Filosofy: Mencari Jawaban

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Proses pencarian jawaban terus berlanjut hingga detik saya mencoba menulis naskah ini. Sebagian jawaban tampaknya mulai tampak di hadapan mata. Salah satu jawaban filosofis mendasarnya mungkin ada pada:

Sebutlah! dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
									Al Alaq:1-5

Kebetulan Al Alaq:1-5 merupakan lima (5) ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira. Tentunya ada filosofi yang sangat mendasar sekali mengapa justru ke lima (5) ayat ini yang diturunkan pertama kali. Mengapa bukan Al Fatihah? Entah lah … Mari kita telaah lebih jauh ke lima (5) ayat di atas. Yang jelas nuansa pengetahuan tampak sangat dominan dalam Al Alaq:1-5.

"Iqra! Iqra!" begitulah malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca (sebagian menafsirkannya sebagai menyebut). Jelas-jelas Nabi saat itu buta huruf tidak bisa membaca & menulis … mengapa justru Bacalah! Bacalah! adalah kata pertama yang diturunkan oleh Allah SAW? Mengapa bukan kata lainnya yang diturunkan pertama kali?


"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."


Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu yang nyaris tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan segala sesuatu yang ada di alam, termasuk virus, bakteri, atom, dll maupun yang besar-besar seperti gunung, lautan, planet, dll. ada karena Allah SWT berkehendak dan menciptakan semua itu.


"Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,"


Dengan kemurahan Allah SWT juga, manusia menjadi tahu dari apa yang tidak manusia ketahui karena:


"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Manusia pada dasarnya tidak tahu apa-apa, tapi dibuat tahu oleh Allah SWT, karena Allah SWT "Pemilik segala Pengetahuan". Melalui "kalam" (tulisan) kita dibuat tahu. Ini artinya luas, bisa "tulisan, ucapan, alam dll..".

Konsekuensi dari fakta di atas sebetulnya cukup menggelisahkan bagi sebagian umat manusia. Jelas bahwa pengetahuan secara hakiki sebetulnya dimiliki oleh Allah SWT bukan oleh manusia. Dengan fakta demikian apakah masih relevan penggunaan hukum tertulis untuk memproteksi pengetahuan? Seperti HAKI, hak cipta, hak paten, hak ekonomis dll. yang banyak berkembang dalam platform informasi yang lambat. Apakah hukum tertulis disini justru kontradiktif dengan fakta / kenyataan yang ada & bukan mustahil jika nantinya secara alamiah justru akan terkikis?

Menarik untuk dicermati perkembangan movement penggunaan copyleft bahkan copy wrong melalui mekanisme GNU Public License (GPL) dll. Yang banyak digunakan di Internet Semua berkembang dalam platform informasi & knowledge yang cepat. Jelas disini pilar yang digunakan bukan lagi hukum tertulis melainkan konsensus, hukum adat umat / komunitas. Proteksi tampaknya dilakukan secara alamiah berbasis hukum tidak tertulis dalam komunitas itu sendiri.

Yang jelas dari Al Alaq:1-5, tampaknya membaca, proses belajar mengajar, mencari pengetahuan, dan menyebarkan pengetahuan merupakan kunci utama bagi manusia untuk menjalankan fungsinya di atas permukaan bumi.

Saya yakin bahwa masih banyak hal yang perlu digali untuk memperoleh pemahaman lebih dalam, akan tetapi penjelasan sekilas yang tampaknya cukup global telah menampakan bentuknya justru dari pilar vertikal. Seni-nya barangkali bagaimana mengeffisienkan proses amal soleh, ibadah & sedekah agar cakupan manfaatnya menjadi sangat besar dan sebanyak mungkin orang (umat) merasakannya.


Pranala Menarik