Membantu Thailand Menuju 4G
Catatan: Onno W. Purbo Juli 2007
Selama tiga (3) hari, pada tanggal 14-16 Mei 2007, saya berada di Asian Institute of Technology (AIT) di pinggiran Bangkok Thailand untuk memberikan workshop tentang Next Generation Network (NGN) dan teknologi selular 4G. Workshop tersebut di selenggarakan atas undangan dari Prof. Kanchana Kanchanasut dari Departemen Computer Science AIT yang merupakan rekan saya sejak 10 tahun lalu. Kanchana sendiri pernah menjabat sebagai salah satu board director di ICANN yang merupakan lembaga tertinggi di Internet dunia.
Satu hal strategis yang mendasar dari kegiatan workshop NGN & 4G tersebut ternyata di balik kegiatan tersebut, terbayang rencana dari Menteri ICT Thailand untuk membawa Thailand melompat menuju 4G dan NGN. Hal ini di perkuat dengan informasi yang saya peroleh dari rekan saya Prof. Ubonrat dari Chulalongkorn University pada saat lawatan saya ke Nepal awal bulan Mei 2007 lalu. Tampaknya Thailand secara serius sedang melakukan ancang-ancang melakukan lompatan tersebut. Persiapan SDM tampaknya menjadi penting, dan bentuk persiapan dilakukan dengan workshop handson untuk SDM NGN & 4G. Jadi bukan sekedar seminar dan bukan juga Omong Doang / No Action Talk Only, tapi benar-benar melakukan banyak workshop handson dengan peserta terbatas.
Selain saya, workshop di lakukan bersama Dr. Apinun Tunpan (lulusan Amerika Serikat) dan Andrey Kouprianov (lulusan AIT). Materi yang dibawa Dr. Apninun lebih ke arah Trixbox, Andey lebih ke arah SER. Ke dua instruktur mitra saya tersebut, lebih memberikan ilmu kepada softswitch saja.Sementara saya termasuk yang paling brutal di workshop tersebut karena mengajarkan Asterisk, ENUM dan integrasi ke Telkom di Thailand.
Workshop di selenggarakan di Internet Education and Research Laboratory (InterLab) AIT yang merupakan dirancang menjadi pusat penggodokan SDM Internet di Asia. InterLab mempunyai Chairman Prof. Jun Murai (Keio University Jepang) dan Prof. Kilnam Chon (Kora) yang merupakan pendekar Internet di negara masing-masing & juga kebetulan rekan lama saya sejak 10 tahun yang lalu.
Peserta yang hadir kebanyakan dari perusahaan dan institusi telekomunikasi terbesar di Thailand, seperti, Shin Satellite, Advanced Info Service Public Company, Samart Telcom, TOT dan beberapa universitas di Thailand. Juga hadir beberapa peserta dari negara tetangga, seperti, MYREN Malaysia, Institute of Technology Cambodia,
Kita sebagai bangsa Indonesia boleh berbangga hati, terus terang saya sendiri terkaget-kaget karena ternyata semua peserta termasuk instruktur lainnya, yaitu, Apinun dan Andrey, baru pertama kali mengenal teknologi ENUM maupun detail teknik integrasi ke NGN / 4G ke jaringan Telkom Thailand. Di benak mereka, tampaknya masih sangat naif sekali, kebanyakan masih berfikir bahwa VoIP adalah telepon dari komputer ke komputer melalui Internet. Kasian sekali sebetulnya melihat orang-orang ini. Sementara kita di Indonesia melalui VoIP Merdeka tahun 2000-an dan di lanjutkan oleh VoIP Rakyat Anton Raharja cs merupakan makanan sehari-hari selama lebih dari lima tahun mengoperasikan sistem NGN & 4G di Internet Indonesia.
Melihat hal di atas makin yakin saya bahwa apa yang kita lakukan di Indonesia melalui VoIP Rakyat merupakan teknologi yang masuk belum di kuasai oleh banyak institusi besar telekomunikasi di negara-negara sekitar kita. Thailand, Malaysia, Cambodia yang hadir di ruangan workshop jelas-jelas kalah telak di bandingkan dengan kemampuan Indonesia.
Hal stategis lain yang membuat saya yakin dengan kemampuan Indonesia beberapa tahun mendatang, aktifnya di selenggarakannya workshop, demo, seminar yang sifatnya handson dan merakyat tentang NGN dan 4G, memang di kemas dengan bahasa yang merakyat seperti Handphone tanpa SIM Card, VoIP Cikal Bakal Telkom Rakyat. Apalagi dibantu dengan tayangan oleh rekan-rekan di MetroTV melalui Newsdotcom Republik BBM dan e-livestyle, ide tentang NGN dan 4G menjadi sangat merakyat di masyarakat Indonesia. Gambaran bahwa handphone tanpa SIM Card yang sebetulnya merupakan teknologi 4G menjadi lebih nyata bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
Konsekuensi aktifitas demo, workshop, seminar yang terjadi sangat tinggi dengan rata-rata 2-4 kota per minggu dan peserta rata-rata 150-200 peserta. Hal ini terus terang tidak terjadi di negara-negara sekitar kita bahkan di Amerika Serikat pun tidak terjadi tingkat aktifitas yang sedemikian tinggi. Jangan kaget kalau dalam waktu dekat Indonesia akan menjadi negara yang paling besar di dunia yang mempunyai massa SDM di rakyatnya yang mampu mengoperasikan sendiri sentral telepon pada tingkat RT/RW-net.
Dibantu dengan internet 24 jam menggunakan teknologi wajanbolic e-goen pada tingkat RT/RW-net menjadikan NGN dan 4G sangat merakyat di Indonesia. Tidak ada bangsa lain di dunia yang menguasai dan menjiwai teknologi wajan ini sebaik bangsa Indonesia.
Memang semua aktifitas VoIP Rakyat, RT/RW-net, Wajanbolic, NGN dan 4G yang sedemikian marak di lapisan bawah di tingkat rakyat sampai detik ini masih di sepelekan regulator telekomunikasi di Indonesia. Terus terang, saya pribadi bersyukur regulator telekomunikasi mensepelekan infrastruktur rakyat ini, karena hal ini menunjukan secara explisit bahwa rakyat Indonesia sebetulnya mempunyai kemampuan yang tinggi dan sebetulnya rakyat Indonesia tidak membutuhkan pemerintah maupun regulator untuk membangun infrastruktur telekomunikasinya. Mungkin bangsa Indonesia miskin, tapi bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh. Mereka mampu membangun sendiri infrastruktur-nya asalkan kita dapat membuat pandai bangsa Indonesia. Kunci keberhasilan bukan pada uang dan alat, kunci berada pada otak manusia Indonesia.
Memang semua ini menjadi tantangan besar sekali bagi regulator telekomunikasi Indonesia, karena ilmu dan teknologi yang ada telah memungkinkan rakyat dapat membuat sendiri jaringan telekomunikasi private (tertutup) yang skalanya sangat besar di atas infrastruktur Internet buatan sendiri pula. Dalam beberapa kondisi merupakan tantangan langsung bagi jaringan telekomunikasi publik. Regulasi di Indonesia tidak berhasil mengantisipasi bahwa rakyat mampu membuat jaringan telekomunikasi tertutup yang sedemikian besar. Tidak mengherankan kalau banyak pejabat di tingkat operator maupun regulator menjadi gerah karenanya, Hal ini telah saya sampaikan pada artikel saya di KOMPAS tanggal 14 Mei 2007.
Semoga kita semua sadar bahwa bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar di bidang telekomunikasi di dunia, khususnya menjadi contoh dalam memberikan solusi telekomunikasi murah bagi negara berkembang lainnya. Semoga kita sadar bahwa “Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia”
Merdeka!