Internet Indonesia Nomer 3 di Dunia Mensubsidi Rp. 4.4 Trilyun / Tahun

From OnnoWiki
Jump to navigation Jump to search
Admin-openix.JPG

Pada sore hari Jumat (13/1) para administrator yang memegang lebih dari 720++ router jaringan Internet Indonesia berkumpul di SCBD Jakarta. Para admin router tersebut yang biasa menamakan dirinya sebagai gerombolan OPISBOY. Pada masa lalu sebelum tahun 2000-an semua jaringan internet di Indonesia saling terhubung satu sama lain di Amerika Serikat. Sejak ada inisiatif terbentuknya Internet Exchange, router-router besar internet Indonesia tersebut yang saling berinterkoneksi satu sama lain di Open Internet Exchange (OpenIX).

Akibat langsung yang terasa oleh pengguna Internet yang awam adalah:

  • Internet terasa menjadi lebih cepat, khususnya untuk mengakses server lokal di Indonesia karena bisa mencapai kecepatan 100+ Mbps.
  • Internet menjadi jauh lebih murah, karena tidak perlu membayar jalur Internet ke Amerika Serikat.

Secara teknis antar router dapat saling berbicara satu sama lain menggunakan Border Gateway Protocol (BGP) yang bisa diidentifikasi dengan Autonomous System Number (AS Number). AS Number dari OpenIX adalah 7717 yang diawaki oleh tujuh 9 orang administrator saja, seperti tampak pada gambar, yaitu,

Johar Alam (THE.NET) Marcelus Ardiwinata (CBN) ex-Firstmedia Yulianus (Indosat) Sabirin Mochtar (CBN) Rully Purbaya (THE.NET) Jamalul Izza (MLD.NET) ex-Indonet Rony Ardhitia (iForte) Ambrusius Widiatmika (Link.Net) Didi Harjanto (Link.Net) ex-DNet Surabaya

Pada gambar adalah mereka yang berbaju kaos merah. Ke sembilan (9) admin ini yang yang mengawal segala beroperasi dengan baiknya OpenIX. Diantara semua admin yang rata-rata laki2 sebetulnya ada seorang ibu yang biasa di panggil Mama Aie yang menjadi "ibu" dari para admin OpenIX, beliau yang selalu bersusah payah menjalankan back office di OpenIX agar semua berjalan dengan lancar.

Johar Alam mempresentasi perkembangan OpenIX yang exponensial dari sekitar tahun 2005-an yang hanya sekitar 20 ISP tersambung dengan bandwidth hanya sekitar beberapa Mbps. Sehingga harus mengganti router di tahun 2010. Dan akhirnya di tahun 2016 lalu, total 720+ Autonomous System Number (AS Number) yang tersambung di OpenIX dengan peak bandwidth 277 Gbps.

Mengapa bisa sebesar (lebih tepatnya se-dahsyat) itu? Kuncinya sederhana, karena OpenIX adalah TIDAK BERBAYAR. Ini merupakan prestasi luar biasa bagi rakyat Indonesia, khususnya 9 orang admin ASN 7717 (OpenIX) dan karena semua ini dilakukan secara swadaya masyarakat oleh komunitas Internet Indonesia tanda ada paksaan atau arahan dari pemerintah.

Lebih menarik lagi, setelah dibandingan dengan berbagai Internet Exchange di seluruh dunia, maka ternyata 720+ AS Number di sebuah Exchange di sebuah negara ternyata telah meletakkan OpenIX Indonesia pada urutan nomor tiga (3) terbesar di dunia. Sementara peak traffic 277Gbps di OpenIX Indonesia telah meletakan kita pada urutan juga nomor 3 besar di seluruh dunia! Bayangkan jika 277Gbps kalau harus dilewatkan ke Amerika Serikat, dengan biaya bandwidth US$100/Mbyte/bulan maka dengan hitungan sederhana 277 Gbps x US$100 x 12 bulan, maka ternyata penghematan per tahun yang dilakukan adalah Rp. 4.4 Trilyun! Ini dinikmati oleh semua orang yang menggunakan internet di Indonesia bukan hanya mereka yang mengoperasikan ISP.

Kita sebagai bangsa perlu berterima kasih pada ide para administrator jaringan internet Indonesia. Juga bangga pada keberhasilan mereka meletakkan Indonesia sebagai nomor 3 di dunia. Dan terus berkembang secara eksponensial. Merdeka!

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/owp/internet-indonesia-nomer-3-di-dunia-mensubsidi-rp-4-4-trilyun-tahun_5879601dc122bdf407144868


Admin-openix2.JPG