Apa saja jenis e-commerce? & mana yang lebih mudah untuk survive?

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Tulisan ini ditulis sekitar bulan Juni 2000. Angka yang ditunjukan mungkin sudah berbeda hari ini. Tapi trend secara umumnya tampaknya tidak berbeda jauh.

Sumber: Onno W. Purbo


e-commerce jelas ada beberapa jenis ada yang sifatnya badan usaha ke end user (B2C), ada yang antar badan usaha (B2B), ada yang antar orang seperti iklan baris atau bekas.com (C2C).

Untuk dunia usaha pilihan utama-nya tinggal 2 yaitu B2C & B2B. Hasil survey Markplus & Swa di awal tahun 2000 tampak jelas bahwa dunia B2C sebetulnya suram bayangkan saja 90,1% responden tidak melakukan transaksi B2C artinya hanya 9,9% responden yang melakukannya. Dari 9.9% yang melakukan transaksi B2C 73,2% melakukan sekali lebih dari satu bulan, 17,0% melakukan sebulan sekali, 3,6% melakukan 2-3 minggu sekali dan 6,3% melakukan sekali seminggu. Belum lagi resiko fraud yang tingkat-nya mencapai 60-70%-an hasil analisa teman-teman di radioclik.com.

Jelas bahwa untuk survive di B2C ada beberapa trik yang harus dilakukan seperti mencheck ulang dengan cara menelepon si pemegang kartu kredit tentang pembelian yang dia lakukan dll.

Sebetulnya jika kita lihat peta e-commerce dunia, B2C juga tidak menarik – B2B jauh lebih menarik dibandingkan B2C. Data Forrester Research Inc. menunjukan transaksi B2B di tahun 1998 US$43 milyard dengan tingkat pertumbuhan 99% yang mencapai US$1.3 trilyun di tahun 2003. Sedangkan B2C bisa dilihat dari pembelanjaan iklan di Internet yang hanya US$ 2.8 Milyard di tahun 1998 dan meningkat ke US$ 22 Milyard di tahun 2004. Statistik Forrester Research Inc. ini menunjukan kesimpulan yang sederhana yaitu bahwa B2B akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan B2C.

Padahal B2B memerlukan peralatan yang jauh lebih sederhana daripada B2C, seseorang yang bermodalkan e-mail saja sudah cukup untuk melakukan transaksi B2B – tentunya penguasaan teknik marketing, penguasaan komunitas, knowledge management, knowledge base, aktifitas di mailing list yang sering saya bahas di berbagai kesempatan menjadi penting untuk survival B2B.


Pranala Menarik