Wawancara dengan watyutink.com
Subject: Re: Permohonan Tanggapan Narsum From: "Onno W. Purbo" <onno@indo.net.id> Date: Sat, August 12, 2017 15:56 To: "Tauruy Amos" <tauruy.amos@watyutink.com> Priority: Normal Create Filter: Automatically | From | To | Subject Options: View Full Header | View Printable Version | Download this as a file | View Message details
> > > th. > > Bpk/Ibu...... > > > > Salam hangat..Merdeka! > > > > Saya…..wartawan watyutink.com, sebuah media (berita-opini) online baru > yang digagas Mas Erros Djarot dkk. Tujuan utamanya membangun diskursus > intelektual sehingga publik tercerahkan dan lebih jauh memahami berbagai > fenomena-peristiwa. > > > > Di setiap artikel kami memaparkan masalah dan mengajukan permasalahan > dalam bentuk catatan/telaah/hipotesis. Selanjutnya ditanggapi oleh 2-5 > pakar. Silakan pakar memberikan pandangan/pendapat yang bisa jadi tidak > setuju dengan hipotesis watyutink.com. Bahkan diharapkan membuka sudut > pandang baru dalam masalah tersebut. > > Di bawah ini artikel yang kami ajukan untuk Bpk/Ibu berikan > tanggapan/pendapat/ulasan. Kami akan muat dalam kolom “opini pakar”. > > Kami sertakan pertanyaan yg merupakan inti permasalahan; > > > > 1. Apakah globalisasi menghilangkan identitas keindonesiaan? Atau > secara tak disadari memang telah hilang?
heheh saya bukan ahli sosial sebenernya cuma pertanyaan saya balik, kira-kira identitas keindonesiaan itu apa ya? kalau saya pribadi, apapun yang baik sebaiknya kita adopsi apapun yang jelek kita buang jauh-jauh dasar yang paling baik adalah ahlak, pendidikan moral, agama dll
> > 2. Pengguna geget dan internet di Indonesia cukup tinggi. Harga geget > murah di pasaran, bagaimana dampaknya pada anak bangsa? Berapa banyak lagi > anak bangsa menjadi pecandu geget?
geget maksudnya gadget? ibarat pisau, bisa dipakai untuk hal yang baik bisa dipakai untuk hal yang jelek .. sebaiknya diberdayakan agar masyarakat bisa memaksimalkan manfaat dari gadget yang mereka miliki contoh membuat kurikulum sekolah agar melek IT di samping itu, bangun ekosistem agar pembuat / pabrik gadget bisa dioperasikan di indonesia agar duit tidak keluar semua
> > 3. Apakah dampak yang ditimbulkan dari kecanduan geget? >
saya belum pernah mengadakan penelitian yang serius sih anak saya pakai gadget semua hasilnya si kecil yang umur 5 tahun, bahasa inggrisnya lancar juga wawasannya jadi lumayan luas bahkan kadang pola fikirnya dan cara mengambil keputusannya mengagumkan kakak-kakaknya kayanya banyak terbantu dengan gadget untuk komunikasi dll juga buat kerjaan mereka
> 4. Mesin pencari dimonopoli oleh asing adakah ruang untuk nilai-nilai > kebangsaan? Atau justru mesin pencari digunakan untuk menyebarkan > nilai-nilai mereka? >
mesin pencari pada dasarnya mencari dari informasi yang ada dan bisa mereka akses sebagai sumber informasi kalau tidak banyak informasi dari indonesia atau yang ditulis oleh orag indonesia ya akibatnya akan lebih banyak informasi luar indonesia yang muncul kalau saya sih jangan salahkan mesin pencarinya salahkan orang indonesia tidak mau banyak menulis
> 5. China memiliki kesadaran membentengi nilai-nilai budaya dan > nasionalisme mereka, bahkan Rusia sambil membentengi diri juga ikut > menciptakan telegram menyaingi aplikasi barat. Akankah tumbuh kesadaran > negara membangun kesadaran serupa?
cina & rusia dll selain membuat benteng mereka juga membuat ekositem agar para pengembang lokal juga pabrikan lokal bisa hidup .. kalau di Indonesia berani mengerjakan hal yang sama membuat benteng, dan membantu startup & pabrikan lokal utuk hidup tidak di palak, tidak di sweeping, ada insentif pajak, dll dll saya akan dukung 100%
> > 6. Mampukah SDM kita menciptakan teknologi informasi untuk menyaingi > teknologi ciptaan barat? >
mas, yang bisa bikin teknologi adalah orang teknik saat ini persentase mahasiswa teknik cuma 9% dari 2.5 juta mahasiswa yang ada di Indonesia dengan persentase seperti itu, susah lah kita untuk bikin teknologi kalau mau bikin teknologi, mau tidak mau sekolah teknik harus di perbanyak
> 7. Apa peranan pemerintah dalam mendorong inovasi masyarakat > Indonesia? >
bisa banyak cuma apakah mereka mau?
> > Untuk memberikan tanggapan/jawaban, kami paham kesibukan Bapak/Ibu, karena > itu pandangan Bapak/Ibu bisa disampaikan secara tertulis atau merekam > suara Bapak/Ibu di WA dan mohon dikirim ke nomor yang saya gunakan ini. > Bila lebih merasa nyaman menjawab secara lisan, dengan senang hati kami > akan mewawancara via telepon. > > > > Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih. > > > > (Amos Tauruy) >
> > > > > Sinopsis: > > > > Nasionalisme Diterjang Gadget Holic, Lokal Genius Tergerus? > Laju kecanggihan teknologi bisa berdampak hilangnya nilai-nilai > kebangsaan. Alaram buat eksistensi kebudayaan kita. > Keniscayaan perkembangan teknologi layaknya pisau bermata dua: > menghilangkan sekat antarnegara, juga menyapu identitas sebuah negara. > Semua melebur dan sulit dipilah. Terjangan arus globalisasi menerpa hampir > semua negara. Bagaimana di Indonesia? Apakah identitas keindonesia akan > hilang? Atau jangan-jangan sudah hilang tanpa disadari. > Menristekdikti mengatakan, 2017 ini penguna gadget atau smartphone di > Indonesia mencapai angka 20 persen dari total jumlah penduduk atau sekitar > 65 juta jiwa. Mulai generasi X hingga kini generasi Z. Indonesia menjadi > negara pengguna smartphone nomor lima terbesar di dunia. Dengan lahirnya > inovasi gadget baru dengan harga murah, berapa lagi anak bangsa yang bakal > jadi pecandu gadget? > Itu baru dari smartphone. Pengguna internet keseluruhan di Indonesia > mencapai 132,7 juta jiwa atau lebih dari setengah jumlah penduduk. > Pentingkah internet untuk masyarakat? Dari internet dan mesin pencari, > segala jenis informasi bisa diakses. Namun kemudahan ini berkah atau > bencana bagi nilai-nilai kebangsaan? > Mesin pencari sekarang dimonopoli asing, kita hanya dijadikan penikmat. > Jika dikuasai asing apakah bisa nilai-nilai lokal genius kita terekspos? > Atau jangan-jangan, mesin pencari hanya dijadikan alat menyebarkan > nilai-nilai versi mereka. Sementara nilai-nilai lokal kita perlahan disapu > oleh arus globalisasi dalam rangka penjabaran globalisme. > China menutup aplikasi google dengan kesadaran sendiri. Tujuannya untuk > mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dan sekaligus benteng menahan > erosi Nasionalisme. Agak berbeda dari China meski Rusia juga bersifat > protektif, negara beruang merah tetap pro aktif menciptakan aplikasi > telegram guna menandingi aplikasi wahatsapp. > Bagaimana dengan kita? Akankah Negara, dalam hal ini Kementerian Kominfo > membangun kesadaran serupa? Kita memiliki ahli teknik informasi yang tak > kalah jenius jika di bandingkan dengan China dan Rusia, mengapa kita tak > melakukan hal serupa? Ironisnya, malah pernah terjadi pemerintah keluarkan > kebijakan saat anak bangsa berhasil menciptakan pesawat TV murah. Ada apa > ini? > > Apa Pendapat Anda? Watyutink? > > > > Mohon ditanggapi pak. > > > >