Sejarah Internet Sehat oleh ICT Watch
7 Tahun Silam, Kini Internet Sehat Rakyat Diakui Internasional
oleh: Donny B.U.
Internet Sehat mulai diakui internasional. Beberapa negara Asia akan menyontoh modelnya yang dianggap inspiratif. Bagaimana sejarahnya 7 tahun silam? Mengapa kini pakai embel-embel “rakyat”?
Pengakuan dan pujian diberikan oleh sejumlah peneliti dan aktifis bidang ICT (Information and Communication Technology) sesaat ketika saya usai memaparkan presentasi tentang penelitian perkembangan pemanfaatan media baru (Internet) dan kaitannya dengan kebebasan berekspresi di Indonesia. Salah satu poin yang saya paparkan adalah gerakan advokasi Internet Sehat versi rakyat (http://www.internetsehat.org) yang pro pada kebebasan berekspresi di Internet secara aman dan bijak, dengan pendekatan self-censorship dan pemberdayaan masyarakat.
Pengakuan dari internasional tersebut terjadi belum lama berselang, ketika saya mengikuti workshop khusus bagi para peneliti dan aktifis ICT se-Asia dalam lingkup OpenNet Initiative (baca: http://en.wikipedia.org/wiki/OpenNet_Initiative) di Wawasan Open University, Penang, Malaysia, pada Senin (15/5/2009) hingga Rabu (17/6/2009). Ini adalah workshop putaran yang ketiga, setelah pada pertengahan tahun lalu putaran keduanya juga saya ikuti di Chiang Mai, Thailand.
Khusus pada putaran ketiga ini, Indonesian ICT for Partnership (ICT Watch) bersinergi dengan dunia akademis dengan mengundang Akbar Marwan dari Universitas Gunadarma (baca: http://www.gunadarma.ac.id) yang turut aktif berperan menyuarakan kepentingan dan keberhasilan Indonesia dalam workshop tersebut.
Menurut para wakil dari negara sahabat tersebut, program Internet Sehat versi rakyat tersebut adalah contoh yang unik dan inspiratif tentang bagaimana program advokasi kepada publik dilakukan dengan menggunakan sejumlah media baru (facebook, blog, crowdvine) digabungkan dengan kegiatan-kegiatan offline seperti workshop dan seminar, dan juga dilengkapi dengan ketersediaan booklet panduan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, merchandise hingga lomba blog sehat untuk meningkatkan awareness publik.
Blessing in disguise, Indonesia mendapatkan jadwal sesi paling akhir bersama Filipina, pada hari terakhir, setelah dua hari sebelumnya sejumlah peneliti dari negara lain di Asia memaparkan presentasinya. “Your presentation is the most interesting one so far,” demikian pujian yang disampaikan oleh India.
Usai presentasi, sejumlah peneliti langsung meminta dikirimkan via e-mail materi presentasi Indonesia tersebut. “Saya akan coba kembangkan cara-caranya menjalankan advokasi (ala Internet Sehat) di negara saya,” cetus salah satu wakil dari negara lain.
Workshop OpenNet Initiative itu sendiri dihadiri oleh peneliti dan aktivis ICT dari Universitas Toronto Kanada, Sekolah Hukum Harvard Amerika, Universitas Oxford Inggris dan Universitas Cambridge Inggris. Keempat perguruan tinggi kenamaan tersebut adalah penggagas kegiatan OpenNet Initiative yang didanai oleh negara Kanada melalui lembaga International Development Research Centre (http://www.www.idrc.ca).
(donnybu @ PAN Conference, left-down side of the stairs, dark-green shirt)
7 Tahun
Pada tulisan ini sengaja saya tekankan kata “rakyat” hanyalah sekedar untuk memberikan garis tegas yang membedakan program advokasi Internet Sehat yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat dengan program dengan nama sejenis yang kini mulai marak digulirkan baik oleh swasta maupun pemerintah. Pasalnya, kini mulai banyak yang bertanya, apa bedanya Internet Sehat yang satu dengan yang lainnya.
Sekedar menyampaikan catatan sejarah, istilah Internet Sehat pada awalnya saya cetuskan pada sekitar 7 tahun silam, tepatnya pada 2002. Salah satu kegiatan awal memperkenalkan program Internet Sehat ke publik secara luas adalah pada 29 April 2002, dengan meluncurkan situs resmi dan brosur hardcopy Internet Sehat edisi perdana (baca: http://www.mail-archive.com/komunitas@sekolah2000.org/msg00703.html).
Bahkan sebulan sebelum peluncuruan tersebut, ICT Watch telah memulai gerakan ber-Internet Sehat dengan bentuk advokasi offline kepada Majelis Ulama Indonesia pada 13 Maret 2002 (baca: http://www.mail-archive.com/komunitas@sekolah2000.org/msg00563.html). Sebelumnya, pada 10 Maret 2002, untuk kali pertama saya meluncurkan draft ide/gagasan tentang 5 (lima) langkah program advokasi Internet Sehat (baca: http://www.mail-archive.com/komunitas@sekolah2000.org/msg00552.html).
Dari arsip diskusi di atas, dapatlah menjadi gambaran bagaimana sebenarnya visi-misi dari program advokasi Internet Sehat versi rakyat yang pertama kali dicanangkan dan dijalankan oleh ICT Watch sejak 2002 silam. Jelas bahwa program advokasi Internet Sehat yang diusung oleh ICT Watch adalah “mengedepankan kebebasan berekspresi di Internet secara aman (safely) dan bijak (wisely), dengan pendekatan self-censorship dan pemberdayaan masyarakat”.
Bottom-Up
Jadi ketika ada program atau kegiatan yang mengusung nama Internet Sehat” tetapi pendekatannya adalah mutlak melulu soal filtering total di level ISP atau bersifat top-down (perintah/kewajiban), atau sekedar membuat acara/program seremonial belaka, maka sudah jelas program atau kegiatan tersebut “mendurhakai” atau “menciderai” semangat awal Internet Sehat tahun 2002. Atau setidaknya, dapat dkatakan bahwa program atau kegiatan tersebut bukanlah Internet Sehat dengan pendekatan bottom-up yang merakyat.
Ini bukan berarti ICT Watch ingin mengklaim sepenuhnya gerakan advokasi Internet Sehat. Justru sebaliknya, ICT Watch tidak ingin Internet Sehat diklaim oleh segelintir orang atau golongan saja sebagai hasil karyanya atau keberhasilannya. Sebab tanpa adanya semangat dan partisipasi dari masyarakat luas, program Internet Sehat hanyalah slogan semata sejak 2002 silam. Dalam kegiatannya, khususnya Internet Sehat, ICT Watch selalu melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak terkait, entah itu dari pemerintah, swasta ataupun masyarakat sendiri.
ICT Watch sendiri sudah menganggap bahwa istilah Internet Sehat sudah cukup popular di masyarakat dan sudah saatnya menjadi public domain. Keberhasilan atas awareness yang dibangun sejak 7 tahun silam tersebut tentu lantaran peran aktif seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).
Setelah Internet Sehat kini menjadi populer dan dikenal cukup luas, maka peran ICT Watch berikutnya adalah menjaga agar kemurnian semangat (spirit) dan jiwa (soul) Internet Sehat tetap tegak terjaga sebagaimana dilahirkan 7 tahun lalu, dengan meminimalisir kemungkinan di-”manfaatkan” atau disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.
Salah satu penyalahgunaan tersebut misalnya untuk keperluan sekedar mendapatkan proyek ini-itu berkedok sosialisasi, untuk kepentingan pribadi atau segelintir kelompok tertentu, dengan seolah-olah peduli dan paham semangat mendasar dari Internet Sehat.
Dilindungi
Untuk menjaga kemurnian Internet Sehat itulah, maka ICT Watch sebagai pencetus awal nama, konsep dan ide Internet Sehat, telah mendaftarkan secara resmi hak cipta dan hak merek atas penggunaan “Internet Sehat” ke Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HaKI). Meskipun demikian, untuk berbagai bentuk penggunaan kata, istilah ataupun konten Internet Sehat bagi kegiatan sosialiasi dan advokasi oleh siapapun, ICT Watch akan menggunakan pendekatan “Creative Common License” (baca: http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0), dengan lisensi Rp 0,- (nol rupiah), alias tidak berbayar sepeserpun untuk lisensi penggunaannya.
Intinya, kata, istilah maupun konten Internet Sehat dapat digunakan oleh siapapun secara luas tanpa terkecuali asalkan: 1). tetap menyebutkan sumber asalnya (ICT Watch) secara jelas dan proporsinal dalam setiap penggunaan, serta 2). setiap penggunaan harus tetap mengacu pada semangat dan jiwa Internet Sehat yang dicanangkan pada 2002.
Jika salah satu atau kedua hal tersebut tidak dipenuhi syaratnya, maka Creative Common License tadi tidak dapat diberlakukan. Pastinya hak atas kekayaan intelektual atas “Internet Sehat” dilindungi oleh undang-undang.
Posisi dan sikap ICT Watch atas Internet Sehat tersebut di atas sudah didiskusikan langsung kepada Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), sebagai salah satu pihak yang juga menggulirkan program dengan nama serupa, “Internet Sehat” berlandaskan pada SK Menkominfo No. 28/KEP/M/Kominfo/1/2009 tentang Tim Sosialisasi Internet Sehat.
Risalah diskusi antara ICT Watch dan pihak Depkominfo tersebut dapat dibaca di http://ictwatch.com/internetsehat/2009/02/16/internet-sehat-antara-ict-watch-dan-depkominfo-notulen-diskusi.
Relawan Sehat
Jadi, kini tak perlu ragu lagi untuk menggunakan ataupun menjalankan program Internet Sehat secara swadaya masyarakat. Seluruh konten Internet Sehat dapat diunduh di http://ictwatch.com/internetsehat/download-materi-internet-sehat dan silakan digunakan sesuai dengan semangat Internet Sehat 2002 silam, yakni: “mengedepankan kebebasan berekspresi di Internet secara aman (safely) dan bijak (wisely), dengan pendekatan self-censorship dan pemberdayaan masyarakat“.
Untuk mendukung kegiatan Internet Sehat tersebut, kini ICT Watch tengah membangun “Lab Komputer Sehat”, lagi-lagi dengan mengedepankan semangat dari-oleh-untuk masyarakat. Pembangunan Lab Sehat ini juga menjadi salah satu poin yang saya presentasikan di Penang.
Lab tersebut diberi nama Lab Komputer Sehat, karena:
- Sehat sistem operasi dan aplikasinya, karena menggunakan sistem operasi ataupun piranti lunak yang legal (bukan bajakan)
- Sehat (rencana) program pelatihannya, karena diharapkan materinya mendorong kebebasan berekspresi yang aman dan nyaman di Internet
- Sehat semangatnya, karena didorong pada keinginan untuk berbagi pengetahuan yang aplikatif secara non-profit dari-oleh-bagi masyarakat
Jika sudah berjalan, sejumlah kegiatan-kegiatan nantinya akan mengusung tema “Open Community for Open Knowledge”, melibatkan siapapun yang ingin menjadi relawan “sehat” (pengajar, pengembang program/komunitas, dll), sponsor ataupun aneka bentuk dukungan lainnya. Jika ingin lebih tahu tentang lab tersebut atau ingin turut berpartisipasi dalam mengembangkannya melalui berbagai jenis pemikiran dan karya, silakan baca informasinya di http://ictwatch.com/internetsehat/2009/04/01/pembangunan-lab-komputer-sehat.
Untuk itu, segeralah bergabung dengan komunitas Internet Sehat di Facebook (http://www.facebook.com/group.php?gid=51509636319) ataupun di CrowdVine (http://internetsehat.crowdvine.com), dan kumandangkan semangat “wise while online, think before you post!“.
*)
Penulis, Donny B.U., adalah penggiat Internet Sehat. Dapat dihubungi melalui blognya di http://www.donnybu.com / http://donnybu.blogdetik.com. Artikel ini pertama kali dimuat di media online detikINET, pada Senin (22/06/2009).