Yang Muda Yang Hebat di dunia Komputer Indonesia

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Yang Muda Yang Hebat di dunia Komputer Indonesia

Onno W. Purbo

Dunia komputer mungkin agak berbeda dengan banyak dunia profesi lainnya. Di dunia profesi seperti pilot, dokter, ahli hukum, pengacara, insinyur kebanyakan di kuasai oleh orang dewasa. Di dunia komputer mungkin justru anak-anak muda yang banyak berkiprah & berinovasi. Jangan kaget kalau sebagian dari anak-anak ini justru masih sekolah di Sekolah Dasar!

Harus di akui sebetulnya dalam dunia komputer, tingkat kemampuan seseorang justru akan semakin turun saat mereka lebih berumur. Justru mereka yang muda biasa akan lebih kreatif, innovatif dan berani mengambil resiko di bandingkan mereka yang sudah tua.

Sebut saja, Arrival Dwi Sentosa (sekarang SMK), Yahya Harlan (SMA), Jovidia Laviosa (SD), Ahmad Fathan Pathurijal (SD), dan masih banyak lagi. Mereka rata-rata sudah berkarya pada tingkat nasional maupun internasional pada umur yang masih sangat belia.

Arrival Dwi Sentosa biasa di panggil Ival bukan dari keluarga yang mampu. Tinggal di Bandung Selatan. Ayah Ival Pak Herman Suherman mengandalkan konter reparasi HP yang dibuka sejak 2003, sementara ibu Yeni Soffia bekerja sebagai kepala sekolah TK.

Di mulai sejak SMP memperhatikan teman-teman-nya main game, Ival mulai membuat game-game kecil di komputer dan menjual-nya ke teman-temannya. Dari sini Ival belajar programming komputer sendiri dengan aktif di forum seperti natnitnet dll. Motivasi membuat antivirus terjadi saat komputer ayah Ival rusak oleh virus, bahkan Ival dan kakaknya rela untuk tidak membeli baju lebaran untuk membeli motherboard komputer ayahnya seharga Rp. 450.000,-. Akhirnya Ival, mulai serius belajar programming antivirus buatan Ival berbasis Visual Basic yang kita kenal sebagai ARTA. ARTAV singkatan dari Arrival Taufik Anti Virus. Taufik Aditya Utama adalah kakak Ival yang mendisain tampilan ARTAV. Ival termasuk rajin mengumpulkan virus lokal buat Indonesia untuk database ARTAV. ARTAV dapat di ambil di Internet. Alhamdullillah, Ival pun memperoleh penghargaan dari Indonesia ICT Awards pada tahun 2012 lalu.

Berbeda dengan Ival, Muhammad Yahya Harlan, remaja berusia 14 tahun ini tiba-tiba populer bersama situs salingsapa.com yang dikembangkannya. Banyak orang terinspirasi oleh kemauan dan kemampuan Yahya mengembangkan social media di usianya yang belia. Yahya lebih beruntung daripada Ival karena berasal dari keluarga Yan Harlan dan Fidriana yang berkecukupan di Bandung.

Sepengamatan ayahnya, sejak kecil Yahya senang merakit dan menggabung-gabung mainannya menjadi mainan yang baru. Ia merangkainya dengan kabel audio, video, dll. Sejak merangkak Yahya sudah menyenangi komputer, Yahya sangat antusias memperhatikan saudara ayahnya yang sedang merakit komputer.

Menurut Yahya, awalnya SalingSapa ini bikinnya iseng saja, tidak menyangka kalau respon dari banyak orang luar biasa. Yahya membuat social media setelah menyelesaikan Training Web Programming di Comlabs ITB. Setelah dua tahun sebelumnya mengikuti training Web Disain di Masjid Salman ITB. Setelah mencoba membuat media sosial salingsapa ternyata sambutannya bagus sempat mempunyai member di atas 300.000 dari 106 negara.

Jovidia Laviosa dan Ahmad Raihan Ash-Shiddiqy atau kerap dipanggil Raihan - ini adalah para animator muda kategori Sekolah Dasar yang telah berhasil menyisihkan 352 peserta Indonesia ICT Awards (INAICTA) 2011. Jovi, bocah berusia 11 tahun yang punya hobi bermain komputer dan membuat gambar animasi ini, dinobatkan sebagai juara pertama dengan karya animasi berdurasi 4 menit yang diberi judul “Anak Sehat Makan Buah Lokal”. Sementara Raihan yang bercita-cita ingin menjadi animator terkenal ini bermimpi bisa membuat film animasi yang mendidik. Raihan dengan karya animasinya yang berjudul “Sadar Gempa Buat Temanku yang Tunarungu dan Tunanetra” ini mampu membuktikan dirinya sebagai animator muda yang memiliki kepedulian social, dan telah mendapatkan penghargaan terbaik dalam kompetisi tersebut.

Pada INAICTA 2012, Jovi kembali memperoleh Award atas karyanya Angkana. Video animasi ini kurang dari 4 menit, dikemas sangat menarik. Dibagian pertama anak-anak akan diajarkan bagaimana menulis angka dengan panduan hal-hal yang ada di sekitar kita. Dibagian kedua anak-anak akan mendengarkan lagu yang dapat digunakan untuk menghafal cara menulis angka-angka tersebut. Link download animasi Angkana http://www.indowebster.com/angkana.html. file cuma 2 MB.

Jovi dan Raihan berhasil memperoleh gelar juara nasional pada INAICTA antara lain karena gemblengan yang diberikan oleh SKACI (Sekolah Komputer Aku Cinta Indonesia) yang merupakan kursus komputer untuk anak-anak. Yang dibuat dengan tujian mengubah anak-anak yang suka main game menjadi pembuat game. Dan ini terbukti dengan banyak-nya anak-anak gemblengan SKACI yang memperoleh penghargaan tingkat nasional maupun internasional.

Masih banyak lagi anak-anak muda berbakat di Indonesia. Cara paling sederhana adalah melihat daftar mereka di daftar pemenang Indonesia ICT Awards (INAICTA) melalui situs http://www.inaicta.web.id/inaicta/. Jika iseng, kita dapat mencari nama-nama mereka di Google untuk memperoleh kisah-kisahnya. Sebagian bahkan pernah tampil di acara Kick Andy.

Di samping dunia yang terang benerang seperti di jelaskan di atas, sebetulnya dunia IT juga memiliki dunia lain, dunia bawah tanah, dunia underground yang sering kali di kenal dengan hacker. Ini bukan dunia tidak baik, umumnya pembuat software akan sangat berterima kasih akan masukan dari para hacker, karena dengan adanya masukan ini software yang mereka buat menjadi semakin baik. Memang kadang eksploit yang dihasilkan para hacker tidak langsung diperoleh si perusahaan software, tapi ditahan oleh komunitas underground ini – sampai digunakan oleh lamers & membuat kekacauan.

Salah satu bentuk kontribuasi yang paling besar dari para hacker ini terutama di dunia open source, Linux dsb. Salah satu mesin yang paling banyak memuat software open source buatan relawan ini adalah http://www.sourceforge.net.

Beberapa hacker terkenal waktu muda dari Indonesia antara lain adalah Wenas Agusetiawan (hC) dan Wildan Yani Ashari. Cukup banyak kelompok hacker di Indonesia, seperti Surabaya Blackhat, Anonymous Indonesia dll.

Wildan Yani Ashari, remaja berusia 21 tahun, diduga telah merusak akses ke situs presidensby.info dengan menyusup ke dalam jaringan ISP Jatireja Network, salah satu penyedia layanan internet situs milik presiden RI itu.

Di era keemasan para hacker sekitar tahun 1999-2000, kelompok hacker legendaris Indonesia adalah Antihackerlink. Puluhan situs di Internet, lokal maupun luar negeri, pernah diobok-obok oleh kelompok ini. Wenas Agusetiawan, yang kerap menggunakan nickname hC- (hantu Crew) kalau sedang melakukan chatting dan juga pendiri kelompok ini, bahkan belum berusia 17 tahun ketika pada pertengahan 2000 dirinya tertangkap basah oleh kepolisian Singapura, ketika tengah melakukan hacking ke sebuah jaringam komputer di Singapura melalui apartemennya di daerah Toa Payoh - Singapura.

hC menjadi hacker Pertama Indonesia yang di adili. hC termasuk hacker pandai dari Indonesia pada saat usia SMP telah berhasil menyusup ke berbagai jaringan di Indonesia. hC asal Malang, Jawa Timur, pada tanggal 20 Juli 2000 mulai diadili oleh Peradilan Anak di Singapura. hC didakwa melakukan kejahatan cyber dengan menembus salah satu jaringan yang ada di Singapura. Di Singapura, hC tidak bisa lolos dari jeratan hukum karena negara kecil itu telah memberlakukan undang-undang teknologi informasi sejak 1986. Beruntunglah hC, sebab dia belum mencapai usia 17 tahun saat proses pengadilannya berlangsung, sehingga dia hanya dikenakan pengadilan di bawah umur dan hanya dikenakan denda Rp 150 juta saja! Jika saja pengadilannya ditunda 1 minggu saja, maka genap sudah dia berusia 17 tahun, dan penjara telah siap menerimanya. Berdasarkan Bukti Acara Pemeriksaan (BAP) Kepolisian Singapura, Wenas ternyata banyak belajar dan termotivasi melakukan hacking melalui chatroom.

Apa yang menarik dari ini semua. Pertama, anak Indonesia banyak yang pandai! Tidak harus dari keluarga berada, sebagian bahkan dari keluarga biasa saja. Tidak harus memperoleh pendidikan / kursus komputer, sebagian bahkan berjuang secara autodidak sendiri.

Alangkah indah-nya jika kemampuan yang dahsyat ini bisa di pupuk dengan baik dan benar untuk kebaikan Indonesia. Ini tugas pemerintah dan orang dewasa di negeri ini untuk memberikan fasilitas pada anak-anak muda di Indonesia agar dapat berkiprah lebih baik lagi. Jangan sampai IT di buang dari kurikulum nasional, jangan sampai insentif tidak diberikan bagi anak-anak yang cerdas ini.

Merdeka!!