Mencari Tahu Keinginan Konsumen / Pembaca / Masyarakat
Tulisan ini merupakan catatan kecil pengalaman pribadi saya tentang pemasaran diri kepada masyarakat. Saya memang tidak berlatar belakang marketing atau berpendidikan di bidang itu. Saya selama ini lebih banyak berkiprah untuk memberikan ilmu pada masyarakat. Jadi tulisan ini akan menjadi sangat sederhana sekali bagi mereka yang bergerak di bidang public relation :) ...
Sepintas Profesi Saya
Saya lebih dari 20+ tahun sebetulnya lebih banyak hidup sebagai penulis. Memang sempat bekerja sebagai dosen paling tidak 10+ tahun di samping sebagai penulis, dan juga memberikan ceramah.
Pertanyaannya,
- Bagaimana supaya apa yang saya tulis diminati oleh banyak orang?
- Bagaimana kita mengetahui kemauan banyak orang?
- Bagaimana kita bisa tahu bahwa tulisan kita menarik bagi banyak orang?
- Segmen masyarakat yang suka dengan tulisan saya?
Pertanyaan tersebut dapat di terjemahkan bagi perusahaan, dunia usaha, lembaga pemerintah bahkan partai. Misalnya,
- Bagaimana supaya produk yang kita buat diminati oleh banyak orang?
- Bagaimana kita mengetahui keinginan konsumen?
- Bagaimana kita bisa tahu bahwa produk menarik bagi banyak orang?
- Segmen masyarakat yang suka dengan produk tersebut?
Keterbatasan yang ada di saya terutama, saya lebih banyak bekerja sendiri atau dengan tim sangat kecil, mungkin kalau di perusahaan sekelas usaha mikro. Waktu yang ada sangat terbatas, tidak punya waktu banyak untuk melakukan lobby kiri kanan, karena sibuk di rumah untuk menulis dan mengembangkan teknologi.
Filosofi usahanya sebetulnya sangat sederhana sekali, yaitu, berusaha untuk menjadi produsen, bukan sekedar konsumen. Karena dimana-mana produsen yang baik biasanya akan memperoleh rejeki. Sementara, konsumen pasti harus mengeluarkan ongkos. Di samping itu, kita hanya bisa hidup pada saat kita bermanfaat untuk orang lain. Semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari apa yang kita berikan, maka rejeki (semoga juga pahala) akan mengalir lebih banyak.
Langkah Pemasaran Sederhana
Dengan keterbatasan yang ada, maka taktik yang diadopsi menjadi sangat terbatas bahkan bisa dilakukan oleh semua orang seorang diri saja, atau dengan tim kecil. Langkah yang digunakan sebisa mungkin mengunakan Internet, karena akan memudahkan kita untuk berhubungan dengan orang banyak dengan biaya seminimal mungkin.
Berbeda dengan cara konvensional yang banyak sekali satu arah, misalnya, menggunakan iklan, spanduk, ads, banner dll. BIasanya cara ini akan membutuhkan banyak yang uang dan dukungan profesional yang mahal. Dengan kondisi budget yang pas-pasan, saya lebih banyak mengandalkan komunikasi dua (2) arah, misalnya diskusi, penyebaran mulut ke mulut yang jauh lebih murah. Berikut adalah sari langkah-langkah yang saya lakukan.
Kita hanya bisa mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat jika kita bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat. Di Internet telah tersedia banyak forum, group facebook, mailing list dll. di awal karir saya, di mulai tahun 1985-an, saya kebetulan banyak aktif di banyak mailing list, awalnya pasif sebagai pembaca saja untuk bisa mengetahui apa yang di diskusikan? siapa saja orang besar di komunitas tersebut? Sekali-sekali melemparkan pertanyaan di forum untuk memperoleh masukan maupun memberanikan diri untuk tampil dimuka walaupun hanya bertanya.
Secara perlahan-lahan, kita mulai menjawab pertanyaan di forum. Jujur, pada saat menjawab pertanyaan, saya sering kali harus mencek terlebih dulu apakah jawaban tersebut benar. Ini bisa dengan search terlebih dulu ke Google atau mungkin ke catatan-catatan lama yang ada.
Kalau tidak yakin saya sering kali justru menjawab dengan di akhiri tanda tanya "?" untuk membuka kemungkinan teman lain memberikan penjelasan lebih dalam lagi. Jika saya tidak mengetahui jawabannya, saya pun tidak segan-segan untuk menjawab bahwa saya tidak tahu. Tidak tahu bukan suatu aib, sangat normal bagi seseorang untuk tidak mengetahui banyak hal.
Belasan tahun kemudian, budaya tanya jawab tersebut ternyata terus berlanjut, di facebook onnowpurbo maupun twitter pribadi saya @onnowpurbo. Jika pembaca tidak percaya silahkan di cek facebook maupun twitter saya, isinya lebih banyak seperti pesantren atau forum diskusi tanya jawab. Komunikasi dua (2) arah sangat intens sekali.
Menarik untuk di catat, jika kita memberikan jawaban yang baik dan di sukai banyak orang maka jawaban kita biasanya akan di forward (di mailing list), di retweet (di twitter) oleh banyak orang supaya teman2 lain menjadi tahu juga. Pola penyebaran informasi mulut ke mulut ini menjadi menarik, karena jauh lebih murah dan jauh lebih effektif daripada mengandalkan pola lama seperti memasang iklan, spanduk, banner dll.
Yang lebih menarik, dalam proses komunikasi dua arah, jika kita salah atau kurang dalam penjelasan maka seringkali ada teman lain yang akan memperbaiki bahkan memberikan banyak masukan yang berharga. Akhirnya kita semua menjadi lebih baik dan lebih pandai.
Kalau saya sederhanakan maka sebetulnya cara pemasaran yang saya usuikan hanya,
- Masuk di forum / twitter / group facebook.
- Di awali sebagai pembaca pasif (sebagai konsumen).
- Kemudian aktif sebagai penulis (menjadi produsen).
- Aktif berdiskusi (komunikasi dua arah).
Keinginan Bangsa Indonesia?
Bayangkan, apa yang terjadi setelah komunikasi dua arah tersebut dilakukan secara intens selama bertahun-tahun? Apalagi sebetulnya di bidang yang saya tekuni, yaitu, teknologi Internet, sebetulnya pertanyaan yang di ajukan tidak beda jauh dari hari ke hari. Akibatnya, saya menjadi bisa mengerti kebutuhan masyarakat di bidang Internet / telekomunikasi, rakyat Indonesia tidak terlalu muluk, misalnya,
- Masyarakat sangat mendambakan wifi gratis dimana-mana.
- Masyarakat mencari Internet murah.
- Masyarakat ingin bisa menelepon murah, kalau bisa gratis.
- Rakyat desa Indonesia tidak berbeda dengan masyarakat di kota.
- Anak muda Indonesia banyak yang mencari jati diri, hacker adalah profil super-hero mereka.
Akibatnya, siapapun yang bisa memberikan solusi bagi kebutuhan masyarakat tersebut pasti akan laku keras. Jadi jangan heran kalau kebanyakan tulisan, buku saya lebih banyak mengarah pada hacking, internet murah bahkan telepon gratis. Secara teknologi amat sangat gampang sekali, tinggal bagaimana menyebarkan pengetahuan ini pada masyarakat. Sialnya kebanyakan yang saya ajarkan sering tidak cocok dengan aturan di republik ini yang naga2-nya masih mementingan pemasukan pajak bagi negara.
Semoga para birokrat, para anggota dewan, orang partai bisa lebih aktif berdiskusi dengan rakyat Indonesia mendengarkan kemauan rakyat kecil yang ingin merdeka dan maju. TIdak sulit untuk dilakukan terutama jika kita menggunakan hati nurani yang bersih, dan paling dalam. Semoga hal ini bisa terjadi, bukan mustahil republik ini bisa menjadi negara yang maju di kawasan asia tenggara. Amin.