Teknologi Informasi vs. Teknologi Ketik di DIKNAS

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Tulisan ini dibuat di awal tahun 2008, untuk melihat penggunaan Teknologi Informasi di DIKNAS. Sumber: Onno W. Purbo

Terus terang, hanya ada satu hal yang memberikan kesan yang paling mendalam di diri saya tentang Teknologi Informasi di DIKNAS, yaitu, keberadaan Pak Gatot HP. Tidak ada orang di tingkat DIKNAS Pusat yang mempunyai perhatian dan komitmen yang demikian mendalam yang dapat di tandingi oleh Pak Gatot HP. Komitmen tersebut di dampingi oleh kepemimpinan Pak Gatot membuahkan banyak hasil yang sangat terasa di lingkungan SMK maupun teman-teman pejuang IT di Indonesia.

Apa yang akan di jelaskan disini sebetulnya dapat kita baca secara lebih lengkap di situs Sejarah Internet Indonesia, http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Sejarah_Internet_Indonesia

Berbeda dengan pendekatan banyak birokrat di Indonesia, Pak Gatot berhasil mengimplementasikan Teknologi Informasi sebagai teknologi untuk informasi dan pengetahuan baik dari sisi implementasi teknologi, pengembangan manusia-nya, maupun akhirnya berdampak pada pengembangan masyarakat sekitar sekolah terutama SMK.

Dampak paling nyata dari ulah Pak Gatot dan teman-teman adalah pada saat PEMILU 2004 yang lalu. PEMILU 2004 lalu tidak mungkin berhasil seperti sekarang jika tidak ada tangan dingin Pak Gatot empat (4) tahun sebelumnya. Sejak tahun 2000, Pak Gatot membangun Jaringan Informasi Sekolah, kemudian ke WAN KOTA, kemudian ke ICT Center dan banyak inisiatif IT lainnya. Yang menjadikan manusia-manusia di lingkungan SMK menjadi kuat sekali di sisi IT-nya. Hal ini yang secara langsung di rasakan oleh Republik pada saat dibutuhkan tenaga relawan IT untuk PEMILU 2004. Tidak mungkin ada sedemikian banyak relawan kalau tidak ada usaha dan perjuangan jauh-jauh hari yang dilakukan oleh Pak Gatot beserta rekan-rekan di DIKMENJUR dan SMK untuk membuat bangsa ini pandai dan maju di bidang IT.

Kebanyakan birokrat masih melihat peralatan komputer sebagai peralatan pengganti mesin ketik. Memang sekarang sudah mulai banyak birokrat yang tahu Internet, tapi tidak banyak yang hidup di Internet. Kebanyakan masih membalas e-mail menunggu beberapa hari kalau di balas. Akibatnya, tidak heran jika kurikulum SD, SMP, SMA masih lebih banyak bekutet teknologi informasi sebagai mesin ketik dan sedikit untuk pemrogramman, tapi tidak banyak melihat teknologi informasi sebagai media pembelajaran. Saya terus terang kecewa sekali melihat kurikulum di SD, SMP dan SMA tempat anak saya sekolah. Payah sekali, guru tidak bisa di salahkan, karena memang tuntutan dari DIKNAS hanya sebatas itu.

Satu hal yang membuat saya lebih kecewa lagi, kurikulum IT di Indonesia sangat sarat sekali dengan Microsoft. Semua contoh yang digunakan dari Microsoft. Enak sekali ya kalau dipikir-pikir, dagangan sebuah perusahaan di iklankan gratis bahkan menjadi bagian dari pendidikan – tanpa perlu di perusahaan tersebut memberikan kontribusi ke pendidikan Indonesia. Padahal bagi anak-anak yang masih muda, seperti anak saya di rumah, memakai OpenOffice dan Microsoft Office sama saja tidak ada bedanya. Pembiasaan penggunaan produk Microsoft sejak awal akan menyebabkan ketergantungan dan berakibat fatal di kemudian hari. Terus terang, teman-teman dari komunitas Open Source sedang berjuang untuk membuat kurikulum yang ekivalen dengan itu, dan mulai di adopsi ke beberapa sekolah. DIKNAS Perlu menjadi pemimpin disini dan menekankan penggunaan Open Source seperti yang di canangkan dalam IGOS (Indonesia Go Open Source).

Saya pribadi terus terang bermimpi IT sebagai bagian dari proses pembelajaran. Saya bermimpi guru bahasa Indonesia mengajari siswa-siswa untuk belajar mengexpresikan diri-nya dalam bentuk tulisan di Blog, guru-guru pelajaran IPA mengajari murid-nya membaca dan menulis Wikipedia. Menjadikan IT sebagian bagian integral dari proses pendidikan. IT bukan sekedar alat untuk mengetik dan membuat presentasi, tapi memang bagian dari proses pendidikan, proses memandaikan anak-anak muda negeri ini. Mungkin mimpi saya terlalu jauh? entah lah.

Saya mengajak para pembaca disini untuk melihat-lihat bagian statistik yang ada di situs DIKNAS maupun DEPAG. Jumlah Sekolah (SD, SMP, SMK, SMA, Madrasah) di Indonesia lebih dari 220.000 sekolah mendekati 250.000 sekolah. Jumlah siswa lebih dari 46.5 juta siswa. Siswa ini adalah anak bangsa ini. 46.5 juta, seper empat bangsa ini yang nantikan akan mengubah kehidupan bangsa ini menjadi maju atau tidak. Nasib bangsa ini terletak di seper-empat bangsa ini. Kesalahan, kekurangan dalam memberdayakan seper-empat bangsa ini akan berakibat fatal bagi bangsa ini di kemudian hari.

Padahal untuk memberdayakan seper-empat bangsa ini kita hanya perlu mengkomputerisasi dan menyambungkan 250.000-an sekolah ke Internet, yang secara jumlah sangat kecil, hanya 0.5% dari sekitar 60 juta pelanggan handphone / telepon di Indonesia. Kebijakan di dunia telekomunikasi jelas-jelas mensyaratkan para operator telekomunikasi untuk men-zakat-kan 2.5% pendapatannya untuk pembangunan. Kalau saja pihak DIKNAS dapat menegosiasi agar 0.5-1% dari zakat operator telekomunikasi digunakan untuk membangun lab komputer kecil dan sambungan Internet di sekolah-sekolah, saya yakin seyakin-yakin-nya .... bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar di kawasan Asia Tenggara, jumlah 46.5 juta siswa Indonesia merupakan jumlah yang sangat besar bahkan penduduk Malaysia dan Australia di gabungkan-pun kalah dengan jumlah siswa Indonesia.

Saya yakin bahwa bangsa ini bisa maju. Potensi untuk kemajuan ada, sangat jelas dan kasat mata sekali. Kunci kemajuan ada di tangan para pengambil kebijakan yang duduk di DIKNAS. Semoga lebih banyak lagi GATOT HP di DIKNAS, hanya dengan orang-orang seperti GATOT HP bangsa ini dapat maju.

Sebagai akhir kata, saya kutip sebuah kata-kata bijak dari dr. Wahidin. di “Seri Pahlawan Kemerdekaan Nasional”, DEPEN.RI., Jilid I, 1967, Halaman 11,


“Untuk memajukan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang baru, hanyalah dengan memajukan pendidikan. Khususnya pendidikan di kalangan para pemuda dan pemudinya. Pendidikan dan pengajaran adalah memegang peranan penting dalam pembangun bangsa dan kemajuan umat manusia.”


Merdeka!!