Difference between revisions of "5G: Contoh potensi 5G di negara ASEAN"

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "It’s a pivotal time for ASEAN’s telecommunications industry with growing momentum behind 5G. Today, 5G is commercially available in several ASEAN countries, including Sing...")
 
 
(5 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
It’s a pivotal time for ASEAN’s telecommunications industry with growing momentum behind 5G. Today, 5G is commercially available in several ASEAN countries, including Singapore, Thailand, Philippines, and Malaysia. What’s more, adoption is growing with 5G connections predicted to reach 430 million by 2025 across the broader Asia-Pacific region.  
+
Ini adalah waktu yang sangat penting bagi industri telekomunikasi ASEAN dengan momentum yang berkembang di belakang 5G. Saat ini, 5G tersedia secara komersial di beberapa negara ASEAN, termasuk Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Terlebih lagi, adopsi berkembang dengan koneksi 5G yang diprediksi mencapai 430 juta pada tahun 2025 di seluruh wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas.
  
The opportunities for communication service providers (CSPs) and other businesses are huge. The high bandwidth, low latency, and massive scale enabled by 5G unlocks new possibilities in areas such as manufacturing, healthcare, and transportation.  
+
Peluang bagi Communication Service Provider (CSP) dan bisnis lainnya sangat besar. Bandwidth tinggi, latensi rendah, dan skala besar yang dimungkinkan oleh 5G membuka kemungkinan baru di berbagai bidang seperti manufaktur, perawatan kesehatan, dan transportasi.
  
Of course realising these opportunities takes work. This is why the recent conversations around 5G have shifted from network rollouts to monetisation models and user experiences. Here, we shine a light on those conversations and where 5G is headed.
+
Tentu saja mewujudkan peluang ini membutuhkan kerja keras. Inilah sebabnya mengapa percakapan baru-baru ini tentang 5G telah bergeser dari peluncuran jaringan ke model monetisasi dan pengalaman pengguna. Di sini, kita akan menyoroti diskusi ini dan ke mana arah 5G.
  
5G adoption driven by business need rather than speed
 
5G is potentially up to 100 times faster than its predecessor, 4G/LTE. However, speed alone is not enough to drive widespread adoption.
 
  
Manoj Prasanna Kumar, Head, Technology, Enterprise 5G & IOT at Singtel, says businesses will adopt 5G for the same reason they adopt most technologies — to solve specific challenges.
+
==Adopsi 5G didorong oleh kebutuhan bisnis daripada kecepatan==
  
“Businesses will not upgrade to 5G just for a faster network. That’s why any discussion with the customer should start with the challenge they are trying to solve,” said Manoj.  
+
5G berpotensi hingga 100 kali lebih cepat dari pendahulunya, 4G/LTE. Namun, kecepatan saja tidak cukup untuk mendorong adopsi secara luas.
  
It is the resulting applications that will drive the need for 5G. Drones are a great example. They are increasingly popular in areas like facilities management, often used to inspect hard-to-reach areas and perform maintenance. To safely operate drones, the transfer of information between devices and operators must be as close to real-time as possible. This is where the need arises for high-speed, low latency, and reliability of 5G.
+
Manoj Prasanna Kumar, Head, Technology, Enterprise 5G & IOT di Singtel, mengatakan bisnis akan mengadopsi 5G karena alasan yang sama mereka mengadopsi sebagian besar teknologi — untuk memecahkan tantangan tertentu.
  
MEC extends possibilities for 5G and mission-critical applications
+
“Bisnis tidak akan meningkatkan ke 5G hanya untuk jaringan yang lebih cepat. Itu sebabnya setiap diskusi dengan pelanggan harus dimulai dengan tantangan yang mereka coba selesaikan, ”kata Manoj.
As businesses look to harness the full potential of 5G, they need to optimise other aspects of their infrastructure. For example, those wanting to deploy drones and other mission-critical applications may need to transform their network architecture and adopt multi-access edge computing (MEC).
 
  
MEC provides cloud-computing capabilities that allow data to be processed as close as possible to the source. This ultimately reduces latency and speeds up data processing, both of which are important for applications like drones and autonomous vehicles.  
+
Ini adalah aplikasi yang dihasilkan yang akan mendorong kebutuhan akan 5G. Drone adalah contoh yang bagus. Mereka semakin populer di area seperti manajemen fasilitas, sering digunakan untuk memeriksa area yang sulit dijangkau dan melakukan perawatan. Untuk mengoperasikan drone dengan aman, transfer informasi antara perangkat dan operator harus sedekat mungkin dengan waktu nyata. Di sinilah muncul kebutuhan akan kecepatan tinggi, latensi rendah, dan keandalan 5G.
  
“What customers are most concerned about is scaling and securing their applications while knowing that their infrastructure and connectivity will not be an issue,” said Manoj.
+
==MEC memperluas kemungkinan untuk 5G dan aplikasi mission-critical==
  
“What the market then needs is seamless infrastructure that extends from the customers’ edge to the cloud and can be accessed through any means of connectivity. This will provide a bedrock on which customers can confidently run their mission-critical applications.
+
Saat bisnis ingin memanfaatkan potensi penuh 5G, mereka perlu mengoptimalkan aspek lain dari infrastruktur mereka. Misalnya, mereka yang ingin menggunakan drone dan aplikasi penting lainnya mungkin perlu mengubah arsitektur jaringan mereka dan mengadopsi multi-access edge computing (MEC).
  
5G monetisation will require service providers to rethink business models
+
MEC menyediakan kemampuan cloud-computing yang memungkinkan data diproses sedekat mungkin dengan sumbernya. Ini pada akhirnya mengurangi latensi dan mempercepat pemrosesan data, yang keduanya penting untuk aplikasi seperti drone dan autonomous vehicle.
5G is still relatively new and CSPs are forming plans to monetise their 5G investments. Manoj suggests partnerships and revenue sharing will be key.  
 
  
“5G is not just about a higher order of connectivity. It represents a new global economy. I say this because as customers adopt 5G, they are looking forward to new business models from CSPs like pay-for-use and revenue sharing. They want to ensure that CSPs have skin in the game to solve the business challenges they are trying to solve," said Manoj.  
+
“Yang paling diperhatikan pelanggan adalah scaling dan pengamanan aplikasi mereka sambil mengetahui bahwa infrastruktur dan konektivitas mereka tidak akan menjadi masalah,” kata Manoj.
  
On a more practical level, CSPs need to modernise their business support systems (BSS) for 5G. A recent survey from Nokia indicated that only 11% of CSPs who responded had sufficient BSS capabilities to support 5G monetisation.
+
“Apa yang kemudian dibutuhkan pasar adalah infrastruktur tanpa batas yang terbentang dari pelanggan ke cloud dan dapat diakses melalui sarana konektivitas apa pun. Ini akan memberikan landasan di mana pelanggan dapat dengan percaya diri menjalankan aplikasi mission-critical mereka.”
 +
 
 +
==Monetisasi 5G akan mengharuskan penyedia layanan untuk memikirkan kembali model bisnis==
 +
 
 +
5G masih relatif baru dan CSP sedang menyusun rencana untuk memonetisasi investasi 5G mereka. Manoj menyarankan kemitraan dan pembagian pendapatan akan menjadi kuncinya.
 +
 
 +
“5G bukan hanya tentang urutan konektivitas yang lebih tinggi. Ini mewakili ekonomi global baru. Saya mengatakan ini karena ketika pelanggan mengadopsi 5G, mereka menantikan model bisnis baru dari CSP seperti bayar untuk penggunaan dan bagi hasil. Mereka ingin memastikan bahwa CSP memiliki kulit dalam permainan untuk memecahkan tantangan bisnis yang mereka coba selesaikan," kata Manoj.
 +
 
 +
Pada tingkat yang lebih praktis, CSP perlu memodernisasi sistem pendukung bisnis (BSS) mereka untuk 5G. Survei terbaru dari Nokia menunjukkan bahwa hanya 11% CSP yang merespons memiliki kemampuan BSS yang memadai untuk mendukung monetisasi 5G.
  
 
There is a need for CSPs to extend and revamp their BSS and IT stacks to enable rapid launch of new 5G offers and support new charging models. It is also important for BSS to support the growth of solution partnerships and ecosystems to deliver new digital customer experiences.  
 
There is a need for CSPs to extend and revamp their BSS and IT stacks to enable rapid launch of new 5G offers and support new charging models. It is also important for BSS to support the growth of solution partnerships and ecosystems to deliver new digital customer experiences.  
  
That’s why Salesforce and Nokia have partnered to provide CSPs with the capabilities they need to launch and monetise 5G services faster. This offering builds on Salesforce’s Communications Cloud with integrated solutions from Nokia for service orchestration and monetisation, leveraging Nokia’s Digital Operations Center and Converged Charging platforms.
+
Itulah sebabnya Salesforce dan Nokia telah bermitra untuk menyediakan kemampuan yang dibutuhkan CSP untuk meluncurkan dan memonetisasi layanan 5G lebih cepat. Penawaran ini dibangun di atas Cloud Komunikasi Salesforce dengan solusi terintegrasi dari Nokia untuk orkestrasi dan monetisasi layanan, memanfaatkan platform Nokia’s Digital Operations Center and Converged Charging.
  
“CSPs need to invest in systems that will give them the flexibility to charge customers based on different parameters. At the same time, there is a whole new ecosystem of developers creating apps and pre-integrated solutions CSPs should be tapping into. Through our partnership with Salesforce, we are helping CSPs capture every revenue opportunity from the 5G economy,” said Gustavo Duarte, Global Vice President, Presales and GTM Business Applications, at Nokia CNS.
+
“CSP perlu berinvestasi dalam sistem yang akan memberi mereka fleksibilitas untuk menagih pelanggan berdasarkan parameter yang berbeda. Pada saat yang sama, ada ekosistem baru pengembang yang membuat aplikasi dan solusi pra-integrasi yang harus dimanfaatkan oleh CSP. Melalui kemitraan kami dengan Salesforce, kami membantu CSP menangkap setiap peluang pendapatan dari ekonomi 5G,” kata Gustavo Duarte, Global Vice President, Presales and GTM Business Applications, di Nokia CNS.
  
How 5G drives new use cases
+
==Bagaimana 5G mendorong cara penggunaan baru==
In terms of industry verticals, 5G will drive new use cases and applications, and promising verticals include Industry 4.0. These encompass factory floors, logistics, warehouses, smart city, and public safety use cases. From a horizontal perspective, video analytics, and AR/VR and Metaverse are areas where 5G capabilities are key to driving adoption. For example, on the factory floor, customers are exploring how video analytics can be used to detect faulty products as they emerge from the assembly line.
 
  
Singtel’s Manoj also sees many use cases when video cameras become mobile, for example when mounted on automated guided vehicles (AGVs). “A typical AGV has about 8-10 cameras to offer 360 degree views to the pilot or the driver, likewise drones, robots which carry cameras...This is a key use case that may require low latency communications to back-end systems and video recording systems.
+
Dalam hal vertikal industri, 5G akan mendorong use case dan aplikasi baru, dan vertikal yang menjanjikan termasuk Industri 4.0. Ini mencakup lantai pabrik, logistik, gudang, kota pintar, dan kasus penggunaan keselamatan publik. Dari perspektif horizontal, analitik video, serta AR/VR dan Metaverse adalah area di mana kemampuan 5G adalah kunci untuk mendorong adopsi. Misalnya, di lantai pabrik, pelanggan mengeksplorasi bagaimana analitik video dapat digunakan untuk mendeteksi produk yang salah saat muncul dari jalur perakitan.
  
Manoj also sees strong potential in virtual reality and mixed reality use cases, including Metaverse use cases. “The enterprises we are speaking to are exploring how they can use Metaverse in their day to day operations,” said Manoj. As more rich and immersive content requiring low latency and edge computing resources are developed, the demand for 5G and MEC will increase.  
+
Manoj dari Singtel juga melihat banyak kasus penggunaan saat kamera video menjadi mobile, misalnya saat dipasang pada automated guided vehicle (AGV). “AGV pada umumnya memiliki sekitar 8-10 kamera untuk menawarkan pandangan 360 derajat kepada pilot atau pengemudi, juga drone, robot yang membawa kamera... Ini adalah kasus penggunaan utama yang mungkin memerlukan komunikasi latensi rendah ke sistem back-end dan sistem perekaman video.
  
In summary, there is a huge potential for 5G across a wide range of use cases in Asia. 5G leaders such as Singtel are taking great strides in making these leading edge 5G applications a reality. At the same time, Salesforce and Nokia are enabling CSPs to deliver new customer experiences, and offering new charging and monetisation models that are integral to unlocking the potential for 5G.
+
Manoj juga melihat potensi kuat dalam kasus penggunaan realitas virtual dan realitas campuran, termasuk kasus penggunaan Metaverse. “Perusahaan yang kami ajak bicara sedang menjajaki bagaimana mereka dapat menggunakan Metaverse dalam operasi sehari-hari mereka,” kata Manoj. Karena konten yang lebih kaya dan imersif yang membutuhkan latensi rendah dan sumber daya edge computing dikembangkan, permintaan akan 5G dan MEC akan meningkat.
  
 +
Singkatnya, ada potensi besar untuk 5G di berbagai kasus penggunaan di Asia. Pemimpin 5G seperti Singtel mengambil langkah besar dalam mewujudkan aplikasi 5G terdepan ini. Pada saat yang sama, Salesforce dan Nokia memungkinkan CSP untuk menghadirkan pengalaman pelanggan baru, dan menawarkan model pengisian daya dan monetisasi baru yang merupakan bagian integral untuk membuka potensi 5G.
  
 
==Referensi==
 
==Referensi==

Latest revision as of 09:00, 9 December 2022

Ini adalah waktu yang sangat penting bagi industri telekomunikasi ASEAN dengan momentum yang berkembang di belakang 5G. Saat ini, 5G tersedia secara komersial di beberapa negara ASEAN, termasuk Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Terlebih lagi, adopsi berkembang dengan koneksi 5G yang diprediksi mencapai 430 juta pada tahun 2025 di seluruh wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas.

Peluang bagi Communication Service Provider (CSP) dan bisnis lainnya sangat besar. Bandwidth tinggi, latensi rendah, dan skala besar yang dimungkinkan oleh 5G membuka kemungkinan baru di berbagai bidang seperti manufaktur, perawatan kesehatan, dan transportasi.

Tentu saja mewujudkan peluang ini membutuhkan kerja keras. Inilah sebabnya mengapa percakapan baru-baru ini tentang 5G telah bergeser dari peluncuran jaringan ke model monetisasi dan pengalaman pengguna. Di sini, kita akan menyoroti diskusi ini dan ke mana arah 5G.


Adopsi 5G didorong oleh kebutuhan bisnis daripada kecepatan

5G berpotensi hingga 100 kali lebih cepat dari pendahulunya, 4G/LTE. Namun, kecepatan saja tidak cukup untuk mendorong adopsi secara luas.

Manoj Prasanna Kumar, Head, Technology, Enterprise 5G & IOT di Singtel, mengatakan bisnis akan mengadopsi 5G karena alasan yang sama mereka mengadopsi sebagian besar teknologi — untuk memecahkan tantangan tertentu.

“Bisnis tidak akan meningkatkan ke 5G hanya untuk jaringan yang lebih cepat. Itu sebabnya setiap diskusi dengan pelanggan harus dimulai dengan tantangan yang mereka coba selesaikan, ”kata Manoj.

Ini adalah aplikasi yang dihasilkan yang akan mendorong kebutuhan akan 5G. Drone adalah contoh yang bagus. Mereka semakin populer di area seperti manajemen fasilitas, sering digunakan untuk memeriksa area yang sulit dijangkau dan melakukan perawatan. Untuk mengoperasikan drone dengan aman, transfer informasi antara perangkat dan operator harus sedekat mungkin dengan waktu nyata. Di sinilah muncul kebutuhan akan kecepatan tinggi, latensi rendah, dan keandalan 5G.

MEC memperluas kemungkinan untuk 5G dan aplikasi mission-critical

Saat bisnis ingin memanfaatkan potensi penuh 5G, mereka perlu mengoptimalkan aspek lain dari infrastruktur mereka. Misalnya, mereka yang ingin menggunakan drone dan aplikasi penting lainnya mungkin perlu mengubah arsitektur jaringan mereka dan mengadopsi multi-access edge computing (MEC).

MEC menyediakan kemampuan cloud-computing yang memungkinkan data diproses sedekat mungkin dengan sumbernya. Ini pada akhirnya mengurangi latensi dan mempercepat pemrosesan data, yang keduanya penting untuk aplikasi seperti drone dan autonomous vehicle.

“Yang paling diperhatikan pelanggan adalah scaling dan pengamanan aplikasi mereka sambil mengetahui bahwa infrastruktur dan konektivitas mereka tidak akan menjadi masalah,” kata Manoj.

“Apa yang kemudian dibutuhkan pasar adalah infrastruktur tanpa batas yang terbentang dari pelanggan ke cloud dan dapat diakses melalui sarana konektivitas apa pun. Ini akan memberikan landasan di mana pelanggan dapat dengan percaya diri menjalankan aplikasi mission-critical mereka.”

Monetisasi 5G akan mengharuskan penyedia layanan untuk memikirkan kembali model bisnis

5G masih relatif baru dan CSP sedang menyusun rencana untuk memonetisasi investasi 5G mereka. Manoj menyarankan kemitraan dan pembagian pendapatan akan menjadi kuncinya.

“5G bukan hanya tentang urutan konektivitas yang lebih tinggi. Ini mewakili ekonomi global baru. Saya mengatakan ini karena ketika pelanggan mengadopsi 5G, mereka menantikan model bisnis baru dari CSP seperti bayar untuk penggunaan dan bagi hasil. Mereka ingin memastikan bahwa CSP memiliki kulit dalam permainan untuk memecahkan tantangan bisnis yang mereka coba selesaikan," kata Manoj.

Pada tingkat yang lebih praktis, CSP perlu memodernisasi sistem pendukung bisnis (BSS) mereka untuk 5G. Survei terbaru dari Nokia menunjukkan bahwa hanya 11% CSP yang merespons memiliki kemampuan BSS yang memadai untuk mendukung monetisasi 5G.

There is a need for CSPs to extend and revamp their BSS and IT stacks to enable rapid launch of new 5G offers and support new charging models. It is also important for BSS to support the growth of solution partnerships and ecosystems to deliver new digital customer experiences.

Itulah sebabnya Salesforce dan Nokia telah bermitra untuk menyediakan kemampuan yang dibutuhkan CSP untuk meluncurkan dan memonetisasi layanan 5G lebih cepat. Penawaran ini dibangun di atas Cloud Komunikasi Salesforce dengan solusi terintegrasi dari Nokia untuk orkestrasi dan monetisasi layanan, memanfaatkan platform Nokia’s Digital Operations Center and Converged Charging.

“CSP perlu berinvestasi dalam sistem yang akan memberi mereka fleksibilitas untuk menagih pelanggan berdasarkan parameter yang berbeda. Pada saat yang sama, ada ekosistem baru pengembang yang membuat aplikasi dan solusi pra-integrasi yang harus dimanfaatkan oleh CSP. Melalui kemitraan kami dengan Salesforce, kami membantu CSP menangkap setiap peluang pendapatan dari ekonomi 5G,” kata Gustavo Duarte, Global Vice President, Presales and GTM Business Applications, di Nokia CNS.

Bagaimana 5G mendorong cara penggunaan baru

Dalam hal vertikal industri, 5G akan mendorong use case dan aplikasi baru, dan vertikal yang menjanjikan termasuk Industri 4.0. Ini mencakup lantai pabrik, logistik, gudang, kota pintar, dan kasus penggunaan keselamatan publik. Dari perspektif horizontal, analitik video, serta AR/VR dan Metaverse adalah area di mana kemampuan 5G adalah kunci untuk mendorong adopsi. Misalnya, di lantai pabrik, pelanggan mengeksplorasi bagaimana analitik video dapat digunakan untuk mendeteksi produk yang salah saat muncul dari jalur perakitan.

Manoj dari Singtel juga melihat banyak kasus penggunaan saat kamera video menjadi mobile, misalnya saat dipasang pada automated guided vehicle (AGV). “AGV pada umumnya memiliki sekitar 8-10 kamera untuk menawarkan pandangan 360 derajat kepada pilot atau pengemudi, juga drone, robot yang membawa kamera... Ini adalah kasus penggunaan utama yang mungkin memerlukan komunikasi latensi rendah ke sistem back-end dan sistem perekaman video.”

Manoj juga melihat potensi kuat dalam kasus penggunaan realitas virtual dan realitas campuran, termasuk kasus penggunaan Metaverse. “Perusahaan yang kami ajak bicara sedang menjajaki bagaimana mereka dapat menggunakan Metaverse dalam operasi sehari-hari mereka,” kata Manoj. Karena konten yang lebih kaya dan imersif yang membutuhkan latensi rendah dan sumber daya edge computing dikembangkan, permintaan akan 5G dan MEC akan meningkat.

Singkatnya, ada potensi besar untuk 5G di berbagai kasus penggunaan di Asia. Pemimpin 5G seperti Singtel mengambil langkah besar dalam mewujudkan aplikasi 5G terdepan ini. Pada saat yang sama, Salesforce dan Nokia memungkinkan CSP untuk menghadirkan pengalaman pelanggan baru, dan menawarkan model pengisian daya dan monetisasi baru yang merupakan bagian integral untuk membuka potensi 5G.

Referensi


Pranala Menarik