Filosofy: Penutup

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Keberadaan teknologi informasi dan infrastruktur Internet memungkinkan proses transfer pengetahuan dan informasi di mana saja di permukaan bumi menjadi sangat cepat. Keberadaan platform dengan kemampuan transfer pengetahuan dan informasi yang sangat cepat ini ternyata akan mengubah beberapa paradigma mendasar sosial budaya manusia.

Dimensi ruang, dimensi waktu, dimensi birokrasi, dimensi lainnya menjadi hancur luluh rata, umat manusia menjadi lebih fluid, sederajat dan sejajar dengan sesama. Setiap manusia mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama.

Perombakan dimensi ruang, dimensi waktu, birokrasi, pada akhirnya mempertanyakan keabsahan tatanan hukum tertulis dalam dunia cyber. Hak cipta menjadi obsolete dan ketinggalan jaman, meman pada dasarnya pengetahuan itu sendiri dimiliki oleh Allah SWT, seperti di terangkan pada Al Alaq:1-5. Gerakan copyleft menjadi jawaban bagi mereka yang menginginkan perputaran informasi dan pengetahuan yang cepat bertumpu pada mekanisme people’s power dalam mengadili penjiplak, pencuri dan sebagainya. Perputaran pengetahuan menjadi sangat cepat, kekuatan pengetahuan yang sebenarnya terlihat nyata pada saat percepatan proses sharing pengetahuan terjadi – effek multiplikasi yang menakjubkan dari pengetahuan menjadi kekuatan sebenarnya dari pengetahuan itu sendiri, yang hanya dapat dilihat pada saat pengetahuan jalankan di atas platform dunia cyber.

Kepercayaan (trust) tetap menjadi tumpuan berbagai transaksi yang dilakukan di dunia cyber. Mekanisme trust tidak lagi harus bertumpu pada badan akreditasi, ijazah, sertifikat, kartu penduduk, kartu keluarga yang mengacu pada hukum tertulis – akan tetapi mekanisme trust lebih banyak bertumpu pada pengakuan langsung dari masyarakat, dan kepercayaan umat.

Setiap orang / umat / rakyat akan memiliki hak yang sama dalam waktu serentak menjadi hal yang sangat mendasar dengan adanya teknologi informasi. Konsekuensi yang harus di tanggung cukup dahsyat, mekanisme perwakilan, mekanisme partai, mekanisme pemilu menjadi usang, dan harus di tinggalkan jauh-jauh. Gila?! Tidak perlu lagi adanya mekanisme proses perwakilan bagi umat dalam menyuarakan pendapatnya. Pemimpin umat adalah knowledge leader bukan seseorang yang berpangkat, bersenjata, berkuasa, bukan pula seseorang yang kaya.

Kepemimpinan yang bertumpu pada tingkat keahlian tampak nyata pada budaya bawah tanah dari para hacker yang merupakan siluman dalam dunia cyber. Para hacker tidak mempercayai autoritas penguasa maupun pemerintah, mereka lebih menghormati seseorang yang mempunyai keahlian yang tinggi. Keberadaan para hacker sendiri sangat membantu pengembangan teknologi pendukung dunia cyber, karena para hacker yang setiap saat memperbaiki sistem yang ada untuk berevolusi menuju ke yang lebih baik.

Biasanya ada ketakutan mendasar pada sebagian besar orang untuk mengadopsi gaya hidup dunia cyber yang tidak bertumpu pada konsep lama dalam bekerja yang biasanya bertumpu pada pekerjaan perkantoran / atau menjadi pegawai tetap di sebuah instansi / perusahaan. Ketakutan bahwa tidak ada penghasilan tetap, ketakutan tidak ada pengakuan status oleh masyarakat dll. Akan tetapi jika kita lihat filosofi mendasarnya sebetulnya sangat sederhana, yaitu rizki dan pahala hanya tergantung pada tingkat / jumlah amal dan ibadah yang kita lakukan, apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan. Bahkan biasanya rizki yang diperoleh jauh lebih melimpah rasanya di bandingkan apa yang kita berikan pada saat beramal.

Pada akhirnya, nilai (value) seseorang lebih banyak di tentukan oleh manfaat seseorang tersebut untuk umat manusia. Bukan harta kekayaan, bukan jabatan, bukan kekuasaan, bukan pangkat, bukan prestasi yang akan menentukan value seseorang. Infrastruktur cyber memungkinkan azas manfaat seseorang kepada umat dapat terlaksana dengan sangat effisien, sehingga hanya membutuhkan biaya yang sangat rendah sekali. Insya Allah, rizki dan pahala pun akan seimbang (bahkan mungkin berlebih) dengan apa yang kita lakukan.


Pranala Menarik