Filosofy: Strategi Membangun Kekuatan Bangsa Indonesia Berbasis Pengetahuan
“Untuk memajukan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang baru, hanyalah dengan memajukan pendidikan. Khususnya pendidikan di kalangan para pemuda dan pemudinya. Pendidikan dan pengajaran adalah memegang peranan penting dalam pembangun bangsa dan kemajuan umat manusia.”
Kata-kata dr. Wahidin, “Seri Pahlawan Kemerdekaan Nasional”, DEPEN.RI., Jilid I, 1967, Halaman 11
Sebuah kata bijak yang menjadi fondasi utama jika kita menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dikawasan Asia Tenggara di era globalisasi yang sangat bertumpu pada kepandaian manusia-nya, bukan kekuatan otot dan bedil.
Bagian ini berusaha mengangkat beberapa milestone realistis yang dapat di implementasi di Indonesia dengan kekuatan yang ada di komunitas IT & rakyat Indonesia sekarang & saat ini juga, tanpa menunggu investor asing, tanpa menunggu investasi dari operator. Fungsi pemerintah dalam skenario ini hanya dua (2), yaitu:
- Me-redirect & meng-approve Universal Service Obligation (USO) untuk demand creation, tapi tidak mengumpulkan / mengalokasi / maupun membuat pilot project dari USO.
- Membuka dan memperlebar koridor legal yang ada, agar arus inovasi & transaksi di masyarakat menjadi lebih lancar.
Jadi pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang se-peser-pun, hanya wisdom yang diharapkan dari pemerintah. Tentunya dengan asumsi pemerintah mempunyai niat tulus membangun knowledge based society pada rakyat Indonesia dan keberpihakan pada rakyat, bukan operator / investor.
Beberapa konsekuensi yang akan di peroleh adalah
Pengguna Internet Baru / Tahun 2.6 juta / tahun Jumlah Sekolah Tersambung 46.000 sekolah Siswa Melek Internet 17.5 juta siswa Guru Melek IT / Internet 2.6 juta Massa Internet Indonesia 15 juta + 17.5 juta + 2.6 juta / tahun Belanja Bandwidth Rp. 500 Milyard / bulan Belanja Bandwidth ~22Gbps Output Manufacturing Local ~ Rp. 6 Milyard / bulan
Untuk memperoleh gambaran angka estimasi di atas, ada baiknya membaca tulisan tentang Analisis Strategi ICT Indonesia.
Bedakah Indonesia dengan Dunia? Tidak! Seluruh dunia mencari solusi untuk memperkecil digital divide tanpa utangan Bank Dunia, IMF dll. Keberhasilan metoda rakyat Indonesia membuat digital divide bridge, dengan Wireless 2.4GHz, RT/RW-net, VoIP Rakyat, telah menjadi contoh bagi dunia. Keberhasilan kita semua untuk memultiplikasi ini akan membuat pergerakan IP based infrastructure menjadi sangat dahsyat
“Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia”.
Strategi pergerakan dalam masyarakat haruslah di dasari pada sebuah visi yang jelas dan sederhana. Visi tersebut sebetulnya tertuangkan dalam Naskah Kerangka Konseptual Nusantara 21, Mei 1998, yang sebetulnya sampai detik ini masih sangat relevan dengan pergerakan per-telekomunikasi-an di Indonesia. Cuplikannya adalah,
“Menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge based society).”
Nusantara-21 tidak di arahkan menjadi sebuah proyek besar / mercusuar pemerintah akan tetapi menjadi gerakan masyarakat, oleh masyarakat, dengan dana masyarakat, yang di arahkan & diberikan insentif melalui kebijakan & regulasi pemerintah.