “Menyebut nama Tuhan" merupakan perintah pertama bagi manusia (Al 'Alaq :1) dan harus dengan integritas tinggi (apa yang diperbuat sesuai mulai dari lahir, hati, mata hati, sampai nurani). Manusia diciptakan berlapis-lapis: lapisan luar “jasad/lahir”, lapisan "hati", di dalam hati ada "mata hati" yang mengawasi agar tidak berbohong, dan di dalamnya ada "nurani". Mengatakan melalui mulut maupun hati atau pun mengerjakan sesuatu jika dimulai dengan "menyebut nama Tuhan" haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan kita harus siap menerima tanggung jawab atas apa yang telah kita perbuat atau ucapkan ini kelak di depan Tuhan. Ini konsekuensi kita "menyebut nama Tuhan". Integritas diri yang sebenarnya dipertaruhkan di sini, berdasarkan keyakinan kita masing-masing.
Selanjutnya mungkin yang perlu dicermati adalah proses interaksi yang memungkinkan proses belajar mengajar tersebut berjalan. Bentuk seperti apa yang memungkinkan sebuah proses dialektika yang berputar dengan cepat? Tampaknya sebuah majelis – platform knowledge yang bersifat interaktif mungkinkan proses belajar mengajar menjadi effisien? Proses interaktif - komunikasi dua arah menjadi penting salah satunya tampak di bawah ini
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kepalangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al Mujaadilah:11
Terbuka dalam menerima pendapat, berdiskusi, bertukar pikiran merupakan dasar proses transfer tacit knowledge melalui majelis. Dalam perkembangannya selain tacit knowledge juga dikembangkan untuk explicit & potential knowledge menggunakan prinsip yang sama. Sebagai seseorang / sekelompok orang yang berilmu lebih dalam beberapa hal – langkah lanjutnya adalah bagaimana caranya secara effektif memprojeksikan ilmu pengetahuan yang dimiliki-nya agar memperoleh impact yang sebesar-besarnya kepada masyarakat banyak. Bagaimana membuat effisien proses penyebaran pengetahuan yang kita miliki apakah itu diperoleh dari penelitian dll kepada masyarakat banyak tampaknya menjadi salah kunci yang sangat strategis. Dalam bahasa yang lebih spiritual / religius tampaknya:
Mengeffisienkan proses amal, ibadah & sedekah agar bermanfaat bagi orang banyak
Jika semua peneliti melakukan pekerjaannya sesuai dengan kehendak Tuhan-nya yang telah memberi mereka kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan sementara sebagian manusia lainnya kurang beruntung dalam hal ini, maka mungkin kita tidak lagi perlu sistem monitoring dan evaluasi penelitian yang susah-susah, atau pekerjaan ini akan sangat mudah, karena monitoringnya dapat langsung dilihat dari hasil, efek, dan manfaat penelitian mereka di masyarakat dan alam. Tentu semua merupakan rahmat bagi alam.
Tampaknya ujungnya terdapat di stake holder – dalam hal ini kami memilih masyarakat banyak. Tentunya setiap orang berhak memilik stake holder penelitiannya masing-masing, dapat saja memilih Dewan Riset Nasional, Lembaga Penelitian, LPM, LAPI sebagai pilihan. Tapi ujungnya di dunia ini - akhirnya society yang akan mengaudit, mengevaluasi & memonitor semua hasil penelitian / kontribusi yang dilakukan. Segala bentuk reward, acknowledgement akan diberikan langsung oleh society setelah melihat kontribusi yang dilakukan. Pengalaman & phenomena yang terjadi menunjukan – reward & acknowledgement dari masyarakat biasanya jauh lebih besar daripada nilai kontribusi yang kita diberikan.
Proses pencarian ini tampaknya masih belum selesai, kami yakin sekali masih banyak yang kurang dalam proses pencarian yang sedang berjalan ini. Paling tidak ada beberapa keping konseptual yang nampak – sejauh ini tampaknya seperti ada kesenjangan antara keping yang tampak dengan kerangka yang ada di ITB maupun di dunia pendidikan di Indonesia terutama nampaknya karena perbedaan platform informasi antara ITB & dunia pendidikan di Indonesia dengan dunia realitas ini berada.
Wallaahu 'alam ...