Kemerdekaan Sebuah Bangsa di jaman Globalisasi Modern

From OnnoWiki
Revision as of 10:56, 26 June 2013 by Onnowpurbo (talk | contribs) (New page: Kemerdekaan Sebuah Bangsa di jaman Globalisasi Modern. Onno W. Purbo Pada masa lalu kemerdekaan sebuah bangsa lebih banyak di tandai oleh kebebasan dari penjajahan secara fisik. Penj...)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Kemerdekaan Sebuah Bangsa di jaman Globalisasi Modern.

Onno W. Purbo

Pada masa lalu kemerdekaan sebuah bangsa lebih banyak di tandai oleh kebebasan dari penjajahan secara fisik. Penjajah pada masa lalu biasanya datang menggunakan senjata lengkap dengan peluru dan peralatan tempur lainnya. Pertempuan melawan penjajah dapat berakibat fatal dengan taruhan nyawa melayang.

Pada saat ini, kebanyakan negara di dunia secara fisik nampaknya bebas dati penjajahan secara konvensional tersebut. Tentara / prajurit lebih banyak berfungsi untuk menjaga keamanan negara dari kaum perusuh dan mungkin teroris. Yang lebih sering bermotif agama. Tidak terlalu banyak konflik yang bermotif kebangsaan.

Walaupun tampak seperti negara merdeka, sebetulnya kebanyakan negara masih tidak merdeka secara non-fisik. Penjajahan pada hari ini tampaknya jauh lebih halus bentuknya dari pada masa lalu. Penajajah hari ini lebih banyak bersifat penjajahan ekonomi yang membuat sebuah bansga tidak mandiri, menjadi sangat tergantung.

Dalam bahasa ekonomi, penjajahan lebih bersifat konsumen versus produsen. Negara yang di “jajah” biasanya berada pada posisi konsumen, yang sangat tergantung pada negara “penjajah” yang berada pada posisi produsen. Posisi ini, di usahakan sedapat mungkin bertahan agar negara yang di “jajah” tetap membeli & akhirnya mengalirkan devisa secara terus menerus ke negara “penjajah” yang memproduksi barang / jasa tersebut.

Penjajahan modern ini sebetulnya mengakar mulai dari yang paling dasar, yaitu, pangan dan energy. Di Indonesia misalnya, pemerintah lebih suka membuat kebijakan mengimport bahan pangan murah dari luar negeri di bandingkan dengan memberdayakan kaum petani lokal. Akibatnya, petani menjadi bangkrut dan ini menyeret seluruh bangsa menjadi kaum fakir yang harus mengimport makanan terus menerus untuk bisa hidup. Tidak ada usaha serius untuk mempertahankan kaum petani ini. Di bidang energy, juga tidak berbeda jauh dengan pangan.

Mari kita berbicara tentang teknolologi khususnya teknologi IT. Sebetulnya secara prinsip sama saja dengan bidang yang lain.

Pertanyaan sederhana pada diri kita masing-masing, msailnya,

  • Siapa yang membuat laptop / komputer yang kita gunakan?
  • Siapa yang membuat handphone / smartphone yang kita gunakan?
  • Siapa yang membuat sistem operasi yang kita gunakan?
  • Berapa harganya?
  • Berapa banyak yang menggunakan di negara kita?

Mari kita jawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hasilnya mungkin akan mencengangkan kita sendiri.

Saya akan mengambil contoh di Indonesia.

  • Jumlah laptop yang terjual setiap tahun biasanya lebih dari 3 juta unit. Harga berkisar antara Rp. 3-5 juta / buah (US$300-500 / buah). Maka untuk hardrware laptop saja bangsa Indonesia harus mengeluarkan uang sekitar Rp. 9-15 Trilyun / tahun. Dan ini bukan utangan, ini semua uang rakyat yang di sedot ke para pemasok di luar negeri.
  • Jika masing-masing laptop di lengkapi dengan sistem operasi, seperti, Windows 7 atau Windows 8, yang harga EOM-nya sekitar US$50-100 di tambah dengan MS Office yang harganya US$200-300-an. Maka uang tambahan yang harus dikeluarkan untuk membeli software untuk laltop tersebut adalah sekitar Rp. 7.5 – 12 Trilyun / tahun ke Microsoft saja. Tidak heran kalau Microsoft sedemikian kaya.
  • Belum lagi handphone yang kita gunakan. Saat ini jumlah SIM card yang terjual di Indonesia sekitar 120% dari jumlah penduduk. Sementara jumlah HP yang beredar lebih dari 120 juta HP. Bahkan berita terakhir di detik.com, 3 bulan pertama di tahun 2013, Indonesia membelanjakan sekitar Rp. 6 Trilyun untuk membeli HP saja.

Apa arti semua ini? Bangsa Indonesia sebetulnya juga merupakan bangsa yang terjajah! Secara ekonomi! Terikat dan tergantung pada luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya dengan kompenssasi harus menyetor dalam jumlah trilyun-an.

Secara teknologi membuat pabrik laptop, komputer, handphone, sebetulnya tidak sukar. Asal dimudahkan ijin, adanya jaminan pasar yang jelas, dan yang tidak kalah penting adalah adanya pasokan Sumber Daya Manusia, Energy (Listrik yang baik) , air bersih dan jumlah besar yang didukung dengan distribusi / logistik yang lancar. Sayang itu semua nampaknya masih angan-angan saja kalau di Indonesia karena setoran dan korupsi terlalu merajalela.

Alternatif lain yang lebih mudah adalah kita harus menggunakan sistem operasi yang bebas agar melepaskan ketergantungan pada penjajahan vendor sistem operasi. Pilihan tersebut akan jatuh pada sistem operasi open source khususnya Linux, seperti, ubuntu, edubuntu, debian, mint dll.

Taktik yang perlu dilakukan sebetulnya sangat sederhana yaitu:

  • Semua kurikulum sekolah mulai dari SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi harus menggunakan open source.
  • Format resmi dokumen pemerintahan HARUS menggunakan Open Document format, seperti odt, ods, odp. kalau mau di proses secara resmi.
  • Semua laptop / komputer yang digunakan oleh pegawai pemerintah harus mengunakan open source.
  • Yang paling mudah, semua server yang digunakan baik di pemerintah maupun swasta harus menggunakan open source.

Walaupun secara prinsip mudah, secara praktek biasanya akan memperoleh tantangan yang luar biasa terutama dari orang yang tua. Mereka biasanya sudah terlalu enak dengan sistem operasi Windows walaupun itu bajakan, akibatnya jika di minta untuk mengganti sistem operasi yang digunakan biasanya akan menolak.

Memang tidak mudah untuk melawan orang-orang yang keras kepala itu, bahkan guru-guru di Indonesia tetap saja mengajar menggunakan Windows padahal jelas-jelas buku pelajaran komputer yang resmi menggunakan open source.

Mereka biasanya baru sadar akan penggunaan open source, pada saat polisi datang ke kantor mereka dan menyita komputer yang menggunakan Windows bajakan.

Open Source sebetulnya mudah, terutama bagi mereka yang belum pernah mengenal komputer sama sekali. Pengenalan sejak dini akan memudahkan adopsi open source sebuah bangsa.

Merdeka!


ps.tulisan ini ditulis untuk memenuhi permintaan Lemi Soares untuk Koran Informasi Teknologi (infotek) di Timor Leste