Filosofi Konsep Dasar Mailing List
Mailing List Dalam Internet
Internet sering di asosiasikan dengan Web, yang merupakan situs di dunia maya tempat informasi diletakan dan dapat di akses oleh pengguna Internet. Sifat Web biasanya pasif dan menunggu pengunjung mendatangi situs Web untuk mengambil informasi yang dibutuhkan. Pada saat akses Web, pengunjung berinteraksi dengan server Web dan basis data di belakangnya. Terus terang, pola interaksi demikian sangat tidak manusiawi bagi sebagian besar pengguna Internet.
Dalam berbagai survey Internet yang dapat dilihat di http://dir.yahoo.com/Computers_and_Internet/Internet/Statistics_and_Demographics/Surveys/, maupun dalam berbagai kesempatan diskusi dan seminar, ternyata aplikasi utama yang digunakan pengguna Internet adalah untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi antar pengguna Internet, bukan sekedar akses Web. Dalam survey yang dilakukan oleh GVU (http://www.gvu.gatech.edu/user_surveys/) terlihat bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi penting Internet di atas Web. Berinteraksi, bersilaturahmi antar manusia merupakan hal yang sangat manusiawi dan sangat dimudahkan dengan menggunakan fasilitas Internet surat elektronik (e-mail) dan chatting. Sayangnya, chatting di Internet mengharuskan kedua belah pihak online pada waktu yang bersamaan untuk dapat ber-chatting. Hal ini menyebabkan chatting tidak populer, survey di GVU memperlihatkan bahwa chatting hanya di minati oleh 22% responden.
Berbeda dengan chatting, e-mail memungkinkan kita berkomunikasi tanpa harus online pada saat yang bersamaan. Seperti hal-nya surat biasa, e-mail dapat dibaca oleh si penerima kapan saja jika si penerima ingin membacanya. Oleh karenanya tidak mengherankan jika e-mail lebih banyak digunakan oleh para pengguna veteran Internet.
Dengan teknik e-mail yang baik, seperti di terangkan di buku "Teknologi Warung Internet", servis e-mail dapat diberikan kepada pelanggan Warung Internet (WARNET) dengan biaya Rp. 20-30.000 / bulan / pelanggan. Bahkan untuk sekolah atau lembaga pendidikan, akses e-mail bagi para siswa atau mahasiswa dapat diperoleh dengan biaya per bulan yang sangat rendah. Sebagai contoh, di SMKN 6 Jogyakarta, para siswa dapat mengakses e-mail dengan biaya Rp. 5000 / bulan / siswa. Di SMKN 1 Ciamis, para siswa dapat mengakses e-mail dengan biaya Rp. 1000 / bulan / siswa. Di Universitas Parahyangan Bandung, para mahasiswa dapat mengakses Internet 24 jam dengan biaya Rp. 4300 / bulan / mahasiswa. Jelas bahwa akses e-mail jauh lebih murah daripada mengakses Web & chatting yang umumnya sekitar Rp. 3000-5000 / jam di berbagai WARNET. Yang perlu digaris bawahi, dengan teknik yang di jelaskan di atas pembangun infrastruktur Internet swadaya masyarakat menjadi sangat dimungkinkan - tanpa bantuan Pemerintah,Bank Dunia,ADB dan IMF.
Dengan murahnya biaya akses e-mail, pembangunan komunitas maya berbasis e-mail menjadi sangat menarik untuk membangun masyarakat madani berbasis pengetahuan di Indonesia.
Konsep Dasar Pembangunan Komunitas Maya
Bagaimana mungkin sebuah komunitas maya di bangun? Ternyata jawabannya terdapat dalam buku Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, Balai Pusataka, 1999. Bagi merek yang telah berpengalaman berkelana di Internet, apa yang diterangkan Pak Sarlito di buku Psikologi Sosial bagi dunia nyata ternyata tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi dalam pembentukan berbagai komunitas maya di Internet.
Netiket (etika di Internet) berupa kesepakatan etiket yang perlu di hormati oleh setiap individu yang berinteraksi di Internet. Jika ada individu yang melanggar norma, maka anggota komunitas yang lain biasanya akan mengingatkan individu tersebut untuk tidak mengulangi di lain waktu. Netiket ini yang kemudian menjadi koridor pengikat antar pengguna Internet dalam berinteraksi. Contoh sebuah Netiket dapat dilihat di http://groups.yahoo.com/local/guidelines.html, antara lain melarang pengguna Internet untuk mengganggu, mengancam pengguna lain, melanggar hak cipta, mengirimkan iklan, mengirim berita yang kasar, dan banyak lagi.
Proses pembentukan komunitas biasa memakan waktu cukup lama, antara 1-2 tahun. Biasanya berawal dari kelompok kecil beberapa individu yang berinteraksi akan sebuah hal yang menarik bagi mereka. Anggota forum diskusi dapat bertambah dengan dibuka keanggotaan untuk publik. Dinamika kelompok menjadi sangat menarik pada forum diskusi yang sifatnya terbuka, tidak di moderatori, dan tidak berpanutan pada seseorang atau sekelompok kecil elit.
Proses seleksi alam terjadi dalam komunitas, topik diskusi akan bergeser ke hal-hal yang akan menguntungkan sebagian besar komunitas. Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam komunitas yang besar, seperti asosiasi-warnet@yahoogroups.com, itcenter@yahoogroups.com, akan tampak beberapa pimpinan natural hasil seleksi alam yang akan mendorong gerakan kelompok secara keseluruhan. Para pemimpin komunitas maya biasanya juga merupakan pemimpin sesungguhnya di dunia nyata. Memang berbeda dengan karakter pemimpin negara ini, pemimpin di dunia maya biasanya di hormati karena kepiawaian (knowledgable leader) dan kebijakannya; bukan karena kekuasaannya.
Dalam komunitas yang besar, biasanya aktiftas maya juga akan mendorong terbentuknya berbagai aktifitas di dunia nyata yang dapat berupa usaha bersama, seminar atau workshop. Tidak terlalu mengherankan jika di komunitas seperti asosiasi-warnet@yahoogroups.com, indowli@yahoogroups.com, indowli@groups.or.id akan mendorong terselenggaranya berbagai seminar, workshop di berbagai kota di Indonesia dengan frekuensi yang lumayan tinggi, sekitar 1-2 seminar setiap minggu. Dari sisi dunia usaha, keberadaan komunitas besar di dunia maya sangat menarik karena secara langsung berhubungan dengan proses pengembangan pasar dan kebutuhan; ada kebutuhan (demand) akan mendorong usaha penyedia (supply).
Pada akhirnya dalam komuinitas-komunitas maya yang besar dan berdiskusi secara positif akan terjadi sebuah proses bola salju menggelinding semakin lama semakin besar, yang akan menguntungkan semua partisipan yang terlibat di dalamnya menuju sebuah tujuan bersama yang baik. Menarik untuk di simak bahwa bangunan yang menjadi pijakan komunitas maya ini hanyalah sebuah platform berbentuk forum diskusi yang berbasis surat elektronik atau lebih di kenal sebagai e-mail.
Perlu di catat bahwa semua aktifitas maya ini terjadi secara swadaya dan swadana masyarakat, tanpa keikut sertaan pemerintah sama sekali. Apalagi memperoleh uang dari utangan Bank Dunia, ADB, IMF. Jadi, masih diperlukankah pemerintah Indonesia?
Konsep Dasar Mailing List Tempat Diskusi Dunia Maya
Penggunaan e-mail untuk forum diskusi kelompok yang besar di kenal dengan teknik atau aplikasi mailing list. Mailing list menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas maya.
Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup mengirimkan sebuah e-mail ke sebuah alamat e-mail mailing list untuk kemudian di sebarkan ke semua anggota mailing list yang tergabung atau berlangganan ke alamat e-mail tersebut.
Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui e-mail ke mailing list tempat berkumpul para hacker, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-dua orang hacker mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat mungkin hanya diperlukan menunggu dalam waktu beberapa jam sebelum salah seorang hacker tersebut memberikan jawabannya.
Mailing list di Internet beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita banyangkan bersama apa yang terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti:
Jika seseorang secara serius terus menerus dalam selang waktu lama (beberapa bulan bahkan tahun) aktif berdiskusi - dapat diharapkan orang tersebut akan menjadi "ahli" dalam bidang yang didiskusikan tersebut. Dalam dunia pendidikan, proses diskusi merupakan media yang paling effektif untuk melakukan transfer pengetahuan implisit dari kepala masing-masing partisipan.
Dalam dunia usaha, pembangunan wajah (image) perusahaan menjadi sangat penting artinya untuk menangkap pasar. Proses marketing dan public relation (PR) sebuah perusahaan atau produk pada dasarnya merupakan sebuah proses pendidikan kepada para pelanggan atau klien. Konsep marketing yang umumnya di anut saat ini lebih banyak bergantung pada media non-interaktif dengan sedikit seminar / workshop. Dengan adanya mailing list proses marketing dilakukan secara interaktif & terus-menerus tanpa henti selama 24 jam sepanjang tahun. Dapat dibayangkan bahwa dengan konsistensi marketing seperti itu dapat diharapkan wajah (image) dan eksistensi perusahaan akan menjadi lebih kuat dimata klien-nya. Tentunya nanti bagian marketing usaha atau produk tersebut harus secara selektif memilih untuk aktif di mailing list tertentu yang sesuai dengan produk yang dipasarkan.
Jelas bahwa mailing list merupakan media yang lebih bersifat interaktif & pro-aktif di bandingkan dengan Web maupun media cetak. Sifat ini menjadi kunci utama untuk memperkuat wajah (image) dan eksistensi seseorang atau perusahaan di Internet secara keseluruhan. Konsekuensinya, seseorang atau perusahaan yang akan menggunakan mailing list sebagai media interaksi dengan komunitas Internet harus mau berinteraksi dan merespond secara cepat menggunakan e-mail, karena semua pengguna e-mail di Internet berharap agar respond dapat dilakukan secara cepat. Untuk itu dibutuhkan orang atau staff yang ulet dan konsisten untuk menjawab berbagai pertanyaan. Dalam berbagai forum diskusi dunia maya, jangan kaget jika kita memperoleh jawaban langsung dari Chief Executive Officer (CEO) atau Chief Information Officer (CIO).