Wawancara tirto.id 100% porno di blokir

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Pada kesempatan ini, saya mencoba menulis dengan bahasa orang biasa aja dan tidak pakai bahasa teknis ya .. supaya mudah di mengerti.

Dari sisi cita2, betul pemerintah bercita2 utk memfilter semua konten tidak baik. Tentunya dalam proses-nya tidak se-mudah itu, tidak "simsalabim" langsung ter-filter semua situs ngaco tersebut. Ada tahapannya, mau tidak mau dibuat bertahap, terutama karena keterbatasan sumber daya khususnya anggaran di republik ini.

Secara teknik tahapannya kira-kira

  • Memblokir Domain / IP bermasalah (mis. http: // www. situsngaco.com)
  • Memblokir URL yang bermasalah (mis. http: // www.baik.co.id/baik/ngaco.html)
  • Memblokir keyword kalau ada kata2 / konten yang ngaco. Untuk keperluan terakhir ini butuh mesin besar dengan kemampuan Artificial Intellegence (AI).

Supaya hidup administrator pemblokiran yang mencari situs ngaco2 menjadi mudah hidupnya, maka proses pemcarian di bantu mesin pencari content ngaco. Mesin yang menjadi andalan utama KEMKOMINFO saat ini. Proses dibantu mesin crawling pencari situs / content ngaco menjadikan proses pencarian menjadi amat sangat jauh lebih cepat di bandingkan pada masa lalu yang dilakukan secara manual oleh manusia.

Jujur kalau mau full implementasi, akan butuh anggaran Trilyun rupiah karena 2 hal utama

  • 80% traffik ke internet pakai di acak / di enkripsi menggunakan HTTPS.
  • Kecepatan Indonesia ke Internet mendekati 10 Terabit per detik

Konsekuensinya, butuh mesin yang bisa cepat mendeteksi dan membuka enkripsi semua traffic. Apalagi operator dan pengguna Internet Indonesia biasanya akan rewel kalau terjadi kelambatan (nge-lag) pasti pada teriak semua di media sosial, maklum proses pendeteksian & enkripsi ini akan memakan waktu lumayan lama dan bisa membuat Internet jadi nge-lag. Jadi kalau tidak mau nge-lag, mau tidak mau harganya jadi mahal banget, maklum membutuhkan super komputer :( ...

Strategi implementasi yang digunakan pemerintah dilakukan proses filter terpusat di ujung akses ke Internet Internasional. Hal ini menjadikan semua susah banget, karena kecepatan data yang harus di tangani amat sangat tinggi dll.

Kalau proses filter dilakukan di router di free wifi, free hotspot, di kantor, di sekolah kemungkinan proses filtering akan lebih mudah dan lebih murah dan bisa di lakukan secara swadaya masyarakat. Di sampung itu, tidak terlalu membebani anggaran APBN / APBD. Tapi cara ini tidak di ambil oleh pemerintah saat ini.

Dengan berbagai keterbatasan yang ada khususnya keterbatasan anggaran hehehe kondisi saat ini,

  • Proses pencarian situs negatif sudah automatis
  • Filter dilakukan di level domain / IP

Jadi kesimpulannya, sebetulnya Internet di Indonesia belum 100% ter filter dari situs ngaco dll.

Kalau mau jujur, saya lebih suka pertahanan Internet Indonesia di letakan pada peningkatan pendidikan dan ahlak anak2 / siswa2 Indonesia. Kalau pakai mesin sampai kapanpun pasti akan di kadalin ...