Pabrik HP BlackBerry atau semua sekalian pindahkan ke Indonesia?
- Onno W. Purbo Desember 2011
Sebetulnya ini topik lama sekali sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Di tahun 1996-an saya pernah menegosiasi Motorola agar membuat / memindahkan salah satu pabriknya ke Adakah masalah yang lebih urgen dan penting ketimbang memblok situs pornografi di internet? Indonesia. Saat itu, kebetulan Motorola memenangkan tender pengadaan sistem komunikasi kehutanan. Masalahnya ternyata tidak sesederhana itu, selain masalah birokrasi, setoran yang merajalela di Indonesia, Motorola bertanya kepada saya, apakah Indonesia bisa menyediakan SDM yang mereka butuhkan? Bagaimana dengan penyediaan air bersih? Bagaimana dengan listrik? Bagaimana dengan transportasi? Bagaimana dengan tanah? Bagaimana kompensasi pajak untuk investor? Karena sebuah pabrik harus dipikirkan untuk bertahan dalam waktu lama sekali 25-50 tahun kalau bisa lebih. Ini sudah diluar kekuasaan Kabinet di Republik Indonesia. Kalau bangsa ini memang bisa komit memberikan layanan / kemudahan bagi investor dalam waktu 25-50 tahun ke depan, jangan harap pabrik akan pindah ke Indonesia.
Di tahun 1996-an Motorola sempat mengajak saya untuk meninjau pabrik Motorola di Penang & Petaling Jaya di Malaysia. Di situ saya baru melihat bahwa orang mengoperasikan pabrik dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi semua berambut hitam, semua orang Malaysia! Saya tanya koq bisa? Mereka menjawab bahwa ini bukan proses yang instan, di awal memang orang di atas semua bule, setelah 25 tahun baru semua akan di duduki orang melayu. Ini proses penguasaan teknologi yang tidak mudah perlu komitmen beberapa generasi untuk sampai level tersebut.
Dengan keterbatasan yang ada pada saya saat itu, saya hanya sanggup akhirnya menegosiasi Motorola untuk membuat laboratorium di PAU Mikroelektronika ITB. Dengan harapan kita bisa membuat SDM yang kita butuhkan di kemudian hari.
Kembali ke masalah Blackberry ini sejak Januari 2011 sudah saya dengungkan, ngapain mindahin server? Kurang besar itu, sebaiknya sekalian pabrik-nya. Silahkan baca-baca catatan saya di Wawancara sekitar Blokir BlackBerry yang saya kutip di bawah ini:
Adakah masalah yang lebih urgen dan penting ketimbang memblok situs pornografi di internet?
Wah ya banyak banget mas ..
Ada beberapa yang untuk saya pribadi sangat urgent, yaitu:
- Saya mimpi supaya RIM / BB, iPhone, Android, Nokia, Siemens, Samsung, LG, dll semua kontribusi pada kurikulum di kampus2 republik Indonesia supaya kita punya banyak programmer yang bisa bikin aplikasi untuk gadget-gadget mereka. Malah kalau bisa belajar bikin handphone / gadget seperti yang mereka buat. Jadi seperti belajar Research & Development (R&D) sendiri.
- Saya bermimpi agar pemerintah bisa mendesak semua pembuat gadget agar bikin / memindahkan PABRIK-nya ke Indonesia. Masa sih dengan pembeli ratusan ribu gadget per bulan gak balik modal bikin pabrik di Indonesia. Tentunya tidak mudah untuk bikin pabrik. Kita perlu menyiapkan SDM, Listrik yang baik, Air yang baik, transportasi, lahan juga mengikis para preman di birokrasi level pusat, daerah sampai ke bawah-bawah.
Itu mimpi saya .. mungkin terlalu muluk ya. Makanya republik ini cuma minta blokir situs porno dan mindahin server BB doang heheheh ..
sekarang sesudah Blackberry membuat pabrik di Malaysia, kita uring-uringan. Kalau mau jujur, ya salah para Menteri itu sendiri sebenarnya. Saya bercita-cita bukan cuma Blackberry yang membuat pabrik tapi juga semua pembuat gadget. Tidak adil kalau hanya Blackberry.
Tidak mudah untuk membuat pabrik di sebuah negara. Ada beberapa kunci utama yang perlu di perhatikan, yaitu:
- Komitmen jangka panjang 25-50 tahun-an. Jangan sampai ganti kepala negara, kepala daerah ganti kebijakan bisa bubar bangsa ini kalau gitu caranya.
- Pajak / Pemalakan dll. Harus di berikan kemudahan & kebebasan fiskal untuk investasi yang jangka panjang banget.
- Kepemilikan usaha, kepemilikan tanah, apakah mungkin 100% Penanaman Modal Asing? Ini akan banyak pro & kontra-nya.
- SDM, pendidikan menjadi sangat strategis – buat kurikulum-kurikulum di SMK dan Perguruan tinggi yang match dengan kebutuhan pabrik tersebut. Ini teknologi tinggi lho, beda dengan pabrik tekstil atau pabrik yang teknologi rendah. Kita butuh SDM dengan kemampuan brainware lebih tinggi.
Kita harus angkat topi terhadap Astra. Ini contoh riil pabrik mobil merek Jepang bisa buatan 100% Indonesia bahkan di export ke Jepang. Ini sebetulnya yang ada di kepala saya, kita semua juga tahu bahwa Astra berjuang dalam perioda yang lama sekali.
Pabrik juga tumbuh secara bertahap misalnya
- Merakit / mengassembling produk secara lokal. Ini mungkin yang paling sederhana.
- Selanjutnya merancang, memproduksi, membuat casing & mekanik-mekanik dari produk. Ini relatif gampang.
- Memproduksi / membuat PCB / board termasuk testing dari produk.
- Merancang PCB / board sendiri.
- Dan seterusnya bertahap perlahan.
Ini semua hanya mungkin berkembang kalau kita bisa mengembangkan ekosistem yang dukung indstri tinggi terutama di bidang Human Capital, Infrastructure, Financial.
Sebuah pabrik biasanya akan menstimulasi pabrik-pabrik lain pendukungnya. Misalnya, pabrik chip, wafer, berbagai connector dll dll semua harus diproduksi oleh pabrik-pabrik lain. Thailand & Malaysia membuktikan mereka bisa komit dalam jangka waktu lama sehingga banyak pabrik semikonduktor lari ke negara tersebut. Kita juga bisa! Kalau kita mau komit dalam jangka waktu lama.