Dan Istriku pun Menggunakan Open Source

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Date: Mon, 27 Jul 2009 14:37:37 -0000

From: Rumah Ilmu <rezaervani@yahoo.com>
Reply-To: klubguruindonesia@yahoogroups.com
To: klubguruindonesia@yahoogroups.com
Subject: [Klub Guru Indonesia] Dan Istriku pun Menggunakan Open Source


Oleh : Reza Ervani


Bismilahirrahmanirrahiim


Mumpung semangat sahabat-sahabat sedang menyala-nyala menggunakan Open Source, ada baiknya penulis juga menyumbang beberapa cerita yang mudah-mudahan menjaga semangat pembelajaran Open Source. Tidak ada maksud untuk melakukan diskriminasi terhadap proprietary software tertentu, hanya sekedar cerita biasa saja yang mungkin sedikit berbau teknis.

Cerita pertama terjadi di angkatan IV pelatihan Moodle Rumah Ilmu Indonesia.

Masalah yang terjadi hampir selalu berkaitan dengan perangkat software server di sistem Windows pada personal Computer. Sekalipun WAMP, XAMPP dikenal mampu membantu banyak orang menjalankan perangkat-perangkat yang berkaitan dengan Apache, php dan MySQL yang dibutuhkan oleh CMS semacam Wordpress, Joomla dan semacamnya, tapi di beberapa kasus tingkat "menengah", Windows seringkali tidak bersahabat denga n "third party software" tersebut. Dan karena kita tidak bisa masuk terlalu dalam ke OS "tertutup", maka tak banyak yang bisa dilakukan dengan masalah-masalah tersebut. Belum lagi virus dan (bahkan) perangkat anti virus yang terkadang sedikit "kejam" menghapus file-file sistem penting yang menyebabkan konfigurasi harus dirubah kiri dan kanan untuk tetap bisa berjalan baik.

Selain itu, bukankah sedikit "tidak adil" ? PHP, MySQL, hingga Wordpress, Joomla bahkan Moodle dikembangkan secara Open Source, dan membantu banyak orang bersahabat dengan komputer, tetapi pondasi yang dipakai buat menjalankannya justru bukan Open Source ? :-)

Kembali ke cerita saat pelatihan tanggal 26 Juli yang lalu ...

Kebetulan salah seorang peserta menggunakan dual OS, Windows Vista dan Jaunty Jackalope. Stress karena konfigurasi php.ini tidak bisa dijalankan di WAMP pada Windows Vista, akhirnya penulis "menyerah" dan meminta sang Bapak menggunakan Jaunty-nya saja untuk berlatih Moodle. Demo instalasi Moodle di Jaunty penulis lakukan di depan para peserta. Dengan kode sakti "sudo apt-get install" dan laptop yang sudah terhubung di internet, komputer sang Bapak langsung terpasang Moodle tanpa harus setting php.ini seperti ketika menggunkan WAMP. Waktu yang terpakai jauh lebih irit. Inilah sebenarnya yang dulu direncanakan untuk dilatihkan, dengan harapan peserta tidak terkuras pikiran dan tenaganya di proses instalasi, tetapi bisa langsung masuk ke Moodle-nya. Mudah-mudahan kehadiran warnet Rumah Ilmu Indonesia bulan Agustus 2009 yang berbasis Open Source di daerah Setiabudi, bisa merubah format pelatihan menjadi lebih efektif. Amin.

Itu cerita pertama ...

Cerita kedua berasal dari rumah sang penulis cerita ini. Di tengah kesibukan merawat sang bayi yang baru berusia 2 bulan lebih, istri penulis harus menyelesaikan skripsinya di Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Di rumah kebetulan ada 2 PC dan 1 laptop. 1 PC pertama milik istri menggunakan Windows XP. Isinya file-file Rumah Ilmu yang banyak sekali, sehingga 2 bulan terakhir menjadi tidak efektif digunakan, karena berat dan penuh dengan berbagai program dan (juga) virus. Hard disk 160 GB-nya pun praktis sekedar menjadi Bank Data.

PC sehari-hari yang penulis gunakan memakai Intrepid (Ubuntu 8.10), sangat nyaman dan ringan, walau secara spesifikasi hampir setengah kali lebih rendah daripada komputer 160 GB Hard Disk tadi. Jadi mau tidak mau, pekerjaan skripsi sang istripun pindah ke komputer ini.

Alhamdulillah, cukup 3 jam di tengah malam sang istri menyesuaikan diri dengan Open Office, untuk kemudian "tenggelam" dalam skripsinya di depan komputer hingga pagi. Walau demi cinta, besoknya penulis upgrading Open Officenya ke versi 3.1.0, menggantikan versi 2.4 bawaan Intrepid.

Cerita belum berakhir, untuk statistik, sebagian besar mahasiswa terbiasa menggunakan SPSS. Dan sang istripun meminta untuk menginstalkannya di Intrepid. Tidak masalah memang, tinggal install WineHQ, maka proses instalasi SPSS pun lancar di Ubuntu 8.10 ini. Bahkan cracker patch-nya pun berjalan dengan sukses di Ubuntu (jadi ketahuan deh kalau SPSS-nya bajakan ... ;-p)

Hanya saja, ada yang kurang sreg di hati penulis. OS-nya halal kok "daleman"nya ada yang ilegal. Maka penulis kenalkan sang istri dengan "R", lengkapnya R-Project atau R-Spatial, sebuah perangkat lunak statistik Open Source yang tak kalah powerfulnya dengan PASW (nama baru dari SPSS), apalagi untuk urusan hitungan statistik Time Series. Sayangnya mungkin di kampus-kampus, SPSS sudah terlanjur menjadi perangkat wajib untuk mengerjakan tugas-tugas statistik.

Berangkat dari sinilah, akhirnya penulis menghubungi seorang sahabat di program Magister Statistika Terapan UNPAD untuk berdiskusi tentang rencana pelatihan statistik berbasis Open Source pada bulan-bulan yang akan datang di Rumah Ilmu Indonesia. Sebuah peluang baru sedan g diciptakan karena kasus Statistik ini ... Subhanallah walhamdulillah.

Berangkat dari cerita-cerita harian tadi (banyak lagi sebenarnya, termasuk proses lahirnya klubgurupedia.com yang segera brojol ke dunia - dimana penulis harus merepotkan Mr. James yang kita cintai untuk meminta aktifasi SSH .... ;-p), membuat penulis yakin, bahwa masa depan pendidikan IT ada di tangan para penggiat Open Source. Bukan karena gratisnya .... sekali lagi bukan karena gratisnya .... tetapi karena pintu belajar di OSS ini terbuka sangaaaat lebar. Bayangkan anda bisa melukis apa saja di atas lukisan karya maestro hebat sekelas Da Vinci. Anda bisa memasang kumis di lukisan monalisa, atau menjadikannya berwajah lebih pribumi ..., analogi yang mungkin sedikit berlebihan, tapi itulah yang setidaknya penulis rasakan.

Agustus ini, insya Allah ada 2 sekolah yang berniat migrasi total ke Open Source bersama Rumah Ilmu Indonesia : SMAN 1 Lasem dan sebuah SMP Terbuka di daerah Jatiwaringin, Bekasi. Dua sekolah ini mudah-mudahan mampu menjadi contoh, bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari OSS. Tidak dari sisi teknis, juga tidak dari sisi bisnis, karena kita memang tidak sedang bicara persaingan antara proprietary software dengan Open Source. Kita sedang bicara pendidikan, dan salah satu terminologi yang penting dalam pembelajaran adalah kesempatan mengembangkan dan merekayasa teknologi.

Kesempatan itu yang kemudian tidak boleh dibatasi kendala teknis maupun sandungan finansial dan birokrasi. Dan semua pihak harus terus mengupayakan solusi untuk membuka kesempatan-kesempatan belajar itu dipelosok mana saja sang merah putih berkibar.



Pranala Menarik

Kategori:Kisah Open Source