1994, ITB tersambung ke Internet 24 jam
Tulisan ini di submit ke beberapa media nasional, tapi tidak terpublikasi. Tulisan ini di tulis bulan Mei 1994.
Jaringan Komputer Menggunakan Radio di ITB telah tersambung ke Jaringan Internasional Internet
Onno W. Purbo, Ph.D PAU Mikroelektronika ITB
Atas bantuan yang diberikan oleh Bapak Prof. Samaun Samadikun (Jurusan EL-ITB) yang saat ini menjabat sebagai ketua LIPI dan wakil ketua Dewan Riset Nasional (DRN), saat ini jaringan komputer menggunakan radio di ITB telah terkait ke jaringan komputer terbesar di dunia internasional yaitu InterNet selama 24 jam / hari melalui router / gateway yang telah dioperasikan PAU Mikroelektronika ITB. Dana untuk keperluan ini dialokasikan dari dana IPTEK-NET di DRN secara cuma-cuma untuk ITB selama satu tahun. Pada kesempatan ini, penulis mencoba membahas sedikit tentang topologi jaringan, keuntungan yang dapat diperoleh dengan terkaitnya jaringan komputer di ITB ke jaringan InterNet maupun berbagai strategi yang mungkin perlu digalakan di ITB untuk menjamin kelangsungan hubungan internasional yang sifatnya cuma-cuma ini.
Sebetulnya, selain hubungan internasional melalui IPTEK-NET (DRN), sebuah tim di Lab. Radar EL-ITB dibawah pimpinan Bapak Utoro sedang melakukan uji-coba menggunakan satelit geostasioner ETS-V untuk hubungan ITB ke Communication Research Lab, Jepang. Jepang telah bersedia untuk memberikan alokasi waktu tujuh (7) jam / bulan pada kecepatan 38.4Kbps untuk keperluan eksperimen jaringan komputer antara ITB dan Jepang menggunakan satelit geostasioner ETS-V. Saat ini kami sedang memikirkan alokasi hubungan ke Jepang ini untuk keperluan mengambil hasil-hasil konferensi elektronik di jaringan InterNet untuk di sebarkan ke jaringan terrestrial. Hal ini diharapkan akan mengurangi beban transmisi data yang harus dilakukan melalui IPTEK-NET ke InterNet.
Topologi jaringan yang dikembangkan di ITB bertumpu pada gateway packet radio yang berlokasi di PAU Mikroelektronika ITB. Saat ini hubungan jarak jauh bertumpu pada hubungan radio ke Jakarta pada kecepatan 1200bps yang Insya Allah akan di up-grade ke 9600bps pada bulan Juni 1994. Di samping itu, melalui dana IPTEK-NET juga sedang dipikirkan untuk menginstalasi saluran leased-line untuk menghubungkan ITB langsung dengan gateway Internasional di IPTEK-NET Jakarta. Selain hubungan ke Jakarta juga sedang dibangun peralatan hubungan radio untuk jaringan nasional di Indonesia menggunakan perangkat transceiver HF yang akan dihubungkan ke ITS, UGM dan IKIP Jogyakarta. Untuk keperluan lokal Bandung jaringan yang ada masih menggunakan kecepatan 1200bps, mudah-mudahan sekitar bulan Juni-Juli 1994 akan di instalasi port kecepatan 9600bps di PAU Mikroelektronika ITB untuk mengantisipasi kejenuhan pada jaringan 1200bps yang saat ini beroperasi.
Apa yang dapat kita peroleh dengan mengkaitkan diri pada jaringan internasional InterNet. Pertama-tama kita dapat mengakses hubungan surat elektronik ke negara-negara maju yang saat ini telah mengkaitkan jutaan pemakai komputer. Di samping hubungan surat elektronik, juga dimungkinkan untuk berdiskusi dengan para pakar yang ada di luar negeri dalam suasana konferensi ilmiah secara elektronik yang tidak terikat pada dimensi ruang dan waktu menggunakan fasilitas konferensi elektronik. Proses diskusi dapat berlangsung berhari-hari bahkan berbulan-bulan tanpa henti-hentinya bahkan sebagian diantaranya bermuara pada program-program kerjasama antar negara. Hal lain yang cukup menarik adalah, dimungkinkannya untuk mengakses data base hasil-hasil penelitian di luar negeri yang tersebar di jaringan InterNet. Untuk mengkaitkan diri ke jaringan ini sangat mudah sekali, saat ini seluruh perangkat lunak (termasuk source code) dapat diperoleh secara cuma-cuma tanpa biaya sepeserpun dari kami di KBK Jaringan Komputer PAU Mikroelektronika ITB. Peralatan yang dibutuhkan dapat dibuat sendiri dengan komponen yang ada di Indonesia (rangkaian tersedia secara cuma-cuma), atau dapat pula dibeli di beberapa supplier di Bandung maupun di Jakarta tentunya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan membuat sendiri. Cukup dengan peralatan yang relatif sederhana ini, kita dapat mengakses jaringan komputer di ITB dan berinteraksi langsung dengan berbagai server yang ada di jaringan komputer di manca negara.
Tentunya tidak adil jika ITB hanya bertindak sebagai konsumen dan hanya mengambil informasi-informasi yang dibutuhkan untuk penelitian-penelitian yang dilakukan di ITB. Jika hal ini yang berlangsung, dalam arti ITB hanya menjadi konsumen saja, akan sulit bagi pihak-pihak tingkat nasional seperti Dewan Riset Nasional (DRN) untuk menjustifikasi kesinambungan dana untuk mengkaitkan jaringan komputer di ITB ke jaringan internasional. Satu-satunya cara untuk menjamin kesinambungan hubungan internasional melalui jaringan komputer ini adalah ITB harus secara profesional membuktikan hasil-hasil nyata yang diperoleh dengan terkaitnya jaringan komputer di ITB ke jaringan internasional. Hasil-hasil ini dapat berupa pembentukan pusat-pusat informasi / basis data di ITB yang terkait ke jaringan komputer, misalnya, berisi abstrak-abtrak penelitian di ITB dalam bahasa Inggris, "company profile" dari berbagai lab. di ITB yang sebaiknya di tulis dalam bahasa Inggris, dsb. Sebetulnya kesempatan untuk membentuk pusat-pusat informasi dalam jaringan ini selain untuk memberikan informasi ke pengguna jaringan di luar negeri maupun tingkat nasional di Indonesia, dapat pula kita artikan sebagai media untuk marketing hasil-hasil penelitian di ITB ke luar negeri yang mudah-mudahan dapat menarik dana penelitian dari luar negeri ke ITB.
Demi terbentuknya jaringan komputer di ITB, kami di KBK jaringan komputer PAU Mikroelektronika ITB bekerjasama dengan beberapa lembaga di dalam ITB telah berkomitmen untuk menyebarkan informasi maupun perangkat lunak yang dibutuhkan secara cuma-cuma. Kami yakin bahwa langkah ini merupakan langkah yang sangat strategis untuk menjamin kelanjutan ITB dalam memimpin dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.