24 September 2009 - Solusi ICT4Poverty Indonesia menjadi salah satu contoh di Harvard Forum

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Tgl 22-24 September 2009, Onno W. Purbo berangkat ke Harvard USA di undang Michael Spence & Amartya Sen. Dua-duanya kebetulan pemenang hadiah nobel untuk ekonomi. Topik akan sekitar ICT Untuk Pengentasan kemiskinan. Pertemuan ini hanya di hadiri oleh belasan pemimpin di dunia IT yang kebanyakan berkecimpung di grass root.

Terus terang, dunia banyak belajar dari aktifitas kita Bangsa Indonesia bagaimana cara memandaikan masyarakat dan akhirnya mengentaskan kemiskinan secara swadaya masyarakat & mandiri tanpa perlu dukungan Bank Dunia bahkan seringkali tanpa di dukung pemerintah.

Dalam pertemuan tersebut yang akan di lakukan di Faculty Club Harvard, Insya Allah hanya akan di hadiri oleh belasan pemikir dunia terutama untuk IT untuk berdiskusi apa yang dapat "kita" lakukan untuk bangsa-bangsa di dunia dalam mengentaskan kemiskinan.

Pengalaman saya dalam pertemuan pertama di tahun 2004, kebanyakan cara berfikir orang "barat" relatif naif di bidang kemiskinan karena mereka jarang sekali hidup sebagai orang miskin. Sementara kita di Indonesia justru terbiasa hidup susah tapi ternyata bisa survive dengan strategi pemberdayaan / memberdayakan masyarakat.

Cuplikan "Position Paper" yang saya tulis bisa di baca di Subtle Strategies in Unleashing Community's Inner Capacity


Hasil Harvard Forum

Salah satu hasil / kesimpulan utama dari pertemuan belasan "petinggi" ICT4Poverty di Harvard bahwa "Pendidikan" memegang kunci paling stategis untuk pengentasan kemiskinan menggunakan ICT.

Strategi implementasi akan berbeda antara negara yang kaya, negara miskin, negara pro partai, negara yang pro rakyat :)) ...

Indonesia adalah salah satu contoh yang bisa menjalankan proses capacity building ICT yang swadaya masyarakat, mandiri, berbasis komunitas & berupa gerakan masyarakat . Pendidikan secara informal, melalui mailing list, forum bahkan facebook di Internet.

Onno W. Purbo melihat negara lain seperti Costa Rica atau India lebih banyak merengek ke pemerintah / negara donor. Mereka lebih ke pendidikan secara formal - kalau di Indonesia lebih mengandalkan DIKNAS lah. Kayanya gak ada deh (mungkin bisa di hitung pakai jari) negara di Dunia yang punya aktifis ICT seperti di Indonesia, kebanyakan negara lain banyak mengandalkan negara donor.

Kalau kita di Indonesia, rakyat cukup aktif untuk mencari solusi untuk diri sendiri. Kalau ini bisa lebih di explorasi lagi ... tampaknya bisa lebih dahsyat lagi urusannya :)) ..

Referensi

Pranala Menarik