Sumber Daya Ajar

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Gambaran umum sumber daya ajar di perlihatkan dalam mind mapping di bawah ini. Tampak agak berantakan, karena mind mapping ini dibuat sambil memberikan webinar.

Gambar: Sumber Daya Ajar

Secara teknologi, sering kali kita lupa bahwa,

  • e-learning secara praktis tidak dibatasi ruang & waktu. e-learning dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, tidak dibatasi oleh absensi, kehadiran, aturan2, birokrasi lainnya.
  • e-learning akan dibatasi oleh kemampuan sistem yang digunakan, seperti, core CPU, kapasitas RAM/memory, kapasitas harddisk, kualitas ISP, bandwidth jaringan.
  • Untuk di daerah, solusi yang berbentuk text, seperti SMS, WA, telegram, Palapa menjadi menarik dan lebih di sukai daripada Video / ZOOM.

Tentunya akan menjadi menarik jika semua orang di bebas-kan untuk dapat pandai dan mengakses ilmu/pengetahuan yang dia inginkan tanpa batas-batas buatan manusia.

Akses ke pengetahuan tentunya akan sangat tergantung pada sumber ajar-nya. Secara umum ada tiga (3) sumber daya ajar yang akan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar terutama jika dilakukan secara elektronik melalui jaringan, yaitu,

  • Perpustakaan Digital. Perpustakaan digital menyimpan berbagai materi/pengetahuan secara elektronik. Materi/pengetahuan dapat berbentuk slide/ebook (PDF), video (MP4), audio (MP3), gambar (PNG/JPG), aplikasi (EXE) dll. Secara sederhana perpustakaan digital dapat berbentuk harddisk tempat berbagai media/file ini berada, dan dapat di share melalui jaringan/web. Pengalaman selama ini, yang paling berat adalah ke-telaten-an seorang pustakawan untuk mengumpulkan dan mengorganisasi berbagai materi2 ini agar tersusun rapi dalam folder yang mudah untuk di copy dll. Sekedar info, perpustakaan digital OWP saat buku ini ditulis cukup besar sekitar 7TB berisi berbagai ilmu, termasuk buku2 sekolah SD, SMP, SMA dan dapat di copy “gratis”.
  • Penyampaian Materi. Secara umum penyampaian materi/diskusi dapat dilakukan secara sinkron dimana siswa/mahasiswa berpartisipasi bersamaan saat pengajar menyampaikan materi. Alternatif lain, dilakukan secara asinkron dimana pengajar merekam materi dan siswa/mahasiswa mengakses materi/diskusi tidak bersamaan dengan pengajar. Teknologi Internet memungkinkan proses penyampaian dilakukan secara asinkron, sehingga absen dan kehadiran menjadi tidak penting.
    • Contoh penyampaian materi secara sinkron, mengajar menggunakan ZOOM. Pengajar yang kreatif dapat langsung berinteraksi dengan siswa/mahasiswa melalui chat. Pengajar yang kreatif dapat secara live men-stream kuliah ke live streaming di youtube. Siswa/mahasiswa bahkan bangsa Indonesia yang belum berpartisipasi dapat mengakses materi secara asinkron. Bahkan diskusi dapat dilakukan melalui media sosial, twitter, group dll secara asinkron. Proses asinkron menjadi sangat nyata karena kemampuan teknologi untuk mengarsip, mendokumentasikan proses pengajaran baik melalui youtube, wiki, e-learning dll.
  • Evaluasi & Monitoring. Bagian yang tampaknya akan memegang peran penting adalah evaluasi dan monitoring perkembangan siswa/mahasiswa. Ujian sering kali digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa/mahasiswa. Jarang sekali proses evaluasi & monitoring digunakan untuk memacu proses pemahaman tentang ilmu.
    • Contoh paling sederhana, sebagian besar orang akan sangat senang sekali jika memperoleh sertifikat walaupun isinya hanya “telah menyelesaikan dengan baik kuliah …..”. Bayangkan jika menggunakan moodle, sertifikat PDF dapat secara otomatis di buat jika nilai yang diperoleh di atas 85.
    • Contoh lain, sebagian besar kuliah hanya mengandalkan beberapa kuis/ulangan, satu UTS, satu UAS untuk menentukan kelulusan. Bayangkan jika semua kuis, UTS, dan UAS dapat dilakukan berkali-kali selama satu semester dan diambil nilai tertinggi. Pengalaman selama ini, ujian berkali2 dengan soal random dengan nilai tertinggi yang diambil akan memacu & membuat optimis siswa/mahasiswa karena kemungkinan untuk lulus menjadi besar, di samping akan menghilangkan remedial sama sekali. Disamping itu, ujian berkali2 akan memaksa siswa/mahasiswa untuk membaca materi berulang2 sehingga akan meningkatkan pemahaman terhadap ilmu-nya. Memang, membuat bank soal yang besar agar bisa memberikan soal random menjadi beban yang bukan main disisi guru/dosen.
    • Alternatif lain, memberikan pilihan bagi mahasiswa untuk menulis buku untuk kelulusannya. Intinya sederhana saja, pola ujian yang selama ini dilakukan kebanyakan mengecek apakah siswa/mahasiswa sudah menjadi konsumen ilmu yang baik. Sementara menulis buku adalah mengecek apakah siswa/mahasiswa tersebut adalah PRODUSEN ilmu yang baik. Bagi kita yang pernah bekerja sebagai penulis akan tahu bahwa untuk bisa menjadi produsen yang baik, seseorang harus menjadi konsumen yang baik. Yang menarik dengan buku, mahasiswa akan memperoleh royalti mungkin sekitar Rp. 3-5 juta / buku untuk mahasiswa tersebut. Yang justru menjadi sangat penting, menulis buku akan sangat menaikan nilai jual mahasiswa pada saat lulus dan kemudian mencari kerja karena akan sangat memudahkan lulusan tersebut untuk bersaing dengan lulusan lain yang hanya mengandalkan ijazah saja.


Pranala Menarik