Difference between revisions of "Strategi Atas vs. Strategi Bawah"
Onnowpurbo (talk | contribs) (New page: Strategi Atas vs. Strategi Bawah Onno W. Purbo Setelah belasann tahun bergerak di grassroot bahkan tanpa institusi, lebih banyak sendiri di bantu oleh teman2 grassroot saja. Bahkan serin...) |
Onnowpurbo (talk | contribs) |
||
Line 3: | Line 3: | ||
Onno W. Purbo | Onno W. Purbo | ||
− | Setelah | + | Setelah belasan tahun bergerak di grassroot bahkan tanpa institusi, lebih banyak sendiri di bantu oleh teman2 grassroot saja. Bahkan sering kali ditinggalkan oleh teman2 karena tinggi-nya resiko yang harus di ambil :) ... |
Belakangan, mulai ber-interaksi dengan beberapa orang dan institusi yang merupakan ex Pimpinan-Pimpinan tinggi maupun institusi level kementerian dan badan negara. Sangat terasa sekali jurang pola fikir yang ada antara saya yang belasan tahun bekerja di grass root dengan mereka yang biasa bekerja di atas. | Belakangan, mulai ber-interaksi dengan beberapa orang dan institusi yang merupakan ex Pimpinan-Pimpinan tinggi maupun institusi level kementerian dan badan negara. Sangat terasa sekali jurang pola fikir yang ada antara saya yang belasan tahun bekerja di grass root dengan mereka yang biasa bekerja di atas. |
Revision as of 19:05, 24 November 2015
Strategi Atas vs. Strategi Bawah
Onno W. Purbo
Setelah belasan tahun bergerak di grassroot bahkan tanpa institusi, lebih banyak sendiri di bantu oleh teman2 grassroot saja. Bahkan sering kali ditinggalkan oleh teman2 karena tinggi-nya resiko yang harus di ambil :) ...
Belakangan, mulai ber-interaksi dengan beberapa orang dan institusi yang merupakan ex Pimpinan-Pimpinan tinggi maupun institusi level kementerian dan badan negara. Sangat terasa sekali jurang pola fikir yang ada antara saya yang belasan tahun bekerja di grass root dengan mereka yang biasa bekerja di atas.
Teman2 yang biasa bekerja sebagai birokrat / pemerintah / dunia usaha / direktur, ternyata akan cenderung berusaha untuk
- Menjadi yang terbaik
- Membantu mereka yang terbaik
- Mencetak yang terbaik
- Kualitas menjadi utama dan nomor satu
Beberapa konsekuensi dari tuntutan tersebut adalah,
- Taktik dan strategi yang akan dituangkan dalam berbagai pekerjaan-nya adalah menghasilkan sesuatu yang terbaik.
- Cenderung untuk mengutamakan pucuk atas dari strata piramida rakyat.
- Cenderung untuk memperoleh penghargaan lebih karena kebolehannya.
- Cenderung untuk memperoleh sorotan media, sorotan masyarakat, pujian dll.
Sementara mereka yang bekerja di bawah cenderung untuk
- Membantu mereka yang paling lemah / lebih lemah.
- Membantu agar sebanyak mungkin orang bisa berdaya.
- Tidak glamor, bahkan cenderung berjuang di lumpur.
- Kuantitas menjadi lebih utama bukan kualitas.
Beberapa konsekuensi yang akan diperoleh karena pilihan hidup untuk bekerja di grassroot antara lain adalah,
- Taktik dan strategi yang dituangkan lebih kepada bagaimana agar terjangkau bagi banyak orang, dan mengubah / memajukan sebanyak mungkin orang.
- Cenderung untuk mengutamakan bagian bawah dari strata piramida rakyat (Bottom of The Piramid)
- Agak aneh karena tidak terlalu mementingkan materi.
- Tidak terlalu menjadi sorotan media dan pujian.
- Tidak terlalu memperoleh banyak memperoleh materi, karena memang yang dibantu bukanlah yang bermateri banyak.
Bagaimana pola fikir dalam membangun Indonesia
- Strategi atas: jika kita dapat membangun elit yang berkualitas yang menggerakan pimpinan di Indonesia maka seluruh Indonesia akan dapat dengan mudah di angkat ke atas.
- Strategi bawah: Jika kita dapat memberdayakan rakyat paling bawah agar bisa naik, maka seluruh lapisan di atasnya akan automatis naik ke atas.
Yang pasti strategi bawah akan sangat jauh lebih lama dalam implementasi karena mengandalkan keberhasilan dalam memandaikan 200+ juta rakyat Indonesia. Sementara strategi atas kemungkinan akan jauh lebih cepat bahkan mungkin lebih murah karena hanya perlu memandaikan ratusan atau ribuan pimpinan.
Mana strategi yang terbaik? Silahkan anda yang menentukan :) ..