Wawancara tirto.id 100% porno di blokir
Subject: Re: Izin wawancara. From: "Onno W. Purbo" <onno@indo.net.id> Date: Fri, August 10, 2018 16:45 To: "Adi Briantika" <adibriantika@gmail.com> Priority: Normal Create Filter: Automatically | From | To | Subject Options: View Full Header | View Printable Version | Download this as a file | View Message details
> Selamat pagi Pak Onno. Saya Adi Briantika, jurnalis dari Tirto.id. > > Pak, saya mau wawancara terkait "efektifitas filter konten pornografi". > > Mulai 10 Agustus 2018 seluruh konten pornografi tak bisa diakses lagi > melalui penyedia layanan internet (ISP) nasional berkat penerapan mode > aman > (safe mode) pada mesin pencari. Menkominfo Rudiantara menjelaskan bahwa > Kementerian Kominfo perlu melakukan penindakan dari sisi hilir dengan > pemblokiran akses ke situs pornografi untuk melindungi generasi muda > bangsa. > > Naskah ini fokus pada efektifitas filter ini. Jangan-jangan meski telah > difilter tapi masih dapat diakali, misalnya dengan menggunakan software > atau program tertentu. <--- ini perlu dicoba, benar2 efektif tidak? Selain > itu, tanya juga para pakar IT soal ini. > > Mohon pendapat Pak Onno. > Terima kasih ya Pak.. >
kayanya kita perlu ngomong di level
- cita2 & roadmap (jalan menuju)
- biaya implementasi, kondisi anggaran
- strategi implementasi
- kondisi saat ini ...
Saya coba bicara dengan bahasa orang biasa aja ya tidak pakai bahasa teknis ya ..
cita2, betul pemerintah bercita2 utk memfilter semua konten tidak baik tentunya tidak "simsalabim" langsung ke filter semua ada tahapannya, dibuat bertahap, sehingga bisa diatur anggarannya
Secara teknik tahapannya kira-kira
- memblokir Domain / IP bermasalah (mis. http://www.sex.com)
- memblokir URL yang bermasalah (mis. http://www.baik.co.id/baik/ngaco.html)
- memblokir keyword kalau ada kata2 / konten yang ngaco ini butuh Artificial Intellegence (AI)
Supaya hidup yang nyari situs ngaco2 gampang proses pemcarian di bantu mesin pencari content ngaco dulu-nya yang nyari manusia, jadi lambat
jujur kalau mau full implementasi, butuh anggaran Trilyun rupiah karena 2 hal utama
- 80% traffik ke internet pakai HTTPS (di enkripsi)
- kecepatan Indonesia ke Internet mendekati 10 Terabit per detik
Konsekuensinya, butuh mesin yang bisa cepat mendeteksi dan membuka enkripsi semua traffic ... ini harganya mahal banget
strategi implementasi yang digunakan pemerintah dilakukan proses filter terpusat di ujung akses ke Internet ini menjadikan semua susah banget, karena kecepatan amat sangat tinggi dll
kalau proses filter dilakukan di router di free wifi, free hotspot, di kantor, di sekolah kemungkinan proses filtering akan lebih mudah dan lebih murah dari sisi anggaran APBN / APBD
dengan berbagai keterbatasan yang ada khususnya keterbatasan anggaran hehehe kondisi saat ini,
- proses pencarian situs negatif sudah automatis
- filter dilakukan di level domain / IP
jadi belum 100% ter filter sih