Memberikan Workshop ICT di Dili Timor Leste

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Memberikan Workshop ICT di Dili Timor Leste

Atas undangan rekan-rekan dari forum ICT Timor Leste, seperti, Ray da Silva dan Lemi.

Pada tanggal 28 January 2008, Onno W. Purbo berangkat ke Dili dari Jakarta melalui Denpasar Bali menggunakan pesawat Merpati tipe Boing 737-200. Pesawat Merpati tiba di Dili sekitar jam 1-2 siang di Airport Dili yang berbatasan secara langsung dengan pantai.

Airport Dili sangat menarik, terlihat ada sekitar delapan (8) helikopter tempur kelas black hawk Amerika Serikat parkir di apron, tempat parkiran pesawat di airport Dili, Di samping ke delapan (8) helikopter tempur tersebut, terdapat beberapa heli lain yang ada dalam hanggar darurat. Tidak jauh dari tempat helikopter tersebut terdapat "kompleks" militer kecil di lokasi airport. Instalasi dan peralatan militer tersebut tampaknya di operasikan oleh kesatuan dari Australia dengan bendera PBB / UN. Tampaknya siaga militer masih cukup tinggi di Timor Leste. Belakangan saya ketahui dari rekan-rekan ICT-TL bahwa helikopter black hawk tersebut jarang digunakan untuk bertempur lebih banyak untuk show force saja, dan melakukan patroli.

Turun dari pesawat, berjalan kaki melalui selasar ke gedung terminal. Langsung di hadapan kami ada tempat untuk memperoleh Visa on Arrival dengan membayar US$30. Tanpa di minta atau di tanya macam-macam. Oya, tampaknya mata uang di Timor Leste adalah mata uang US$ semua. Belakangan saya ketahui dari rekan-rekan ICT-TL bahwa memang mata uang Timor Leste adalah US$, menarik untuk di simak bagi negara sekecil ini ternyata memang lebih menarik menggunakan mata uang US$ daripada membuat mata uang sendiri.

Imigrasi Timor Leste di Airport dapat dilalui dengan mudah dengan memperlihatkan surat undangan yang di peroleh dari ICT Timor Leste. Tanpa banyak menunggu lama, setelah memperoleh semua peralatan di bagasi saya keluar dari Airport langsung melihat wajah Ray dan Lemi yang berseri-seri di luar gedung bandara.

DSCF8516.JPG

Kami langsung berangkat menuju hotel untuk cekin dan meletakan pakaian. Pada saat keluar dari Airport kami melihat banyak tenda-tenda pengungsi lokal Timor Leste di Airport. Menurut teman-teman ICT-TL mereka adalah pengungsi pada saat kerusuhan tahun 2006 lalu. Sampai hari ini masih saja mengungsi padahal kerusuhan sudah tidak ada.

Sesudah cekin dan meletakan pakaian di Hotel, kami langsung menuju kantor ICT Timor Leste tempat Lemi bekerja dan tempat acara akan di lakukan esok harinya,

Pada sore itu, kami mempersiapkan semua peralatan yang ingin digunakan untuk workshop, terutama membangun LAN, membangun server repository Ubuntu dan membangun sedikit demo untuk acara pembukaan.

Lemi sempat bercerita sedih tentang ICT Timor Leste yang tempat training-nya sempat di jarah, di bakar pada masa kerusuhan tahun lalu. Sekarang mereka membangun kembali tempat training-nya dari bawah.

Yang akan menjadikan training ini menarik adalah kami harus berjuang dengan waktu karena listrik dapat mati sewaktu-waktu, beberapa kali dalam sehari. Di samping akses Internet yang relatif mahal.


29 Januari 2008

DSCF8490.JPG

Helikopter berseliweran setiap 1-2 jam sekali di atas hotel tempat Onno W. Purbo menginap. Rasanya di pagi hari, Onno W. Purbo mendengar rentetan letusan senjata atau mercon, Entahlah, maklum belum pernah berada di lokasi peperangan. Walaupun kata teman-teman di ICT-TL kemungkinan itu bukan letusan senjata, karena letusan senjata pasti akan terdengar di seluruh Dili.

DSCF8539.JPG

Pagi 29 January, acara workshop ICT di buka oleh Direktur ICT dari kementrian informasi Timor Leste. Pak Direktur ICT rasanya pernah bertemu dengan Onno di sebuah acara yang di selenggarakan oleh MIMOS di Malaka, Malaysia beberapa tahun berselang. Pada kesempatan pembukaan acara sempat di demokan sedikit apa yang akan di berikan kepada rekan-rekan di Timor Leste, meliputi, Linux, VoIP dan Wireless Network. Pak Direktur cukup terkaget-kaget pada saat di demokan handphone tanpa sim card dan juga rekan Oscar dari Timor Leste mendemokan menelepon dari laptop-nya ke handphone beliau.

Seharian kami berjuang untuk menginstalasi Asterisk di Ubuntu yang terinstall di mesin Pentium III jadul heheh. Ternyata tidak mudah untuk langsung terjun menginstalasi sentral telepon ke komunitas yang sebagian masih sama sekali belum pernah memegang Linux.

Teknik pertama yang di ajarkan adalah menset jaringan di Linux, menset IP address interface jartingan, cek sambung menggunakan ping. Dari teknik ini langsung kita mengetahui komputer mana yang tidak tersambung.

Di sisi instruktur agak repot, karena kami harus menginstalasi repository lokal ubuntu dari iso 5 DVD Ubuntu repository yang di peroleh dari Juragan kambing http://juragan.kambing.ui.edu.

30 January 2008

31 January 2008

1 Febuary 2008

Kembali ke tanah air.