Keras: Memilih Fungsi Loss

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search

Sumber: https://machinelearningmastery.com/how-to-choose-loss-functions-when-training-deep-learning-neural-networks/


Deep learning neural network di-train dengan menggunakan algoritma stochastic gradient descent optimization.

Sebagai bagian dari optimisasi algoritma, kesalahan kondisi model harus diperkirakan berulang kali. Ini membutuhkan pilihan fungsi kesalahan, secara konvensional disebut fungsi loss, yang dapat digunakan untuk memperkirakan loss model sehingga weight dapat diperbarui untuk mengurangi loss pada evaluasi selanjutnya.

Neural network model mempelajari pemetaan dari input ke output dari contoh dan pilihan fungsi loss harus sesuai dengan framing masalah pemodelan prediktif spesifik, seperti klasifikasi atau regresi. Lebih lanjut, konfigurasi lapisan keluaran juga harus sesuai untuk fungsi loss yang dipilih.

Dalam tutorial ini, kita akan mempelajari cara memilih fungsi loss untuk deep learning neural network untuk masalah pemodelan prediktif yang diberikan.

Sesudah menyelesaikan tutorial ini, anda akan mengetahui:

  • Bagaimana mengkonfigurasi model untuk mean squared error dan varian-nya untuk regression problems.
  • Bagaimana mengkonfigurasi model untuk cross-entropy dan fungsi hinge loss untuk binary classification.
  • Bagaimana mengkonfigurasi model untuk cross-entropy dan fungsi KL divergence loss untuk multi-class classification.

Tutorial Overview

Tutorial ini di bagi dalam tiga bagian, yaitu:

Regression Loss Functions
    Mean Squared Error Loss
    Mean Squared Logarithmic Error Loss
    Mean Absolute Error Loss
Binary Classification Loss Functions
    Binary Cross-Entropy
    Hinge Loss
    Squared Hinge Loss
Multi-Class Classification Loss Functions
    Multi-Class Cross-Entropy Loss
    Sparse Multiclass Cross-Entropy Loss
    Kullback Leibler Divergence Loss

Kita akan fokus pada bagaimana memilih dan mengimplementasikan berbagai fungsi loss. Untuk teori lebih lanjut tentang fungsi loss, bisa lihat tulisan:

Regression Loss Function

Masalah pemodelan prediktif regresi melibatkan memprediksi kuantitas yang bernilai nyata. Pada bagian ini, kita akan menyelidiki fungsi loss yang sesuai untuk masalah pemodelan prediksi regresi.

Sebagai konteks untuk investigasi ini, kami akan menggunakan generator masalah regresi standar yang disediakan oleh perpustakaan scikit-learn di fungsi make_regress(). Fungsi ini akan menghasilkan contoh-contoh dari masalah regresi sederhana dengan sejumlah variabel input, noise statistik, dan properti lainnya.

Kita akan menggunakan fungsi ini untuk mendefinisikan masalah yang memiliki 20 fitur input; 10 fitur bermakna dan 10 tidak relevan. Sebanyak 1.000 contoh akan dihasilkan secara acak. Generator angka pseudorandom akan diperbaiki untuk memastikan bahwa kami mendapatkan 1.000 contoh yang sama setiap kali kode dijalankan.

# generate regression dataset
X, y = make_regression(n_samples=1000, n_features=20, noise=0.1, random_state=1)

Neural network umumnya berkinerja lebih baik ketika variabel input dan output bernilai real yang di skalakan (scaled) pada kisaran yang masuk akal. Untuk masalah ini, masing-masing variabel input dan variabel target memiliki distribusi Gaussian; oleh karena itu, standarisasi data dalam hal ini dibutuhkan.

Kita dapat mencapai ini menggunakan kelas transformator StandardScaler juga dari library scikit-learn. Pada masalah yang sebenarnya, kita akan menyiapkan scaler pada set data training dan menerapkannya pada set train dan test, tetapi untuk menyederhanakan, kita akan menskalakan semua data bersama sebelum dipecah menjadi set train dan test.

# standardize dataset
X = StandardScaler().fit_transform(X)
y = StandardScaler().fit_transform(y.reshape(len(y),1))[:,0]

Setelah di skalakan, data dibagi rata menjadi set train dan test.

# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]

Model Multilayer Perceptron (MLP) yang kecil akan didefinisikan untuk mengatasi masalah ini dan memberikan dasar untuk mengeksplorasi berbagai fungsi kerugian.

Model akan mengharapkan 20 fitur sebagai input sebagaimana didefinisikan oleh masalah. Model akan memiliki satu lapisan tersembunyi dengan 25 node dan akan menggunakan fungsi rectified linear activation (ReLU). Lapisan output akan memiliki 1 simpul, mengingat satu nilai riil yang akan diprediksi, dan akan menggunakan fungsi aktivasi linier.

# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(25, input_dim=20, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='linear'))

Model ini akan cocok dengan stochastic gradient descent dengan learning rate 0,01 dan momentum 0,9, keduanya nilai default yang cukup baik.

Training akan dilakukan sebanyak 100 epoch dan set test akan dievaluasi pada akhir setiap epoch sehingga kita dapat merencanakan kurva learning di akhir run.

opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='...', optimizer=opt)
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)

Sekarang kita memiliki dasar masalah dan model, kita dapat mengevaluasi tiga fungsi loss umum yang sesuai untuk masalah pemodelan prediksi regresi.

Meskipun MLP digunakan dalam contoh-contoh ini, fungsi loss yang sama dapat digunakan ketika melatih model CNN dan RNN untuk regresi.

Mean Squared Error Loss

Mean Squared Error, atau MSE, loss adalah default loss yang digunakan untuk masalah regresi.

Secara matematis, ini adalah fungsi loss yang disukai di bawah inference framework of maximum likelihood jika distribusi variabel target adalah Gaussian. Ini adalah fungsi loss yang harus dievaluasi terlebih dahulu dan hanya diubah jika anda memiliki alasan yang bagus.

Mean squared error dihitung sebagai rata-rata perbedaan kuadrat antara nilai yang diprediksi dan yang sebenarnya. Hasilnya selalu positif terlepas dari tanda nilai yang diprediksi dan aktual dan nilai sempurna adalah 0,0. Kuadrat berarti bahwa kesalahan yang lebih besar menghasilkan lebih banyak kesalahan daripada kesalahan yang lebih kecil, yang berarti bahwa model akan dihukum karena membuat kesalahan yang lebih besar.

Fungsi mean squared error loss dapat digunakan dalam Keras dengan menuliskan ‘mse‘ atau ‘mean_squared_error‘ sebagai fungsi loss saat menyusun model.

model.compile(loss='mean_squared_error')

Disarankan bahwa layer output memiliki satu simpul untuk variabel target dan fungsi aktivasi linier digunakan.

model.add(Dense(1, activation='linear'))

Contoh lengkap menunjukkan MLP pada masalah regresi yang dijelaskan tercantum di bawah ini.

# mlp for regression with mse loss function
from sklearn.datasets import make_regression
from sklearn.preprocessing import StandardScaler
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
# generate regression dataset
X, y = make_regression(n_samples=1000, n_features=20, noise=0.1, random_state=1)
# standardize dataset
X = StandardScaler().fit_transform(X)
y = StandardScaler().fit_transform(y.reshape(len(y),1))[:,0]
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(25, input_dim=20, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='linear'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='mean_squared_error', optimizer=opt)
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
train_mse = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
test_mse = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_mse, test_mse))
# plot loss during training
pyplot.title('Loss / Mean Squared Error')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh pertama mem-print kesalahan kuadrat rata-rata model pada train dan test dataset.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, Basil spesifik dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa model berusaha mencapai nol kesalahan, setidaknya sampai tiga tempat desimal.

Train: 0.000, Test: 0.001

Plot garis juga dibuat menunjukkan mean squared error loss selama periode pelatihan untuk set train (biru) dan test (oranye).

Kita dapat melihat bahwa model terkonvergensi dengan cukup cepat dan baik kinerja train dan test tetap setara. Perilaku kinerja dan konvergensi model menunjukkan bahwa mean squared error cocok untuk neural network yang mempelajari masalah ini.

Line-plot-of-Mean-Squared-Error-Loss-over-Training-Epochs-When-Optimizing-the-Mean-Squared-Error-Loss-Function.png

Mean Squared Logarithmic Error Loss

Mungkin ada masalah regresi di mana nilai target memiliki penyebaran nilai dan ketika memprediksi nilai besar, kita mungkin tidak ingin menghukum model sebanyak kesalahan kuadrat rata-rata.

Sebagai gantinya, kita pertama-tama dapat menghitung nilai log dari masing-masing nilai yang diprediksi, lalu menghitung rata-rata kesalahan kuadrat. Ini disebut Mean Squared Logarithmic Error loss, atau disingkat MSLE.

Ini memiliki efek membuat santai efek punishing saat ada perbedaan besar dalam nilai prediksi yang besar.

Sebagai ukuran loss, mungkin lebih tepat ketika model memprediksi unscaled quantities secara langsung. Namun demikian, kita dapat menunjukkan fungsi loss ini menggunakan masalah regresi sederhana.

Model ini dapat diperbarui untuk menggunakan fungsi loss ‘mean_squared_logarithmic_error‘ dan mempertahankan konfigurasi yang sama untuk layer output. Kita juga akan melacak mean squared error sebagai metrik saat memasang model sehingga kita dapat menggunakannya sebagai ukuran kinerja dan plot kurva pembelajaran.

model.compile(loss='mean_squared_logarithmic_error', optimizer=opt, metrics=['mse'])

Contoh lengkap menggunakan fungsi loss MSLE tercantum di bawah ini.

# mlp for regression with msle loss function
from sklearn.datasets import make_regression
from sklearn.preprocessing import StandardScaler
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
# generate regression dataset
X, y = make_regression(n_samples=1000, n_features=20, noise=0.1, random_state=1)
# standardize dataset
X = StandardScaler().fit_transform(X)
y = StandardScaler().fit_transform(y.reshape(len(y),1))[:,0]
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(25, input_dim=20, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='linear'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='mean_squared_logarithmic_error', optimizer=opt, metrics=['mse'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_mse = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_mse = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_mse, test_mse))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot mse during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Mean Squared Error')
pyplot.plot(history.history['mean_squared_error'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_mean_squared_error'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh pertama mem-print mean squared error untuk model pada datset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh tersebut beberapa kali.

Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa model tersebut menghasilkan MSE yang sedikit lebih buruk pada datset training dan testing. Ini mungkin tidak cocok untuk masalah ini karena distribusi variabel target adalah standar Gaussian.

Train: 0.165, Test: 0.184

Plot garis juga dibuat menunjukkan mean squared logarithmic error losst selama periode training untuk set train (biru) dan test (oranye) (atas), dan plot yang sama untuk mean squared error (bawah).

Kita dapat melihat bahwa algoritma MSLE konvergen lebih dari a100 epoch; tampaknya MSE mungkin menunjukkan tanda-tanda overfitting dari masalah yang ada, jatuh secara cepat cepat dan mulai naik pada epoch 20 dan seterusnya.


Line-plots-of-Mean-Squared-Logistic-Error-Loss-and-Mean-Squared-Error-over-Training-Epochs.png

Mean Absolute Error Loss

Pada beberapa masalah regresi, distribusi variabel target mungkin sebagian besar Gaussian, tetapi mungkin memiliki outlier, mis. nilai besar atau kecil jauh dari nilai rata-rata.

The Mean Absolute Error loss, atau MAE, adalah fungsi loss yang sesuai dalam kasus ini karena itu lebih kuat untuk outlier. Ini dihitung sebagai rata-rata perbedaan absolut antara nilai aktual dan prediksi.

Model dapat diperbarui untuk menggunakan fungsi loss ‘mean_absolute_error‘ dan mempertahankan konfigurasi yang sama untuk layer output.

model.compile(loss='mean_absolute_error', optimizer=opt, metrics=['mse'])

Contoh lengkap menggunakan mean absolute error sebagai fungsi loss pada masalah test regresi terlampir di bawah ini.

# mlp for regression with mae loss function
from sklearn.datasets import make_regression
from sklearn.preprocessing import StandardScaler
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
# generate regression dataset
X, y = make_regression(n_samples=1000, n_features=20, noise=0.1, random_state=1)
# standardize dataset
X = StandardScaler().fit_transform(X)
y = StandardScaler().fit_transform(y.reshape(len(y),1))[:,0]
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(25, input_dim=20, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='linear'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='mean_absolute_error', optimizer=opt, metrics=['mse'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_mse = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_mse = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_mse, test_mse))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot mse during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Mean Squared Error')
pyplot.plot(history.history['mean_squared_error'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_mean_squared_error'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh pertama mem-print mean squared error untuk model dataset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa model learn masalah, mencapai kesalahan mendekati nol, setidaknya ke tiga tempat desimal.

Train: 0.002, Test: 0.002

Plot garis juga dibuat yang menunjukkan mean absolute error loss selama periode pelatihan untuk set train (biru) dan test (oranye) (atas), dan plot serupa untuk mean squared error (bawah).

Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa MAE memang konvergen akan tetapi pencapaiannya bergelombang, meskipun dinamika MSE tidak tampak sangat terpengaruh. Kita tahu bahwa variabel target adalah Gaussian standar tanpa outlier besar, sehingga MAE tidak cocok untuk kasus ini.

Mungkin lebih tepat untuk masalah ini jika kita tidak menskalakan variabel target terlebih dahulu.

Line-plots-of-Mean-Absolute-Error-Loss-and-Mean-Squared-Error-over-Training-Epochs.png

Binary Classification Loss Function

Klasifikasi biner adalah masalah-masalah pemodelan prediktif di mana contoh diberikan satu dari dua label.

Masalahnya sering di lihat sebagai memprediksi nilai 0 atau 1 untuk kelas pertama atau kedua dan sering diimplementasikan sebagai memprediksi probabilitas milik nilai kelas 1.

Pada bagian ini, kami akan menyelidiki fungsi kerugian yang sesuai untuk masalah pemodelan prediktif klasifikasi biner.

Kami akan menghasilkan contoh dari masalah test lingkaran di scikit-belajar sebagai basis untuk penelitian ini. Masalah lingkaran melibatkan sampel yang diambil dari dua lingkaran konsentris pada bidang dua dimensi, di mana titik pada lingkaran luar milik kelas 0 dan titik untuk lingkaran dalam milik kelas 1. Noise statistik ditambahkan ke sampel untuk menambah ambiguitas dan membuat masalahnya lebih sulit untuk dipelajari.

Kami akan men-generate 1.000 contoh dan menambahkan 10% noise statistik. Generator nomor pseudorandom akan di-seed dengan nilai yang sama untuk memastikan bahwa kami selalu mendapatkan 1.000 contoh yang sama.

# generate circles
X, y = make_circles(n_samples=1000, noise=0.1, random_state=1)

Kita dapat membuat scatter plot dataset untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang kita modelkan. Contoh lengkapnya tercantum di bawah ini.

# scatter plot of the circles dataset with points colored by class
from sklearn.datasets import make_circles
from numpy import where
from matplotlib import pyplot
# generate circles
X, y = make_circles(n_samples=1000, noise=0.1, random_state=1)
# select indices of points with each class label
for i in range(2):
	samples_ix = where(y == i)
	pyplot.scatter(X[samples_ix, 0], X[samples_ix, 1], label=str(i))
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh menciptakan scatter plot contoh, di mana variabel input menentukan lokasi titik dan nilai kelas mendefinisikan warna, dengan kelas 0 biru dan oranye kelas 1.

Scatter-Plot-of-Dataset-for-the-Circles-Binary-Classification-Problem.png

Poin sudah diskalakan dengan cukup sekitar 0, hampir di [-1,1]. Kita tidak akan mengubah skala mereka dalam hal ini.

Dataset akan di split sama untuk train dan test set.

# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]

Model MLP sederhana dapat didefinisikan untuk mengatasi masalah ini yang mengharapkan dua input untuk dua fitur dalam dataset, lapisan tersembunyi dengan 50 node, fungsi aktivasi linear yang diperbaiki dan lapisan output yang perlu dikonfigurasi untuk pilihan fungsi loss.

# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='...'))

Model ini akan cocok menggunakan stochastic gradient descent dengan tingkat pembelajaran default yang masuk akal 0,01 dan momentum 0,9.

opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='...', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

Kami akan mencocokkan model untuk 200 training epoch dan mengevaluasi kinerja model terhadap loss dan akurasi pada akhir setiap epoch sehingga kami dapat mem-plot kurva pembelajaran.

# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=200, verbose=0)

Sekarang kita memiliki dasar masalah dan model, kita dapat melihat mengevaluasi tiga fungsi loss umum yang sesuai untuk masalah pemodelan prediktif klasifikasi biner.

Meskipun MLP digunakan dalam contoh-contoh ini, fungsi loss yang sama dapat digunakan ketika melatih model CNN dan RNN untuk klasifikasi biner.

Binary Cross-Entropy Loss

Cross-entropy adalah fungsi loss default yang digunakan untuk masalah klasifikasi biner.

Ini dimaksudkan untuk digunakan dengan klasifikasi biner di mana nilai target berada di set {0, 1}.

Secara matematis, ini adalah fungsi loss yang lebih disukai di bawah inference framework of maximum likelihood. Ini adalah fungsi loss yang harus dievaluasi terlebih dahulu dan hanya diubah jika anda memiliki alasan yang bagus.

Cross-entropy akan menghitung skor yang merangkum perbedaan rata-rata antara distribusi probabilitas aktual dan prediksi untuk kelas prediksi 1. Skor tersebut diminimalkan dan nilai cross-entropy yang baik adalah 0.

Cross-entropy dapat ditentukan sebagai fungsi loss di Keras dengan menetapkan ‘binary_crossentropy‘ saat menyusun model.

model.compile(loss='binary_crossentropy', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

Fungsi ini mensyaratkan bahwa lapisan output dikonfigurasikan dengan satu simpul dan aktivasi ‘sigmoid in untuk memprediksi probabilitas untuk kelas 1.

model.add(Dense(1, activation='sigmoid'))

Contoh lengkap dari MLP dengan kehilangan lintas-entropi untuk masalah klasifikasi biner dua lingkaran tercantum di bawah ini.

# mlp for the circles problem with cross entropy loss
from sklearn.datasets import make_circles
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
# generate 2d classification dataset
X, y = make_circles(n_samples=1000, noise=0.1, random_state=1)
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='sigmoid'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='binary_crossentropy', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=200, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh untuk mem-print akurasi klasifikasi untuk model pada dataset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa model bisa learn masalah dengan cukup baik, mencapai akurasi sekitar 83% pada dataset train dan sekitar 85% pada dataset test. Skor cukup dekat, menunjukkan bahwa model yang di peroleh mungkin tidak over atau underfit.

Train: 0.836, Test: 0.852

Gambar juga dibuat menunjukkan dua plot garis, bagian atas dengan cross-entropy loss over epochs untuk dataset train (biru) dan test (oranye), dan plot bawah menunjukkan classification accuracy over epochs.

Plot menunjukkan bahwa proses trainig konvergsi dengan baik. Plot untuk loss baik, mengingat sifat kesalahan yang kontinyu antara distribusi probabilitas, sedangkan plot garis untuk akurasi menunjukkan adanya tonjolan, memberikan contoh dataset train dan test pada akhirnya hanya dapat diprediksi sebagai benar atau salah, memberikan umpan balik yang kurang terperinci pada kinerja.

Line-Plots-of-Cross-Entropy-Loss-and-Classification-Accuracy-over-Training-Epochs-on-the-Two-Circles-Binary-Classification-Problem.png

Hinge Loss

Alternatif untuk cross-entropy untuk masalah klasifikasi biner adalah fungsi hinge loss, terutama dikembangkan untuk digunakan dengan model Support Vector Machine (SVM).

Ini dimaksudkan untuk digunakan dengan klasifikasi biner di mana nilai target berada di set {-1, 1}.

Fungsi kehilangan engsel mendorong contoh untuk memiliki tanda yang benar, menetapkan lebih banyak kesalahan ketika ada perbedaan dalam tanda antara nilai kelas aktual dan prediksi.

Laporan kinerja dengan hinge loss beragam, kadang-kadang menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada cross-entropy pada masalah klasifikasi biner.

Pertama, variabel target harus dimodifikasi untuk memiliki nilai dalam set {-1, 1}.

# change y from {0,1} to {-1,1}
y[where(y == 0)] = -1

Fungsi hinge loss dapat diset ‘hinge‘ dalam fungsi compile.

model.compile(loss='hinge', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

Akhirnya, lapisan output dari jaringan harus dikonfigurasi untuk memiliki satu simpul dengan fungsi aktivasi hyperbolic tangent yang mampu menghasilkan nilai tunggal dalam kisaran [-1, 1].

model.add(Dense(1, activation='tanh'))

Contoh lengkap MLP dengan fungsi hinge loss untuk two circles binary classification problem tercantum di bawah ini.

# mlp for the circles problem with hinge loss
from sklearn.datasets import make_circles
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
from numpy import where
# generate 2d classification dataset
X, y = make_circles(n_samples=1000, noise=0.1, random_state=1)
# change y from {0,1} to {-1,1}
y[where(y == 0)] = -1
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='tanh'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='hinge', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=200, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh pertama-tama mem-print classification accuracy untuk model pada dataset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam hal ini, kita dapat melihat kinerja yang sedikit lebih buruk daripada menggunakan cross-entropy, dengan konfigurasi model yang dipilih dengan akurasi kurang dari 80% pada dataset train dan test.

Train: 0.792, Test: 0.740

A figure is also created showing two line plots, the top with the hinge loss over epochs for the train (blue) and test (orange) dataset, and the bottom plot showing classification accuracy over epochs.

Plot hinge loss menunjukkan bahwa model telah konvergen dan memiliki loss yang wajar pada kedua dataset. Alur akurasi klasifikasi juga menunjukkan tanda-tanda konvergensi, meskipun pada tingkat kinerja yang lebih rendah daripada yang diinginkan pada masalah ini.


Line-Plots-of-Hinge-Loss-and-Classification-Accuracy-over-Training-Epochs-on-the-Two-Circles-Binary-Classification-Problem.png

Squared Hinge Loss

Fungsi hinge loss memiliki banyak pengembangan, seringkali menjadi subjek investigasi dengan model SVM.

Pengembangan yang populer disebut squared hinge loss yang hanya menghitung kuadrat dari score hinge loss. Ini memiliki efek menghaluskan permukaan fungsi kesalahan dan membuatnya lebih mudah untuk dikerjakan secara numerik.

Jika menggunakan hinge loss memang menghasilkan kinerja yang lebih baik pada masalah klasifikasi biner yang diberikan, kemungkinan bahwa squared hinge loss mungkin sesuai.

Seperti halnya menggunakan fungsi hinge loss, variabel target harus dimodifikasi untuk memiliki nilai dalam set {-1, 1}.

# change y from {0,1} to {-1,1}
y[where(y == 0)] = -1

Squared hinge loss dapat ditentukan sebagai ‘squared_hinge‘ dalam fungsi compile() saat mendefinisikan model.

model.compile(loss='squared_hinge', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

Dan akhirnya, lapisan output harus menggunakan node tunggal dengan fungsi aktivasi tangen hiperbolik yang mampu menghasilkan nilai kontinu dalam kisaran [-1, 1].

model.add(Dense(1, activation='tanh'))

Contoh lengkap dari MLP dengan fungsi squared hinge loss pada masalah klasifikasi biner dua lingkaran tercantum di bawah ini.

# mlp for the circles problem with squared hinge loss
from sklearn.datasets import make_circles
from keras.models import Sequential
from keras.layers import Dense
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
from numpy import where
# generate 2d classification dataset
X, y = make_circles(n_samples=1000, noise=0.1, random_state=1)
# change y from {0,1} to {-1,1}
y[where(y == 0)] = -1
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(1, activation='tanh'))
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='squared_hinge', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=200, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Menjalankan contoh pertama-tama memprint keakuratan klasifikasi untuk model pada dataset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma pelatihan, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa untuk masalah ini dan konfigurasi model yang dipilih, hinge squared loss mungkin tidak sesuai, sehingga akurasi klasifikasi kurang dari 70% pada dataset train dan test.

Train: 0.682, Test: 0.646

Gambar juga dibuat menunjukkan dua plot garis, bagian atas dengan squared hinge loss over epochs untuk dataset train (biru) dan test (oranye), dan plot bawah menunjukkan classification accuracy over epochs.

Plot loss menunjukkan bahwa memang, model konvergensi, tetapi bentuk permukaan error tidak semulus fungsi loss lainnya di mana perubahan kecil pada nilai weight menyebabkan perubahan besar loss.

Line-Plots-of-Squared-Hinge-Loss-and-Classification-Accuracy-over-Training-Epochs-on-the-Two-Circles-Binary-Classification-Problem.png

Multi-Class Classification Loss Functions

Multi-Class classification adalah masalah-masalah pemodelan prediktif di mana contoh diberikan satu dari lebih dari dua kelas.

Masalahnya sering di frame untuk memprediksi nilai integer, di mana setiap kelas diberi nilai integer unik dari 0 hingga (num_classes - 1). Masalahnya sering diimplementasikan sebagai memprediksi probabilitas dari contoh milik masing-masing kelas yang dikenal.

Pada bagian ini, kita akan melihat fungsi loss yang sesuai untuk multi-class classification predictive modeling problems.

Kita akan menggunakan masalah blobs sebagai dasar untuk penelitian. Fungsi make_blobs() yang disediakan oleh scikit-learn menyediakan cara untuk men-generate contoh yang diberikan sejumlah kelas dan fitur input tertentu. Kita akan menggunakan fungsi ini untuk menghasilkan 1.000 contoh untuk masalah klasifikasi 3-kelas dengan 2 variabel input. Generator nomor pseudorandom akan di-seed secara konsisten sehingga 1.000 contoh yang sama dihasilkan setiap kali kode dijalankan.

# generate dataset
X, y = make_blobs(n_samples=1000, centers=3, n_features=2, cluster_std=2, random_state=2)

Dua variabel input dapat diambil sebagai koordinat x dan y untuk titik pada bidang dua dimensi.

Contoh di bawah ini membuat sebaran plot dari seluruh titik pewarnaan dataset oleh keanggotaan kelas mereka.

# scatter plot of blobs dataset
from sklearn.datasets.samples_generator import make_blobs
from numpy import where
from matplotlib import pyplot
# generate dataset
X, y = make_blobs(n_samples=1000, centers=3, n_features=2, cluster_std=2, random_state=2)
# select indices of points with each class label
for i in range(3):
	samples_ix = where(y == i)
	pyplot.scatter(X[samples_ix, 0], X[samples_ix, 1])
pyplot.show()

Menjalankan contoh membuat scatter plot yang menunjukkan 1.000 contoh dalam dataset dengan contoh milik kelas 0, 1, dan 2 warna biru, oranye, dan hijau.

Scatter-Plot-of-Examples-Generated-from-the-Blobs-Multi-Class-Classification-Problem.png

Fitur input Gaussian dan dapat mengambil manfaat dari standardisasi; namun demikian, kita akan menjaga nilai-nilai tetap dalam contoh ini untuk mempersingkat.

Dataset akan dibagi secara merata antara dataset training dan testing.

# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]

Model MLP kecil akan digunakan sebagai dasar untuk mengeksplorasi fungsi loss.

Model mengharapkan dua variabel input, memiliki 50 node di hidden layer dan fungsi rectified linear activation, dan lapisan output yang harus di optimasi berdasarkan pemilihan fungsi loss.

# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(..., activation='...'))

Model ini cocok menggunakan stochastic gradient descent dengan tingkat pembelajaran default yang masuk akal 0,01 dan momentum 0,9.

# compile model
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='...', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

Model ini akan di-fit untuk 100 epoch pada dataset training dan dataset testing akan digunakan sebagai dataset validasi, memungkinkan kita untuk mengevaluasi baik loss dan akurasi klasifikasi dari dataset train dan test di akhir setiap epoch pelatihan dan menggambar kurva learning .

# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)

Sekarang kita memiliki dasar masalah dan model, kita dapat melihat mengevaluasi tiga fungsi loss umum yang sesuai untuk multi-class classification predictive modeling problem.

Meskipun MLP digunakan dalam contoh-contoh ini, fungsi loss yang sama dapat digunakan ketika melatih model CNN dan RNN untuk multi-class classification.

Multi-Class Cross-Entropy Loss

Cross-entropy adalah fungsi loss default untuk digunakan untuk masalah klasifikasi multi-kelas.

Dalam hal ini, ini dimaksudkan untuk digunakan dengan klasifikasi multi-kelas di mana nilai target berada di set {0, 1, 3, ..., n}, di mana setiap kelas diberi nilai integer unik.

Secara matematis, ini adalah fungsi loss yang lebih disukai di bawah inference framework of maximum likelihood. Ini adalah fungsi loss yang harus dievaluasi terlebih dahulu dan hanya diubah jika anda memiliki alasan yang kuat.

Cross-entropy akan menghitung skor yang merangkum perbedaan rata-rata antara distribusi probabilitas aktual dan prediksi untuk semua kelas dalam masalah yang diamati. Skor diminimalkan dan nilai cross-entropy yang sempurna adalah 0.

Cross-entropy dapat dispesifikasikan sebagai fungsi loss di Keras dengan menentukan 'categorical_crossentropy ‘saat menyusun model.

Fungsi ini mensyaratkan bahwa lapisan output dikonfigurasikan dengan n node (satu untuk setiap kelas), dalam hal ini tiga node, dan aktivasi ‘softmax‘ untuk memprediksi probabilitas untuk setiap kelas.

model.add(Dense(3, activation='softmax'))

Pada akhirnya, ini berarti bahwa variabel target harus berupa one hot encoded.

Ini untuk memastikan bahwa setiap contoh memiliki probabilitas yang diharapkan dari 1,0 untuk nilai kelas aktual dan probabilitas yang diharapkan dari 0,0 untuk semua nilai kelas lainnya. Ini dapat dicapai dengan menggunakan fungsi to_categorical() Keras.

# one hot encode output variable
y = to_categorical(y)

Contoh lengkap dari MLP dengan cross-entropy loss untuk masalah klasifikasi multi-kelas tercantum di bawah ini.

# mlp for the blobs multi-class classification problem with cross-entropy loss
from sklearn.datasets.samples_generator import make_blobs
from keras.layers import Dense
from keras.models import Sequential
from keras.optimizers import SGD
from keras.utils import to_categorical
from matplotlib import pyplot
# generate 2d classification dataset
X, y = make_blobs(n_samples=1000, centers=3, n_features=2, cluster_std=2, random_state=2)
# one hot encode output variable
y = to_categorical(y)
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(3, activation='softmax'))
# compile model
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='categorical_crossentropy', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()

Menjalankan contoh pertama-tama mem-print keakuratan klasifikasi untuk model pada dataset train dan test.

Mengingat sifat stokastik dari algoritma training, hasil spesifik anda dapat bervariasi. Coba jalankan contoh beberapa kali.

Dalam hal ini, kita dapat melihat model bekerja dengan baik, mencapai akurasi klasifikasi sekitar 84% pada dataset training dan sekitar 82% pada dataset testing.

Train: 0.840, Test: 0.822

Gambar juga dibuat menunjukkan dua plot garis, bagian atas dengan cross-entropy loss over epochs untuk dataset train (biru) dan test (oranye), dan plot bawah menunjukkan akurasi classification accuracy over epochs..

Dalam kasus ini, plot menunjukkan model yang tampaknya telah terkonvergensi. Plot garis untuk cross-entropy dan akurasi keduanya menunjukkan perilaku konvergensi yang baik, meskipun agak bergelombang. Model dapat dikonfigurasikan dengan baik tanpa ada tanda-tanda over atau under fitting. Tingkat pembelajaran atau ukuran batch dapat disesuaikan untuk meratakan kelancaran konvergensi dalam kasus ini.

Line-Plots-of-Cross-Entropy-Loss-and-Classification-Accuracy-over-Training-Epochs-on-the-Blobs-Multi-Class-Classification-Problem.png

Sparse Multiclass Cross-Entropy Loss

Kemungkinan penyebab frustrasi ketika menggunakan cross-entropy dengan masalah klasifikasi dengan sejumlah besar label adalah one hot encoding process.

For example, predicting words in a vocabulary may have tens or hundreds of thousands of categories, one for each label. This can mean that the target element of each training example may require a one hot encoded vector with tens or hundreds of thousands of zero values, requiring significant memory.

Sparse cross-entropy addresses this by performing the same cross-entropy calculation of error, without requiring that the target variable be one hot encoded prior to training.

Sparse cross-entropy can be used in keras for multi-class classification by using ‘sparse_categorical_crossentropy‘ when calling the compile() function.

model.compile(loss='sparse_categorical_crossentropy', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

The function requires that the output layer is configured with an n nodes (one for each class), in this case three nodes, and a ‘softmax‘ activation in order to predict the probability for each class.

model.add(Dense(3, activation='softmax'))

No one hot encoding of the target variable is required, a benefit of this loss function.

The complete example of training an MLP with sparse cross-entropy on the blobs multi-class classification problem is listed below.

# mlp for the blobs multi-class classification problem with sparse cross-entropy loss
from sklearn.datasets.samples_generator import make_blobs
from keras.layers import Dense
from keras.models import Sequential
from keras.optimizers import SGD
from matplotlib import pyplot
# generate 2d classification dataset
X, y = make_blobs(n_samples=1000, centers=3, n_features=2, cluster_std=2, random_state=2)
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(3, activation='softmax'))
# compile model
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='sparse_categorical_crossentropy', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Running the example first prints the classification accuracy for the model on the train and test dataset.

Given the stochastic nature of the training algorithm, your specific results may vary. Try running the example a few times.

In this case, we can see the model achieves good performance on the problem. In fact, if you repeat the experiment many times, the average performance of sparse and non-sparse cross-entropy should be comparable.

Train: 0.832, Test: 0.818

A figure is also created showing two line plots, the top with the sparse cross-entropy loss over epochs for the train (blue) and test (orange) dataset, and the bottom plot showing classification accuracy over epochs.

In this case, the plot shows good convergence of the model over training with regard to loss and classification accuracy. Line Plots of Sparse Cross Entropy Loss and Classification Accuracy over Training Epochs on the Blobs Multi-Class Classification Problem

Line Plots of Sparse Cross Entropy Loss and Classification Accuracy over Training Epochs on the Blobs Multi-Class Classification Problem

Kullback Leibler Divergence Loss

Kullback Leibler Divergence, or KL Divergence for short, is a measure of how one probability distribution differs from a baseline distribution.

A KL divergence loss of 0 suggests the distributions are identical. In practice, the behavior of KL Divergence is very similar to cross-entropy. It calculates how much information is lost (in terms of bits) if the predicted probability distribution is used to approximate the desired target probability distribution.

As such, the KL divergence loss function is more commonly used when using models that learn to approximate a more complex function than simply multi-class classification, such as in the case of an autoencoder used for learning a dense feature representation under a model that must reconstruct the original input. In this case, KL divergence loss would be preferred. Nevertheless, it can be used for multi-class classification, in which case it is functionally equivalent to multi-class cross-entropy.

KL divergence loss can be used in Keras by specifying ‘kullback_leibler_divergence‘ in the compile() function.

model.compile(loss='kullback_leibler_divergence', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])

As with cross-entropy, the output layer is configured with an n nodes (one for each class), in this case three nodes, and a ‘softmax‘ activation in order to predict the probability for each class.

Also, as with categorical cross-entropy, we must one hot encode the target variable to have an expected probability of 1.0 for the class value and 0.0 for all other class values.

# one hot encode output variable
y = to_categorical(y)

The complete example of training an MLP with KL divergence loss for the blobs multi-class classification problem is listed below.

# mlp for the blobs multi-class classification problem with kl divergence loss
from sklearn.datasets.samples_generator import make_blobs
from keras.layers import Dense
from keras.models import Sequential
from keras.optimizers import SGD
from keras.utils import to_categorical
from matplotlib import pyplot
# generate 2d classification dataset
X, y = make_blobs(n_samples=1000, centers=3, n_features=2, cluster_std=2, random_state=2)
# one hot encode output variable
y = to_categorical(y)
# split into train and test
n_train = 500
trainX, testX = X[:n_train, :], X[n_train:, :]
trainy, testy = y[:n_train], y[n_train:]
# define model
model = Sequential()
model.add(Dense(50, input_dim=2, activation='relu', kernel_initializer='he_uniform'))
model.add(Dense(3, activation='softmax'))
# compile model
opt = SGD(lr=0.01, momentum=0.9)
model.compile(loss='kullback_leibler_divergence', optimizer=opt, metrics=['accuracy'])
# fit model
history = model.fit(trainX, trainy, validation_data=(testX, testy), epochs=100, verbose=0)
# evaluate the model
_, train_acc = model.evaluate(trainX, trainy, verbose=0)
_, test_acc = model.evaluate(testX, testy, verbose=0)
print('Train: %.3f, Test: %.3f' % (train_acc, test_acc))
# plot loss during training
pyplot.subplot(211)
pyplot.title('Loss')
pyplot.plot(history.history['loss'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_loss'], label='test')
pyplot.legend()
# plot accuracy during training
pyplot.subplot(212)
pyplot.title('Accuracy')
pyplot.plot(history.history['acc'], label='train')
pyplot.plot(history.history['val_acc'], label='test')
pyplot.legend()
pyplot.show()

Running the example first prints the classification accuracy for the model on the train and test dataset.

Given the stochastic nature of the training algorithm, your specific results may vary. Try running the example a few times.

In this case, we see performance that is similar to those results seen with cross-entropy loss, in this case about 82% accuracy on the train and test dataset.

Train: 0.822, Test: 0.822

A figure is also created showing two line plots, the top with the KL divergence loss over epochs for the train (blue) and test (orange) dataset, and the bottom plot showing classification accuracy over epochs.

In this case, the plot shows good convergence behavior for both loss and classification accuracy. It is very likely that an evaluation of cross-entropy would result in nearly identical behavior given the similarities in the measure. Line Plots of KL Divergence Loss and Classification Accuracy over Training Epochs on the Blobs Multi-Class Classification Problem

Line Plots of KL Divergence Loss and Classification Accuracy over Training Epochs on the Blobs Multi-Class Classification Problem

Further Reading

This section provides more resources on the topic if you are looking to go deeper.

Posts

  • Loss and Loss Functions for Training Deep Learning Neural Networks

Papers

  • On Loss Functions for Deep Neural Networks in Classification, 2017.




Referensi


Pranala Menarik